Michael Finch: Merupakan satu kehormatan yang sangat besar bagi kami untuk berada di sini bersama 4 tokoh ini. Mereka semua biasa hadir pada Acara Restoration Weekend, bergantian selama empat tahun terakhir ini. Jadi, kami merasa sangat terhormat bertemu lagi dengan mereka semua di sini.
Daniel Pipes: Terima kasih, Mike.
Baiklah, tanggapan terhadap Suriah saya bagi atas dua pokok pikiran utama. Karena, pada satu pihak saya percaya bahwa ketika Presiden mengatakan ada garis merah, maka memang ada bahaya di sana, sehingga dia harus melakukan sesuatu ketika garis itu dilanggar. Jadi bukannya malah mengubah hakikat garis merah yang nyatanya memang demikian. Pertama-tama, berkaitan dengan soal penggunaan senjata kimia, kemudian penggunaan sistematis senjata kimia. Dengan demikian, apakah tepatnya yang dimaksudkan dengan penggunaan secara sistematis? Sampai sebegitu jauh, memang tidak ada yang terjadi.
Ini memang banyak berimplikasi pada Iran. Soalnya di sana juga ada garis merah. Mungkin tepat bahwa kita temukan bermacam-macam alasan rumit untuk menjelaskan mengapa Iran nyatanya tidak melanggar garis merah itu. Tetapi bisa juga berbeda, karena dia terlibat di Suriah, seperti diperlihatkan dari hasil polling yang sangat tidak popular beberapa waktu lalu. Karena terlihat, ada sekitar 15 - 20 persen warga Amerika mendukungnya. Sebaliknya, serangan atas Iran ternyata sangat popular. Lebih dari separuh masyarakat Amerika mengatakan mendukungnya.
Jadi, bisa saja pratanda buruk, namun tidak benar-benar valid– namun tidak harus berarti bahwa kita tidak melakukan sesuatu terhadap Iran
Jadi, pada pihak lain, saya bingung bahwa pihak berwewenang pemerintah Amerika Serikat begitu dipermalukan oleh pemimpinnya sendiri. Pada pihak lain, saya senang melihat kita campur tangan di Suriah karena saya tidak berpikir kita seharusnya membantu pemberontak. Saya melihat pemberontak sebagai kekuatan yang pada dasarnya sangat jahat, suatu pasukan kaum Islamis yang didukung oleh pemerintahan Turki yang jahat, pemerintah Qatar yang jahat dan juga pemerintahan Saudi yang jahat.
Pada pihak lain, despotisme rejim Assad memang mengerikan bagai monster. Jadi, tidak ada pilihan bagus di sini. Memang ada sejumlah orang Suriah baik, tetapi mereka tidak berada di dekat koridor kekuasaan. Mereka pun bukan pesaing dalam perang saudara akhir-akhir ini. Jadi, tidak ada pihak yang baik di sini.
Dan karena itu, saya berkesimpulan bahwa sama seperti kita embantu Stalin melawan Hitler dan membantu Saddam Hussein melawan Ayotollah Khomeini, kita seharusnya membantu Assad melawan para pemberontak ketika kekuasaan Assad mulai pelahan suram. Saya tidak ingin Assad terus berkuasa, tetapi juga tidak ingin kaum Islamis pemberontak bertahan di sana. Saya tidak ingin Iran mendapatkan keuntungan dari perang saudara di Suriah. Saya juga tidak ingin Turki mendapat keuntungan dari sana juga. Saya lebih suka melihat mereka berunding sama lain. Saya pikir, kita harus menggunakan pengaruh apa pun yang miliki terhadap para pendukung dari dua belah pihak agar peperangan itu jauh dari masyarakat sipil, sehingga tidak ada biaya manusiawi yang mengerikan di sana.
Tetapi, dari sudut pandang strategis kita, jelas kita berkepentingan meminta Hamas berperang melawan kaum Hizbulah. Maksud saya, dapatkah anda membayangkan skenario yang lebih baik dari itu?
Pendengar tertawa
Jadi, saya pikir kita seharusnya tidak ikut campur tangan di sana.
Kau juga menyebutkan Turki. Turki memang sudah lama jadi sekutu kita sejak Perang Korea, 60 tahun silam. Bagaimanapun, sepuluh tahun lalu, Turki benar-benar melakukan aksi berbalik arah yang sangat mengerikan. Mereka mempunyai pemerintahan kaum Islamis yang jelas-jelas memperlihatkan tangannya, suatu pemerintahan ala Islamis yang cerdas. Tetapi bagaimanapun, itu adalah pemerintahan Islamis. Dan pemerintahan kita dan pemerintahan Barat lain sangat lamban membahas persoalan ini. Saya mungkin sudah mengingatkan hal ini lima kali dalam berbagai Acara Restoration Weekend. Selama ini soal itu sudah semakin jelas bagi kita.
