Daniel Pipes berbincang-bincang dengan editor Ottawa Citizen, Andrew Potter seputar bangkitnya ancaman terhadap Israel, situasi belajar mengajar para dosen Amerika dan persoalan radikalisme Islam.
Kau datang ke Ottawa besok untuk berbicara tentang 'Ancaman terhadap keberadaan Israel, mengapa persoalan itu kembali muncul dan bagaimana menanganinya.' Bisakah kau jelaskan kepada saya ancamannya atau adakah sekarang ada ancaman penting atas eksistensi Israel?
Memang, ancaman itu tak pernah berakhir, mulai dari ancaman pembasmian dengan senjata nuklir, serangan militer konvensional, boikot ekonomi, beban demografis, perusakan ideologis, ---kau bisa sebutkan mulai dari aksi paling keras hingga paling politis; ancaman terhadap Israel terjadi pada seluruh penjuru spektrum.
Saya pikir, gejala itu tidak sekedar unik untuk situasi yang ada, tetapi mungkin saja unik untuk negara mana pun kapan pun berada dalam situasi seperti itu.
Kau jelaskan, tepat pada akhir pernyataanmu, ada pembasmian dengan menggunakan nuklir. Saya andaikan kau maksudkan, terutama ancaman dari Iran?
Tepat sekali. Selain itu, Suriah juga engah membangun senjata kimia atau punya kapasitas perang kimia. Yang lain sedang membuat senjata biologis. Jadi semua senjata perang pemusnah massal (WMD) . Jadi tidak sekedar nuklir.
Sekian lama, Amerika Serikat menjadi penjamin utama keberadaan Israel. Dan sejumlah orang---Norman Podhoretz, misalnya, berpikir bahwa George Bush tak akan tinggalkan jabatannya dengan Iran yang sudah memiliki bom atau dalam posisi untuk mendapatkan bom nuklir. Apakah kau punya harapan dalam hal ini?
Pertama-tama, saya tidak melihat keputusan yang unik (hubungannya dengan) kepentingan Israel. Ada banyak alasan lain mengapa Pemerintah Amerika Serikat tidak menginginkan nuklir Iran. Tetapi saya cenderung setuju bahwa George W. Bush tidak akan meninggalkan jabatannya dengan isu ini tetap menggelantung. Ia ingin menyelesaikan masalah ini dengan sejumlah cara, ya.
Jadi akhirnya, kau akan mendukung upaya untuk membom atau menyerang Iran?
Saya pikir jika punya pilihan antara Iran dengan senjata nuklir atau mencabut senjata-senjata itu, maka saya lebih mendukung untuk mencabutnya.
Melihat Amerika berkepentingan luas untuk tidak melihat Iran atau Suriah memperoleh bom, apakah kau berharap John McCain atau kandidat Demokrat yang lain akan memilih menggunakan kekuatan di sini
Baiklah, McCain punya sikap yang sangat jelas dalam masalah ini. Dia buat pernyataan itu setahun atau dua tahun silam yang dikutip luas ---bahwa satu-satunya hal yang lebih mengerikan daripada serangan atas Iran adalah Iran yang punya senjata nuklir. Jadi dia sudah mengambil posisi sikap yang sangat jelas. Pihak Demokrat belum; mereka masih membiarkan masalah ini cukup terbuka.
Kau pernah menulis bahwa ada bukti kuat bahwa sedikitnya Barack Obama adalah Muslim yang tidak teratur menjalankan agamanya yang kadangkala menegakan sholat bersama ayah tirinya di masjid. Apakah relevansinya persoalan ini dengan pencalonannya sebagai presiden?
Ada dua implikasi muncul dari persoalan ini. Satunya, ia bakal mengubah cara banyak kaum Muslim melihat dia; jika mereka melihatnya sebagai orang yang meninggalkan Islam dan adalah orang yang murtad. Kedua, persoalan ini berimplikasi penting terhadap kejujuran dirinya sendiri.
Tidak saya ideologi bahwa mempercayai rumor bahwa dia kini seorang Muslim. Tidak juga saya ideology bahwa sedikitnya, saya sepenuhnya menerima bahwa dia orang Kristen yang
menjalankan agamanya. Perhatian saya adalah pada persoalan kesejarahan. Saya tidak bakal memperhatikan persoalan masa kanak-kanaknya jika dia tidak mencalonkan diri menjadi presiden.
