Biasanya mudah berhubungan dengan Daniel Pipes, seorang pakar Islam, Presiden Middle East Forum, yang berbasis di Kota Philadelphia. Tetapi kini, tidak lagi. Malam Senin lalu, lebih dari 500 orang berkumpul di Kuil Mishkan Tefila di Newton untuk mendengarkan dia berbicara tentang perang terhadap terorisme. Sekelompok peserta yang antusias bahkan masih mengerumuni Pipes setelah dia usai berbicara, menahannya lebih dari satu setengah jam. Pria yang sebelumnya bekerja untuk jurnal ilmiahnya yang cenderung agak menyembunyikan jati dirinya, Middle East Quarterly dan menulis sebuah kolomuntuk Jerusalem Post itu kini telah menjadi bintang. Berbagai pandangannya kini ditanggapi serius di Washington, termasuk oleh sejumlah pejabat pemerintahan Bush. Websitenya, danielpipes,org, kini mendapatkan 100.000 kunjungan dalam sebulan, sepuluh kali lipat lebih banyak sejak 11 September 2001.
Sebelum hari mahadahsyat itu, Pipes hanyalah satu dari sedikit sekali warga Amerika yang memperingatkan adanya bahaya Islam militan. Sebagai bukti keunggulan barunya itu, dia baru-baru ini tampil dalam acara televisi debutan Bill Maher bertajuk Pollitically Incorrect (Secara Politik Salah) bersama bintang film Hollywood, Alec "yang banyak bicara" Baldwin, Naomi Wolf dari Alpha Male" yang terkenal serta Maher Hatout dari Dewan Urusan Publik Muslim.
"Yang sedang saya coba lakukan adalah mengemukakan pemikiran-pemikiran itu," ungkap Pipes di tengah acara minum-minum seusai ceramah ilmiahnya. Dengan sikap sangat tenang dan nyaris berbisik dia pun menambahkan, "Musuh kita adalah Islam militan sehingga kebijakan politik seharusnya diarahkan untuk melemahkan Islam militan dan sebaliknya memperkuat Islam moderat."
Sedangkan berkaitan dengan upaya memerangi terorisme, Pipes mengatakan Amerika Serikat seharusnya terlibat untuk jangka panjang, bergerak dari satu negara ke negara lain guna mencabut militansi Islam, sembari mempromosikan Islam moderat di manapun dia mampu. Afghanistan, tempat Amerika Serikat bekerja bersama dengan Aliansi Utara menjadi model, urainya. Kemudian dia menambahkan bahwa aksi militer hanya merupakan satu dari berbagai taktik yang harus Amerika terapkan. Dalam rencana ini, Pipes melihat adanya skenario, yang memang tidak mirip dengan Perang Dingin, "Saya bahagia menjadi pejuang perang dingin dengan pakaian berbeda," urai Pipes sembari memuji ayahnya yang terkenal, seorang professor sekaligus pejuang perang dingin Harvard, Richard Pipes. "Para pejuang perang dingin memang benar," (tulis sebuah kolom persembahan kepada Pipes dan ayahnya pada 28 Nopember lalu).
Sebagai bagian dari tinjauan globalnya, Pipes mengatakan Amerika Serikat seharusnya mengambil jalan lebih tegas terhadap sejumlah sekutu Eropa-nya. Uni Eropa, katanya, harus merumuskan kembali prosedur yang seragam guna mencabut terorisme dan organisasi penggalang dana bagi teroris. Bahkan Perancis "seharusnya membubarkan organisasi-organisasi" yang membantu para teroris, ujarnya.
Pipes tidak setuju pendapat kalangan tertentu yang mengatakan perang terhadap teroris merepresentasikan adanya benturan kebudayaan antara Barat dan Islam. Dia pun tidak setuju dengan pihak-pihak yang mengklaim perang ini merupakan medan tempur Amerika melawan semacam kelompok kecil pemuja Islam yang menyimpang. "Perang akan selesai,"urainya, "ketika Islam militan dikalahkan di seluruhdunia, termasuk di sini," tambahnya lagi.