Saya mengecam Perjanjian Wina karena mungkin menimbulkan bahaya yang tak terhingga bagi Amerika Serikat dan para sekutunya. Meski demikian, saya menemukan secercah harapan kecil yang mungkin bisa digunakan jika semuanya berjalan benar sehingga perundingan akhirnya lebih menyakitkan rejim Iran dibandingkan para musuhnya.
Memang, ada banyak kekurangan pada "Rencana Aksi Bersama yang Mendalam" (JCPOA). Untuk membuat daftarnya saja dibutuhkan lebih banyak tempat dibanding dengan 159 halaman perjanjian itu sendiri. Secara sangat ringkas, JCPOA menawarkan lebih banyak uang, legitimasi, senjata dan langkah yang disetujui untuk memperoleh senjata nuklir dalam 10 – 15 tahun kepada para tiran di Teheran. Seperti terangkum dalam analisis pengamat politik Israel, "perjanjian itu secara sepihak dan tanpa syarat memberi Iran apa saja yang diperjuangkannya tanpa ada timbal-balik (quid pro quo) yang terus berlangsung."
Yang memperparah persoalan adalah bahwa perjanjian itu tidak memasukan persyaratan bahwa Teheran berhenti mendukung kelompok yang kejam, mengakhiri rencana-rencana agresifnya untuk menaklukan negara-negara tetangga, membasmi Negara Yahudi atau menyebarkan senjata getar elektro-magnetik (electromagnetic pulse weapon) atas Amerika Serikat. Memang, para mullah sangat percaya diri dengan posisi mereka. Mereka tidak berhenti mengungkapkan niat-niat mereka yang penuh semangat perang dan ngotot bahwa Bangsa Amerika tetap musuh mereka. Tirani negeri itu, "Sang Pemimpin Tertinggi" Ali Khamane'i bahkan menerbitkan sebuah buku ketika negosiasi tengah berlangsung. Buku itu berisi upaya menghancurkan Israel. Ringkasnya, perjanjian menyebabkan perang dengan Iran lebih memungkinkan terjadi.
Di pihaknya, Pemerintahan Obama justru secara memalukan menyembunyikan persyaratan-persyaratan perjanjian. Bahkan pemerintah menggunakan berbagai metode bawah tangan untuk mengesahkannya melalui kongres dan menjadi pengacara atau jurubicara yang menyampaikan kepentingan-kepentingan Khamane'i.
Karena alasan ini, saya bergabung dengan dua pertiga publik Amerika yang menolak Perjanjian Iran. Dan saya takut dengan bencana yang mungkin muncul menyusul perjanjian itu. Karena itu, saya terganggu sekali dengan para anggota kongres dari Partai Demokrat yang mirip domba mengikuti orang-orang suruhan Obama,
Lebih dari 12.000 orang mengikuti "Pawai Hentikan Iran" di New York, 22 Juli 2015 lalu.. |
Berkaitan dengan cercahan harapan: Andai pemimpin Iran tidak menyebarluaskan senjata nuklir barunya yang penuh kemilau, maka pada akhirnya perjanjian tersebut bisa merusak persenjataan itu karena dua alasan,
Pertama, hubungan yang semakin luas dengan dunia luar serta semakin tingginya standar hidup mungkin mengurangi stabilitas rejim negeri itu. Soviet dan contoh-contoh lain memperlihatkan bahwa semakin banyak korban sistem totaliter mengetahui dan membandingkan diri dengan dunia luar, maka semakin tidak puaslah mereka dengan tataideologi dan tatatirani yang ada. (Ada satu alasan untuk menjaga agar rakyat Korea Utara begitu terisolasi dari hubungan dengan dunia luar).
Berbagai perubahan pun sudah mulai terjadi di Iran. Harapan-harapan yang "sedang meluap-luap" agar hidup lebih makmur dan merdeka, urai Saeid Jafari, seorang wartawan Iran. "Seiring dengan perjanjian nuklir Iran dengan enam negara adidaya baru-baru ini, banyak kaum muda Iran mengharapkan masa depan yang lebih baik." Dan bukan saja kaum muda, "Tergantung pada strata sosial orang. Memang ada penekanan pandangan yang berbeda seputar persoalan-persoalan yang paling banyak diperdebatkan seperti yang berkaitan dengan penanaman modal asing, relasi Iran dengan dunia dan atmosfir budaya, sosial dan politik di dalam negeri." Selain itu, hampir semua orang orang menuntut mata uang lebih kuat.
Uang Iran 100,000 Real ini bernilai sekitar US$3.34 (atau sekitar Rp 47.000). |
Rejim negeri ini bagaimanapun menolak melakukan perubahan. Menolak partai-partai politik baru dan menangkap para pedagang yang menjual pakaian bergambar bendera Amerika. Begitu banyak hal dilakukan agar bisa merdeka. Pemerintah mempertahankan "ekonomi yang resisten" (artinya eknomi dalam negeri harus mampu agar bisa mengurangi situasi rentan akibat sanksi dan tidak bergantung pada dunia luar); begitu banyak dilakukan demi konsumerisme.
Presiden Hassan Rouhani, yang terkait erat dengan perjanjian nuklir, mencoba membatasi harapan-harapan itu. Dia mengingatkan rakyatnya bahwa jalan ke depan masih jauh sekaligus menyakitkan: "Kita bisa mengimpor obat penghilang rasa sakit langsung setelah berbagai sanksi dicabut dengan membelanjakan dana yang dibekukan untuk membeli barang impor yang murah. Kita juga bisa menggunakan sumberdaya kita untuk melakukan investasi dengan mendirikan pabrik-pabrik, pembangunan sektor pertanian dan jasa. Kita memilih yang terakhir."
Kedua, seperti dikatakan oleh Stephen Sestanovich dari Universitas Columbia dalam artikelnya yang menakjubkan pada 1993 ketika menjelaskan kejatuhan Uni Soviet. Termasuk juga mengungkapkan proses-proses yang berupaya mendetastabilisasi rejim Soviet kala itu, walau konsesi-konsesi itu memungkinkan semua kebutuhan militer dan diplomatik Soviet terwujud--- yang agaknya mirip dengan perjanjian Iran masa kini."
Sikap tidak konsisten Barat yang menjengkelkan berubah menjadi penentang komunisme Soviet benar-benar tidak dipahami, apalagi menaklukannya. Pada akhirnya, melemahnya demokrasi yang begitu banyak diratapi mungkin benar-benar membantu mencapai kemenangan."
Ronald Reagan mengejek ciuman Jimmy Carter - Leonid Brezhnev; Barat bolak-balik berhadapan dengan Uni Soviet yang berhasil mengalahkan kaum komunis. |
Seperti para diktator Soviet, para mitra Iran mereka mungkin dilemahkan oleh oleh sikap tidak konsisten dan terus berubah dari pihak Barat. Kemungkinan ini tidak mengurangi semangat perlawanan saya terhadap perjanjian Iran tetapi justru memperbesar sedikit harapan saya atas keuntungan jangka panjang, yang menjadi sasaran yang seharusnya kini dieksploitasi secara maksimal oleh Amerika, Israel, Arab Teluk dan para ahli strategis lain.