Dan saya ramalkan bahwa pada jangka waktu yang lama, setelah krisinya akhir-akhir ini selesai, Iran bakal menjadi negara yang cukup bersahabat dengan Amerika Serikat. Sementara itu, Turki justru membenci sekaligus menjadi musuh penting Amerika Serikat karena benar-benar berubah mendadak dan menakutkan. Timur Tengah pada umumnya adalah tempat yang sangat mudah berubah. Berbagai hal bergerak cepat. Tidak mengherankan bahwa Turki berkembang menjadi penantang kita terpenting di kawasan itu.
Michael Finch: Daniel, saya punya pertanyaan pendek untukmu—Apakah kita kehilangan peluang melakukan revolusi hijau dengan Iran? Apakah peluang itu akan kembali kita raih jika tidak selama tiga tahun mendatang di bawah pemerintahan Obama, ya selama masa pemerintahan presiden mendatang, sehingga kita nanti benar-benar mendapatkan kesempatan untuk mengalami perubahan yang efektif di negeri itu?
Daniel Pipes: Rejim Iran memang sedang kiamat. Satu-satunya pertanyaan adalah kapan negeri itu runtuh. Pertanyaan itu bagaimanapun berkaitan erat dengan rejim Soviet era 1970-an— yang memang tidak popular. Sangat sedikit orang yang mempercayai ideologi bahwa rejim memang melengkapinya. Pertanyaannya adalah—ketika rakyat bisa diorganisir, kapankah ada masalah mendadak yang muncul di sana yang membuat mereka memberontak? Tahun 2009 memang ada peluang itu—memang rasanya memalukan melihat Merkel, Brown dan Sarkozy mendukung para demonstran jalanan namun sebaliknya Obama diam-diam saja. Saya tidak berpikir jika bisa terjadi untuk kedua kalinya sehingga kita akan tiba pada Pemilu lain pekan depan di Iran dan Pemerintahan Obama diam sama seperti empat tahun silam.
Bagaimanapun, kuncinya bukan kita. Bukanlah kebijakan kita pada titik ini. Kuncinya adalah rakyat Iran sendiri. Dan situasinya memang belum mantap, masih mudah berubah-ubah. Kapan saja bisa muncul masalah yang mencuatkan reaksi yang mengarah kepada perubahan mendalam di Iran. Dan, perubahan itu sedang terjadi.
Persoalannya adalah bahwa kita mempunyai senjata nuklir terpasang yang begitu cepat terwujud. Berdasarkan berbagai perkiraan yang saya dapatkan, khususnya dari Israel, Iran dalam hitungan minggu, bukan bulan lagi, sudah melewati batas garis merah ini. Dan, siapa tahu apa yang terjadi di balik semua adegan ini? Tetapi dari apa yang dapat kita kisahkan, sepertinya tidak banyak yang sedang terjadi.
Jadi setelah acara Restoration Weekend diadakan Nopember mendatang, kita bakal mengetahui apakah Iran sudah punya bom atau justru dibom.
Michael Finch: Apakah kau punya pertanyaan dari pendengar? Paul, pertanyaan dari bagian belakang?
Paul: Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua keempat panelis kita yang membahas lebih jauh persoalan yang sekian lama saya reguk.
(Tertawa)
Tetapi pertanyaan ini diarahkan kepada Daniel Pipes. Satu hal yang jadi bidang keahlian Obama adalah bukan saja menikam para sekutu tradisional kita dari belakang tetapi juga membesarkan hati para musuh kita. Dan salah satu dari negara-negara itu yang sedang berada dalam kehidupan bertetangga yang sangat sulit, yang berbatasan dengan Iran, sangat pro-AS, sangat pro-Israel dan seperti Iran, adalah negara Shiah Muslim, adalah Azerbaijan. Bagi saya, sepertinya mereka tidak benar-benar diapresiasi. Saya hanya ingin tahu dan mendengar dari anda, apakah yang anda pikirkan tentang peran mereka. Dan jika benar, AS benar-benar menggunakan persahabatan dengan mereka dan apa saja guna membantu kita menentang Iran khususnya dengan ambisi senjata nuklir mereka.
Daniel Pipes: Azerbaijan adalah negara yang berbahasa Turki dan karena itu terhubung dengan Turki. Tetapi ada juga kaum Shiah dan karena itu terkait dengan Iran. Sebagian masyarakat Azerbaijan kini berada di Iran sekarang, dan separuhnya lagi berada di bawah Soviet dan kini merdeka. Memang situasinya rumit. Azarbaijan memang sangat erat terkait dengan warga Azerbaijan di Iran dan umumnya sudah sangat membenci pemerintahan Iran, kepada Republik Islam. Juga punya hubungan baik dengan Turki. Omong-omong, dia punya hubungan yang sangat bagus dengan Israel—jadi cukup dengan melihat wajah penuh persahabatan di lingkungan sekitar.
