Sejumlah tokoh militer kenamaan Turki ditangkap serta diadili pekan lalu. Langkah itu, bagaimanapun berpotensi menimbulkan krisis paling parah sejak Atatürk mendirikan republik tersebut pada 1923. Beberapa pekan ke depan akan memperlihatkan apakah negeri itu terus meluncur menuju Islamisme atau kembali kepada sekularisme tradisionalnya. Akhir sandiwara politik itu akan berdampak penting bagi kaum Muslim di manapun di dunia ini.
"Taraf" memecahkan teori konspirasi Balyoz pada 22 Januari 2010. |
Militer Turki memang sudah lama menjadi institusi negara paling dipercaya sekaligus penjamin warisan Atatürk, khususnya laisismenya. Penghormatan terhadap sang pendiri bukanlah abstraksi kering tetapi bagian yang sangat nyata dan pokok dalam kehidupan seorang perwira Turki. Seperti didokumentasikan oleh wartawan Mehmet Ali Birant, seorang perwira kadet nyaris tidak pernah melewatkan waktu satu jam pun tanpa mendengar nama Atatürk dilibatkan.
Dalam empat kesempatan antara 1960 dan 1997, militer turut serta memperbaiki proses politik negeri yang dinilai melenceng. Yang terakhir, militer memaksa pemerintahan Islamis di bawah pimpinan Necmettin Erbakan melepaskan kekuasaan. Terdorong oleh pengalaman ini, sejumlah staf Erbakan mereorganisasi diri dalam Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang lebih berhati-hati. Dan dalam Pemilu Turki 2002 yang menentukan, mereka melesat jauh mendahului partai-partai berhaluan tengah kanan yang kurang mendapatkan kepercayaan masyarakat serta terpecah-belah dengan selisi 34 persen suara masyarakat.
Parlemen yang berkuasa lalu mengubah selisih suara itu menjadi 66 persen mayoritas yang luar biasa dari kursi majelis sehingga menjadi pemerintahan partai tunggal yang jarang terjadi. AKP bukan saja trampil memanfaatkan keuntungan menyusul peluangnya untuk meletakan dasar tata-Islam, tetapi juga, tidak satu partai atau pemimpin lain yang muncul menantangnya. Akibatnya, AKP meningkatkan porsi suaranya dalam Pemilu 2007 menjadi 47 persen secara mengagumkan dan mengendalikan lebih dari 62 persen kursi parlemen.
Keberhasilan AKP yang berulang-ulang dalam Pemilu mendorongnya mulai mengabaikan sikap hati-hati yang sebelumnya kemudian menggerakan negeri itu menuju mimpinya atas Republik Islam Turki. Partai pun menempatkan anggota partai yang setia dalam lembaga kepresidenan dan pengadilan serta merebut semakin banyak kendali atas lembaga pendidikan, bisnis, media dan lembaga kenamaan lain. Partai bahkan menantang 'kekuasaan" kaum sekular atau apa yang warga Turki sebut sebagai "negara dalam negara negara (deep state)"--- yaitu lembaga-lembaga yang tidak dipilih oleh pemerintah seperti badan intelijen, dinas keamanan dan pengadilan. Hanya kalangan militer, wasit tertinggi atas arah negeri itu, tetap berada di luar kendali AKP.
Ada sejumlah faktor yang kala itu mendorong AKP menentang militer. Petama, masuknya Uni Eropa yang menuntut masyarakat madani untuk mengontrol militer: kedua, kasus pengadilan pada 2008 yang nyaris mematikan AKP; ketiga, meningkatnya sikap asertif terhadap para sekutu Islamisnya, Gerakan Fethullah Gülen. Dan akhirnya, merosotnya popularitas AKP (seperti terlihat dari penurunan jumlah suara dari 47 persen pada 2007 menjadi 29 persen sekarang ini) menambahkan kesadaran atas mendesaknya konfrontasi ini, karena mengarah kepada berakhirnya kekuasaan partai tunggal AKP dalam Pemilu selanjutnya.
