Berikut ini, percakapan yang sudah direkam sepuluh hari lalu (18 Februari 2015) bersama Daniel Pipes. Bagi kita dia merupakan pakar terbaik, sekaligus pakar terbaik dalam pembahasan tentang hiruk-pikuknya huru-hara anti-Barat di Arab, Timur Tengah yang berlangsung sekian lama. Tapi, pertama-tama berikut ini, penjelasan tentang latar belakang masalahnya.
Banyak ilmuwan Amerika dalam kajian politik luar negeri mengklasifikasikan diri dalam aliran "realisme." Bisa diandaikan bahwa aliran itu berarti mereka terlibat dalam persaingan antar-bangsa dan tidak mudah percaya karena selalu demikianlah potensi dan kenyataannya. Premis selanjutnya adalah bahwa perjuangan ini bisa bertahan hingga "kemenangan" tercapai atau sebaliknya "hancur-hancuran." Tidak ada pandangan umum seputar "relasi internasional" yang jauh lebih mendorong dibandingkan dalam kelompok "ilmuwan Timur Tengah" yang bisa ditemukan di banyak universitas Amerika.
Bersama banyak pakar yang tersembunyi di Departemen Luar Negeri yang dapat dilihat dan didengar suaranya di berbagai media cetak dan pers elektronik Amerika dan Eropa, pandangan yang berkembang di antara "pakar" Timur Tengah adalah ini. Yaitu bahwa berbagai wujud jihadisme kini penuh dengan aksi pembunuhan dan merupakan reaksi yang tidak terelakkan terhadap upaya merendahkan martabat manusia (aslinya bernada kolonialislis kemudian Israel) sehingga bangsa dan masyarakat Arab terkalahkan. Pada titiknya yang terparah, para pembela intelektual kerap membedah persoalan ini dengan secara implisit mengatakan bahwa ""tout comprendre c'est tout pardonner." (Memahami segala sesuatu berarti memaafkan segala sesuatu pula).
Berupaya mencampuradukkan perasaan sakit hati identik dengan meningkatkan upaya untuk memulai gebrakan pertama (Edward Said mungkin menjadi contoh akademisi Amerika paling kenamaan dalam hal ini), sehingga "realisme" standar seolah memaksakan semua penjelasan atas kembali bangkitnya barbarisme Al-Qaeda agar bisa dipahami. Pandangan itu kini kerapkali dibisikkan—entah di lingkungan akademis, jurnalistik atau pemerintahan—tentang benda aneh baru bernama ISIS/ISIL.
Sejumlah ilmuwan yang terlatih baik dalam tradisi skolastik Amerika tetapi beroperasi di luar "kebenaran" yang diterimanya menyajikan kisah yang jauh lebih akurat dan realistis tentang di mana dan bagaimana jihadisme modern muncul, bagaimana dia beroperasi dan bagaimana ia mungkin bisa dihadapi, barangkali dengan "perjuangan masa senjakala" yang lebih luas.
Yang paling terkenal di antara para analis adalah Daniel Pipes. Ia sangat mengagumkan. Meski demikian, dia nyata-nyata ditolak oleh sejumlah akademisi yang terjebak dalam berbagai kubu. Padahal, kesaksian sumbangannya sangat luar biasa. Selama tiga puluh tahun terakhir, dia menyajikan kisah terinci dan sangat realistis tentang apa yang salah di Timur Tengah sekaligus dalam Islam itu sendiri.