Kita memang belum sungguh-sungguh mendukung Azerbaijan, sebagaimana diungkapkan secara implisit dalam pertanyaan anda. Sebetulnya, kita bisa lakukan lebih banyak lagi. Tapi, nyatanya, --Pemerintah AS di bawah pemerintahan Bush dan Obama melihat Ankara sebagai alamat—inilah sahabat kita. Obama merangkul mereka. Tetapi Bush bahkan lebih bertanggung jawab. Karena bagaimanapun, kunjungan Erdogan ke Gedung Oval pada 2003 lalu itulah yang mempercepat dia untuk meraih kursi perdana menteri. Jadi, itu merupakan kesalahan bersama Republik – Demokrat. Dan Azerbaijan memang adalah sebuah asset yang tengah kita abaikan.
Michael Finch: Daniel punya sesuaatu hal menyenangkan yang perlu disampaikan.
Daniel Pipes: Baiklah, saya sebetulnya sudah berkarir menjadi pesimis.
(Tawa dari audiens)
Jadi, sudah saya perbaiki kemudian. Untuk itu saya perlihatkan dua berita bagus yang kini sedang berkembang di Timur Tengah. Satunya tentang kaum Islamis, karena mereka semakin berkuasa, tetapi terpecah belah. Perhatikanlah, Iran dan Turki kini sedang bertempur dengan cara mengirim wakil mereka masing-masing dalam peperangan di Suriah. Perhatikanlah Hizbulah dan Hamas, seperti sudah saya utarakan sebelumnya. Perhatikanlah Persaudaraan Muslim dan kaum Salafi di Mesir. Dan selanjutnya – di Tunisia, Libya, kemanapun anda melihat – ketika meraih kekuasaan, kaum Islamis justru terpecah belah. Dan saya pikir, untuk jangka panjang, praktek ini tidak akan mereka lepaskan.
Dan memang, saya menyamakan mereka sekarang ini dengan kaum Nasionalis Arab era 1950-an yang tampaknya mengambil alih kawasan itu tetapi akhirnya jatuh karena tidak sepakat dengan program dan siapa yang seharusnya menjadi pemimpin mereka termasuk juga ciri yang tepat dari pendekatan politik mereka. Jadi, berita yang relatif bagus adalah bahwa mereka bertikai satu sama lain.
Dan soal kedua adalah soal satu-satunya sekutu strategis kita di kawasan itu. Berbeda dari sekutu yang taktis, Israel, berkembang sangat pesat, secara demografis maupun energinya. Coba pikirkan—Israel tampaknya punya banyak energi, di kawasannya yang kecil hampir sama besarnya dengan New Jersey, tetapi sama besar energinya seperti Saudi Arabia yang hampir sama luasnya dengan Negara Bagian Missisippi di Amerika Serikat bagian Timur. Jadi, kita punya sekutu yang sangat kuat yang berkembang sangat pesat di Timur Tengah.
Michael Finch: Terima kasih. Kita akan mengarah kepada Bill, kemudian kepada Aaron. Kita punya waktu untuk dua pertanyaan terakhir.
Bill: Pertanyaan pertama saya memang sangat menyimpang. Yaitu pertanyaan berkaitan dengan – apakah prospek yang sebetulnya Obama inginkan dari Iran untuk memiliki senjata nuklir yang bisa rendah hati kepada Amerika Serikat? Dan kedua, adalah kepada Gaffney – bagaimana kita bisa keluar dari kenyataan bahwa siapapun yang melihat dunia sekaligus kepada sejarah dunia (suaranya kurang terdengar) karena dia menjadi presiden (tidak terdengar) senjata-senjata nuklir. Bagaimana bisa kita menyampaikan pesan itu kepada Amerika Serikat –(tidak terdengar) apakah anda merasa lebih aman sekarang daripada yang anda alami delapan tahun silam? Bagaimana kita tidak bisa --- di manakah pemimpin yang seharusnya berbicara kepada rakyat Amerika dan katakan—apakah anda sadari apa yang sedang terjadi di Amerika Serikat dan dunia sekarang?
Daniel Pipes: Berkaitan dengan pertanyaan tentang Iran—Saya pahami mengapa Obama alami kontradiksi di dalam dirinya sendiri. Pada satu pihak, dia anti-kaum kiri Amerika yang yakin bahwa Amerika Serikat adalah kekuatan penawar penyakit dunia. Pada pihak lain, dia Presiden AS dan bakal turun sebagai presiden yang besar. Inilah niat-niat yang berlawanan satu sama lain.
Dan, ketika kau tanyakan masalah spesifik seperti Iran, saya berspekulasi bahwa dia, Obama dalam hatinya, mungkin berpikir bahwa baguslah negara-negara lain mempunyai senjata nuklir, sehingga kita tidaklah menjadi negara istimewa dalam masalah ini. Tetapi, pada pihak lain, dari hasil amatannya, dia melihat tidak baik jika Iran punya senjata nuklir sehingga berdampak lebih mengacaukan keadaan sekaligus memanfaatkannya. Jadi, saya pikir, dia memang ragu. Dan, saya pikir, berbagai kebijakan yang kaulihat, --- di Suriah akhir-akhir ini atau Iran pada masa datang—memang merefleksikan sikap ragu dia beserta orang-orang di sekitarnya.