Jenderal Ibrahim Firtnia, mantan Kepala Angkatan Udara ditanya di pengadilan terkait dengan komplotan yang berniat menggulingkan pemerintah. |
AKP pun merumuskan kembali sebuah teori konspirasi yang rumit pada 2007. Teori baru ini dijulukinya Ergenekon, yang berupaya menangkap sekitar 200 pengkritik AKP termasuk para perwira militer yang dituduh berkomplot hendak menggulingkan pemerintah terpilih. Militer menanggapinya secara pasif, sehingga AKP semakin gencar. Pada 22 Januari lalu, partai itu membangun teori konspirasi kedua yang dijulukinya Balyoz ("Sledgehammer"---"Palu Godam) yang secara eksklusif diarahkan untuk melawan militer.
Pihak militer menyangkal melakukan aktivitas melawan hukum. Panglima Angkatan Bersenjata, İlker Başbuğ, malah memperingatkan bahwa "Kesabaran kami ada batasnya." Meski demikian, pemerintah tetap maju, mengawal aksinya pada 22 Februari lalu dengan menangkap 67 perwira militer yang aktif dan yang pensiun, termasuk kepala staf angkatan udara dan kepala staf angkatan laut. Sampai sebegitu jauh, 35 perwira sudah diajukan ke pengadilan.
Dengan demikian, kenyataan itu memaksa AKP untuk menantang. Langkah itu sebetulnya identik dengan meninggalkan pemimpin militer dengan dua pilihan yang tidak menarik: (1) untuk terus secara selektif patuh tanpa protes kepada AKP dan mengharapkan ada pemilu jujur pada 2011 yang akan mengakhiri dan meninjau kembali proses ini; atau (2) melakukan kudeta dengan risiko suara peserta Pemilu merosot dan pada pihak lain meningkatkan kekuatan Pemilu kaum Islamis.
Perdana Menteri Recep Tayyip Erdoğan, Presiden Abdullah Gul dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal İlker Başbuğ bertemu pada 25 Februari. |
Yang menjadi taruhan adalah apakah serangan-serangan berbasis Teori Konspirasi Ergenekon/ Balyoz memang berhasil mengubah militer dari sebuah institusi pengikut Atatürk menjadi institusi pengikut Gülen. Atau apakah penipuan dan tindakan AKP yang berlebihan dan terang-terangan, bakal mendorong kaum sekularis mendapatkan suara dan keyakinan diri mereka. Pada akhirnya persoalan berkaitan dengan apakah undang-undang Sharia yang memerintah Turki atau negara itu kembali kepada sekularisme.
Pentingnya Islam Turki memperlihatkan bahwa akibat dari krisis ini pun berdampak atas kaum Muslim dimanapun mereka berada. Dominasi AKP atas militer berarti kaum Islamis mengontrol institusi umma yang paling kuat, sehingga membuktikan, bahwa untuk sejenak, mereka memang tidak terbendung. Tetapi, jika militer mampu mempertahankan independensinya, maka visi Atatürk bakal tetap hidup di Turki sehingga menawarkan kepada kaum Muslim di seluruh dunia suatu alternatif bagi nafsu serakah kaum Islamis yang sangat membahayakan.
Komandan Akademi Perang, Jenderal Bilgin Balanli yang kini ditangkap. |
Pemutakhiran 30 Mei 2011: Teori Konspirasi Balyoz terus menggelinding; kurang dari dua bulan sebelum Pemilu dilaksanakan, muncul berita hari ini bahwa Jenderal Bilgin Balanlı, Komandan berbagai Akademi Perang sudah ditangkap. Hal ini membuatnya perwira berpangkat tertinggi yang masih aktif namun digelandang masuk penjara. Lebih jauh lagi, ada 29 dari kira-kira 300 perwira kenamaan juga ditangkap.
Penambahan 5 Juli, 2013: U.N. Working Group on Arbitrary Detention (Kelompok Kerja PBB untuk Penahanan yang Sewenang-wenang ---UNWGAD) telah mengeluarkan sebuah laporan yang pedas sekali seputar tuduhan atas Balyoz, terlepas dari argumen terbaik yang dicoba diberikan oleh Ankara. Laporan itu menyimpulkan;
Melucuti kebebasan dari 250 terdakwa yang ditahan dalam kasus Balyoz atau Palu Godam (Sledgehammer) merupakan tindakan sewenang-wenang... Akibat dari opini yang berkembang, Kelompok Kerja meminta Pemerintah Turki memperbaiki keadaan dari 250 orang itu sesuai dengan syarat-syarat Universal Declaration of Human Right (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia) dan Perjanjian Internasional soal Hak Sipil dan Politik. Kelompok Kerja mempertimbangkan bahwa, setelah mempertimbangan semua situasi yang melingkupi kasus tersebut, maka upaya pemulihan yang memadai dipaksakan agar bisa diberikan kompensasi.
