Upaya mendefenisikan terorisme bisa berdampak praktis. Secara formal, upaya itu identik dengan mengesahkan adanya tindakan kekerasaan karena teroris memiliki konsekwensi penting dalam Undang-undang Amerika.
Terduga teroris dapat ditahan lebih lama daripada terduga penjahat menyusul penangkapan tanpa perlu surat dakwaan. Mereka bisa diinterogasi tanpa pendampingan penasehat hukum. Hukuman penjara mereka pun lebih lama. "Para teroris yang dipenjara" tunduk kepada berbagai larangan tambahan, yang dikenal sebagai "Langkah-langkah Administratif Khusus" (Special Administrative Measures) atau SAM. Undang-undang Asuransi Risiko Terorisme Tahun 2012 (Terrorism Risk Insurance Act of 2002) memberi kesempatan kepada perusahaan korban terorisme, masa jeda khusus (akhir-akhir ini terbuka untuk diperbarui) serta melindungi para pemilik bangunan dari berbagai tuntutan hukum tertentu. Ketika terorisme terlibat, keluarga para korban, seperti dalam kasus serangan Ft. Hood, pada 2009, dia mendapatkan keuntungan tambahan seperti masa jeda pembayaran pajak, asuransi jiwa dan pembayaran kerugian. Bahkan mereka bisa diberi sebuah Gedung Pencakar Langit Baru New York sebagai pengganti.
Undang-undang Asuransi Risiko Terorisme 2012 sangat memperbesar pentingnya merumuskan arti "terorisme" |
Terlepas dari kekuatan hukum dari istilah ini, bagaimanapun, terorisme tetap tidak didefenisikan jauh melewati pengertian yang luas dari "bukan pelaku negara yang menyerang sasaran sipil guna menyebarluaskan rasa takut bagi sejumlah tujuan politik yang disangkakan." Sebuah penelitian, Political Terrorism (Terorisme Politik) membuat daftar 109 defenisi seputar masalah ini. Ahli keamaan Amerika, David Tucker dengan wajah masam suatu ketika mengatakan, "Di atas pintu neraka ada papan peringatan agar semua orang yang memasukinya harus membuang jauh-jauh harapan mereka. Peringatan yang kurang menusuk langsung tetapi sama dampaknya adalah peringatan kepada orang-orang yang mencoba mendefenisikan terorisme." Ahli kontraterorisme Israel, Boaz Ganor bahkan melontarkan humor bahwa "Perjuangan untuk mendefenisikan terorisme kadangkala sama sulitnya dengan perjuangan melawan terorisme itu sendiri."
Persoalan kurangnya kekhasan pada defenisi terorisme bagaimanapun memunculkan kekacauan, khususnya di antara para polisi, jaksa penuntut, politisi, pers dan para dosen.
"Aksi kekerasan yang dijalankan terkait dengan kelompok teroris dengan dukungan internasional seperti Al-Qaeda, Hizbullah atau Hamas menjadi defenisi kerja polisi bidang terorisme. Langkah ini menjelaskan adanya pernyataan aneh setelah terjadi serangan teroris seperti, "Kami tidak temukan kaitan apapun terhadap terorisme.". Pernyataan yang kabur itu secara implisit mengatakan "serigala tunggal" atau satu-satunya pelaku aksi terorisme, tidak pernah adalah teroris.
Jika mereka bukan teroris, maka polisi harus mencari penjelasan lain yang mempertanggung jawab aksi kekerasan mereka. Biasanya, mereka cepat menyerah dengan menghubunkannya dengan sejumlah persoalan pribadi. Misalnya, gila, ketegangan dalam keluarga, pertentangan di tempat kerja, "kekhawatiran imigran remaja yang sangat kuat," penderita narkoba yang masih masih menjalni pengobatan atau bahkan akibat goncangan dalam pesawat. Dengan menekankan kejahatan pribadi melebihi kejahatan ideology, polisi sebetulnuya memfokuskan perhatian penyelidikan pada kehidupan pribadi pelaku (biasanya tidak relevan) dan dengan demikian, mengabaikan motif-motif politiknya yang jauh lebih penting.
