Masyarakat Barat kini tengah membahas persoalan Islam radikal dengan sikap baru yang jernih dan terus terang sebagai akibat langsung dari serangan teroris atas London oleh sejumlah pejuang jihad.
Perkembangan paling mendasar adalah keperluan mendesak Inggeris dan negara-negara lainnya untuk merumuskan kembali arti kebangsaan (nationality) mereka. Berhadapan dengan tantangan kaum Islamis, identitas historis yang pada masa lampau diterima begitu saja kini seharusnya dikodifikasi.
Hal ini dapat terlihat pada tingkat praktek sehari-hari ketika pernyataan-pernyataan tegas kaum Islamis justru memprovokasi masyarakat Eropah untuk kembali mempertahankan tradisi mereka selama bulan-bulan terakhir ini. Hal ini terlihat lewat pelarangan pemakaian burka di Italia, persyaratan anak sekolah Jerman mengikuti pelajaran berenang terbuka dan mendorong para pelamar pria yang mengajukan diri menjadi warga Negara Irlandia supaya menolak poligami. Juga terlihat ketika seorang politisi Belgia kenamaan menunda acara makan siang dengan sekelompok orang Iran setelah para anggota delegasi itu menuntut supaya alkohol tidak disajikan dalam acara itu, Jurubicaranya pun lantas menjelaskan, "Anda tidak bisa memaksa pihak berwewenang Belgia untuk minum air."
Seperti terlihat dari dua pernyataan pada hari yang sama pekan silam, para politisi Barat kenamaan kini bergerak melewati hal-hal tertentu yang kecil ini untuk membahas inti persoalan peradaban.
Menteri Pendidikan Bayangan Inggeris dari partai oposisi dan salah seorang anggota Partai Konservatif dengan proses yang cerah, David Cameron merumuskan Britishness sebagai "bebas dalam pemerintahan yang berdasarkan hukum," kemudian menambahakan bahwa pernyataan ini "nyaris menjelaskan semua yang ingin anda ketahui tentang negara kami, institusi kami, sejarah, kebudaan bahkan ekonomi kami." Menteri Keuangan Australia, Peter Costello, yang dianggap sebagai pewaris nyata Perdana Menteri Howard mengatakan, "Australia berharap warganya untuk mematuhi keyakinan-keyakinan dasar, seperti demokrasi, kekuasaan berdasarkan hukum, pengadilan yang mandiri dan kebebasan yang merdeka."
Cameron dengan terus terang berbicara dalam empat tahun wacana para politisi sejak 11 September 2001 ketika mengatakan; "Kekuatan pendorong di balik ancaman teroris sekarang ini adalah fundamentalisme kaum Islamis. Kita terlibat dalam perjuangan yang berakar pada persoalan ideologis. Selama abad lalu ada --- ketegangan dengan pemikiran Islamis yang berkembang, yang menawarkan kepada para pengikutnya sebentuk penyelamatan melalui aksi kekerasan seperti yang dilakukan oleh ideologi totalitarianime lain seperti Nazi-isme dan Komunisme,."
Yang paling mengagumkan adalah banyaknya seruan untuk menekan kaum Islamis. Dua politisi menasehati kaum Islamis luar untuk tidak mendekat. Menteri Urusan Relasi Internasional Quebec, Monique Gagnon-Tremblay lantas menarik kembali sambutan selamat datangnya dari "siapa pun yang ingin datang ke Quebec namun tidak ingin menghormati hak-hak asasi wanita atau tidak menghormati hak-hak apapun yang mungkin ada dalam Kode Sipil kami." Sementara itu, Perdana Menteri Negara Bagian New South Wales, Australia, yang wilayahnya juga mencakup Kota Sydney, Bob Carr menginginkan supaya visa para calon imigran ditolak jika menolak berintegrasi dengan masyarakat lain. "Saya tidak berpikir bahwa mereka harus diijinkan masuk," urainya.
Peter Costello |
Castello bergerak lebih lagi. Melihat bahwa Australia "berlandaskan demokrasi, Menurut konstitusi kami, kami negara sekuler. Hukum kami dibuat oleh Parlemen Australia. JIka undang-undang itu tidak termasuk nilai-nilaimu, dan jika anda menginginkan negara yang menerapkan Hukum Shariah atau negara teokrasi, maka Australia bukan untuk anda. Karena itu dia sarankan, kaum Islamis yang memiliki kewarganegaraan ganda, bisa diminta " untuk menggunakan kewarganegaraan lainnya," misalnya dengan meninggalkan Australia.
Demikian juga langkah Menteri Pendidikan Australia, Brendan Nelson. Pada 24 Agustus lalu, dia mendesak kaum imigran untuk "melaksanakan konstitusi Australia, pemerintahan berdasarkan hukum Australia." Jika tidak, "pada dasarnya pengajuan permohonan kewarganegaraan mereka bisa dibatalkan." Geert Wilders, ketua partainya yang kecil di parlemen Belanda juga menyerukan pengusirkan imigran yang bukan warga Negara Belanda yang menolak berintegrasi.
Tetapi adalah politisi kenamaan partai oposisi yang memfokuskan diri pada masalah keamanan Inggeris (British shadow defense minister), Gerald Howarth yang mengambil langkah paling jauh dalam masalah ini. Awal Agustus lalu dia meminta kaum Islamis Inggeris harus pergi. "Jika mereka tidak suka cara hidup kita, maka ada obat penawar sederhana: Pergi ke negara lain, keluar." Bahkan kepada kaum Islamis kelahiran Inggeris, yang menjadi tiga dari empat pelaku pemboman London sekalipun, dia mengungkapkan prinsip ini. "Jika anda tidak patuh kepada negeri ini, maka pergilah."
Pernyataan ini, semua bertarik dari setengah tahun silam, namun mendorong lahirnya sejumlah observasi. Pertama, di manakah masyarakat Amerika? Tidak adakah politisi utama Amerika Serikat yang pernah berbicara untuk membuat kaum Islamis berbasis Amerika tidak disambut baik di negeri ini. Siapakah yang bakal menjadi orang pertama melakukan ini?
Kedua, perhatikan fokus yang tetap pada hukum dan isu hukum. Hal ini secara tepat belajar pada fakta bahwa pada akhirnya proyek kaum Islamis memusatkan perhatian pada penerapan hukum Islam, Hukum Shariah.
Dan akhirnya, berbagai komentar ini nampaknya mengarah kepada berbagai indikator kampanye yang lebih luas untuk membatasi dan menghapus kaum Islamis – suatu gerakan yang rasanya tidak terlampau cepat muncul.
--------------------------------------------------------------------------------
Penambahan 30 Agustus 2005: Untuk mendapatkan dokumentasi lebih luas seputar masalah ini, lihat entri weblog saya, "Exclude Islamists from the West?" (Menghapuskan Kaum Islamis dari Barat?).