Penambahan 5 Agustus 2013: Terlepas dari kelemahan serta kecurangan yang terjadi pada kasus itu, Pemerintahan AKP terus mendesak. Hari ini pemerintah pun mengumumkan hukuman penjara untuk komplotan lain yang terkait dengan teori konspirasi Ergenekon dari tahun 2007. Hukuman penjara menimpa para perwira militer, politisi oposisi dan wartawan. Harian Hürriyet Daily News merangkum kasus itu dengan mengatakan, "Seluruhnya ada 275 tertuduh, 66 orang dari mereka yang ditangkap sedang menunggu keputusan pengadilan pagi ini. Sebanyak 33 tuduhan sudah diajukan selama masa persidangan yang berkaitan dengan teori konspirasi Ergenekon, yang mendengarkan 130 saksi mata memberikan kesaksian mereka di pengadilan."
Berita paling spektakuler adalah hukuman penjara seumur hidup yang dijatuhkan atas mantan Panglima Angkatan Bersenjata, İlker Başbuğ. Daftar orang yang hendak dipenjara pun masih panjang dan mengerikan. Berikut ini, kutipan dari berita Hürriyet Daily News:
Wartawan Tuncay Özkan, pensiunan jenderal Veli Küçük dan pengacara Kemal Kerinçsiz were dijatuhi hukuman penjara seumum hidup yang sangat menjengkelkan. Özkan juga dijatuhkan hukuman tambahan 16 tahun di penjara.
Pemimpin Partai Buruh, Doğu Perinçek dijatuhi hukuman penjara seumur hidup yang menyakitkan dengan 30 tahun tambahan di penjara.
Pensiunan kolonel Fikri Karadağ dan pensiunan jenderal Hasan Ataman Yıldırım juga mendapatkan hukuman penjara yang menyakitkan.
Pensiunan Jenderal Hursit Tolon dijatuhi hukuman penjara sementara pensiunan jenderal lainnya, Jenderal Levent Ersöz dijatuhi hukuman penjara hingga 22 tahun enam bulan.
Pengadilan menjatuhkan hukuman penjara kepadal pensiunan jenderal Hasan Iğsız dan Nusret Taşdelen termasuk juga pensiunan kolonel Fuat Selvi...
Penulis Yalçın Küçük juga dijatuhkan hukuman penjara selama 22 tahun enam bulan.
Pada tuntutan yang sama, pengadilan menjatuhkan mantan ketua Dewan Pendidikan Tinggi Turki ((YÖK) Kemal Gürüz selama 13 tahun dan 11 bulan penjara. Sejarahwan Mehmet Perincek, putra dari Doğu Perinçek dijatuhi hukuman penjara 6 tahun dan terduga pemimpin massa Sedat Peker dijatuhi hukuman 10 tahun penjara.
Mantan Komandan Kawasan Laut Utara, Mehmet Otuzbiroğlu dijatuhi hukuman 20 tahun dan 6 bulan penjara.
Wartawan Erol Manisah dijatuhi hukuman sembilan tahun. Pengarang Ergün Poyraz dijatuhi hukuman penjara 29 tahun dan empat bulan sementara wartawan Güler Kömürcü dijatuhi hukuman tujuh tahun enam bulan penjara.
Pengurus Partai Buruh (İP) Hayrettin Ertekin dijatuhi hukuman 16 tahun, Hikmet Cicek dijatuhi hukuman 21 tahun dan sembilan bulan. Pengacara partai tersebut Emcet Olcaytu mendapatkan hukuman 13 tahun dan dua bulan penjara.
Mantan rektor Ferit Bernay dan Mustafa Abbas dijatuhi hukuman 10 tahun penjara. ...
Mantan Kepala Polisi Adil Serdar Saçan dijatuhi hukuman 14 tahun penjara.
Mantan walikota Gürbüz Çapan mendapat hukuman satu tahun penjara.
Komentar: Dilihat dari kasus demonstrasi Gezi Park, Juni lalu, peristiwa ini secara implisit mengatakan bahwa Erdoğan tengah melakukan langkah penuh risiko untuk mendiskreditkan, menyisihkan serta mengkriminalkan para lawan politiknya. Itu bukanlah sebuah taktik yang akan berakhir bagus baginya.