Tetapi, secara tidak konsisten, polisi pun tidak mempersyaratkan adanya sejumlah kaitan pada kelompok teroris internasional. Ketika Oscar Ramiro Ortega-Hernandez melancarkan tembakan delapan kali ke Gedung Putih, pada Nopember 2011 lalu, jaksa Amerika Serikat menegaskan bahwa "Penembakan ke Gedung Putih bertujuan untuk membuat pernyataan bahwa terorisme politik (adalah) terorisme, sifatnya datar saja dan sederhana"— karena itu, tidak diperlukan kelompok teroris internasional. Demikian juga terjadi pada kasus Paul Anthony Ciancia pada Nopember 2013. Setelah menembak ngawur di Bandara Internasional Los Angeles dan menewaskan petugas Bandara, dakwaan jaksa atas dia pun sederhana. Dia didakwa karena "yang tindakan sangat terencana yang menyebabkan kematian seseorang serta hendak melakukan aksi terorisme."
Ketidakjelasan perumusan istilah memunculkan kebingungan yang luas. Dalam kasus, pemboman yang terjadi dalam Lomba Maraton di Boston. Seluruh dunia menyebut aksi pemboman itu sebagai terorisme. Namun, Departemen Keuangan Amerika Serikat belum juga menetapkan bahwa memang ada 'aksi terorisme' berdasarkan Undang-undang Asuransi Risiko Terorisme 2012, walau sudah lebih dari 1,5 tahun peristiwa itu terjadi.
Hakim yang memimpin persidangan terorisme pada Januari 2014 atas Jose Pimentel, yang didakwa merencanakan seperangkat bom pipa di Manhanttan, menolak permintaan penuntutan dari seorang ahli supaya membenarkan tuntutan terorisme. Pejabat pemerintah pun kadangkala mengangkat tangan dalam kasus ini. Ketika pada Juni 2013 lalu ditanyakan apakah pemerintah menganggap Taliban adalah kelompk teroris, seorang wanita Jurubicara Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat menjawab "Baiklah, saya tidak yakin bagaimana mereka didefenisikan dalam momen khusus ini."
Seluruh dunia, kecuali Departemen Keuangan Amerika Serikat menilai pemboman dalam Lomba Maraton Boston sebagai terorisme. |
Peristiwa penembakan di New Orleans pada Mei 2013, yang melukai 19 orang bahkan jauh lebih kacau balau lagi. Seorang jurubicara FBI mengatakan itu bukan aksi terorisme, tetapi "murni tindakan kekerasan jalanan." Walikota New Orleans ternyata tidak sepakat. Ketika ditanya, apakah dia menganggap aksi itu terorisme, dia jawab, "Saya pikir demikian" karena keluarga-keluarga "takut untuk pergi keluar rumah." Seorang agen pengawas khusus FBI di New Orleans tertantang untuk menyelesaikan benang rumit kontradiksi ini. Bukannya menyelesaikan masalah, tindakannya justru mengaburkan masalah ketika dia mengatakan, "Anda bisa katakan ini benar-benar terorisme perkotaan. Ini terror perkotaan. Tetapi, dari sudut pandang FBI dan dari apa yang kami tangani pada tingkat nasional, peristiwa itu, dalam dirinya sendiri, bukanlah apa yang anggap terorisme.
Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat belum menjelaskan apakah Kelompok Taliban adalah teroris atau bukan. |
Kurang jelasnya defenisi terorisme memunculkan tantangan kebijakan politik yang penting. Terorisme, dengan semua implikasi hukum dan finansialnya tidak bisa tetap dibiarkan sebagai suatu konsep yang luas dan subyektif. Sebaliknya, dia menuntut defenisi yang tepat dan akurat serta konsisten diterapkan.
***
Pipes (DanielPipes.org) adalah presiden Forum Timur Tengah, tempat Teri Blumenfeld bekerja sebagai peneliti.