Terlepas dari ancaman nuklir atas Israel, kau berbicara juga soal boikot ekonomi, perang ideologi dan seterusnya. Pada masa lalu kau pernah menulis bahwa salah satu sarana utama ancaman-ancaman itu adalah para ilmuwan Amerika, khususnya profesoriat (berkaitan dengan belajar mengajar di perguruan tinggi). Melihat bahwa sudah lima tahun atau lebih sekarang Program Campus Watch bekerja, apakah kau pikir ada kemajuan pada bidang itu?
Baiklah. Pertama-tama, Campus Watch tidak terfokus pada masalah Israel. Ia merupakan sebuah kritik terhadap kajian Timur Tengah secara umum. Bagaimana saya melihat Campus Watch lima tahun kemudian? Baiklah, kami punya dua tujuan; satunya tujuan jangka pendek dan yang lainya, tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah untuk meningkatkan diskusi seputar masalah Timur Tengah; untuk menggerakannya menuju pusat, membuatnya agar tidak terlampau dipolitisasi, membuatnya jauh lebih toleran terhadap berbagai sudut pandangan yang berbeda.
Dapat saya katakan bhawa sudah ada sejumlah perkembangan dan saya bangga dengan perkembangan itu,tetapi terbatas. Isu jangka panjang adalah menyeimbangkan persoalan profesiorat. Dan kini, ketika ada sejumlah keberhasilan di sana sini, secara keseluruhan, kita belum banyak berdampak.
Bisakah kita berbicara sedikit tentang Islam radikal? Pernah kau pernah tulis bahwa 'Islam bukan musuh tetapi Islamisme ya memang musuh." Dan bahwa 'kita perlu memberantas unsur-unsur yang radikal dari Islam.' Jadi apakah yang menyebabkan Islamisme atau Islam radikal menjadi begitu berbahaya sehingga katakan saja, Kristen radikal atau Yudaisme radikal tidak ada?
Saya lebih suka untuk tidak membandingkan Islam radikal dan bentuk-bentuk dari agama lain. Saya benar-benar tidak berpikir bahwa memang ada dasar untuk membuat perbandingan. Tidak ada gerakan ideologi Kristen radikal---itu hanya khayalan.
Sebaliknya, saya pikir ada hubungan nyata antara Islam radikal, fasisme dan komunisme--- jadi saya melihat ini sebagai gerakan totaliter asli yang muncul agar bisa mendapatkan dasar yang lebih relijius dibanding yang dilakukan oleh yang lain-lain. Ia tidak menjadi kebarat-baratan, dia terjadi sehingga punya beberapa perbedaan yang berarti. Namun dalam aspirasinya untuk mencapai dominasi dunia, dalam hakikat totaliternya, dalam aksi brutalnya, ia jauh lebih berkaitan dengan fasisme dan komunisme dibandingkan dengan fenomena agama lain.
Baru-baru ini, orang-orang seperti Christopher Hitchens dan Richard Dawkins memperdebatkan bahwa keyakinan relijius dalam dirinya sendiri merupakan persoalan dan dengan demikian mengkaitan diri kita sendiri dengan yang kalangan moderat berarti menyerahkan sandera kepada nasib. Saya jelas menduga, kau pasti tidak setuju tetapi saya yakin kita bisa memanfaatkan kaum moderat sebagai para sekutu kita.
Akan saya katakana bahwa kalangan moderat itu benar-benar sangat penting, karena akhirnya, orang butuhkan posisi Islam alternatif , sebuah penjelasan alternatif terhadap apa yang dimaksudkannya dengan menjadi seorang Muslim agar bisa bertempur melawan kaum Islamis.
Kita tidak bisa bertempur melawan sesuatu dari nol. Dan adalah kaum Muslim moderat yang sedang berada dalam arah untuk merumuskan alternatif ini. Jadi, jika orang bekukan mereka, menyerah kepada mereka dengan mengatakan, "mereka adalah bagian dari masalah juga," lalu apa lagi yang tersisa?
Inilah apa yang saya katakan kepada orang-orang yang memperdebatkan bahwa tidak ada kaum Muslim moderat, karena Islam sendiri merupakan masalah. Saya katakan, baiklah, andaikata kau benar, lalu apa sekarang? Bagaimana sebuah negara secular bisa bertahan dalam pertempuran? Apakah sarana-sarana yang kita tinggalkan? Jadi bahkan jika orang yakin bahwa Islam sendiri adalah masalah, tetap saja meninggalkan seseorang tanpa palu, tanpa peralatan, tanpa alternatif.
Lalu, apakah yang akan kaulakukan, membunuh mereka semua? Tidak ada kebijakan yang mendukung itu. Saya pun sudah membahas tuntas masalah ini dengan sejumlah orang yang memperdebatkan bahwa Islam semata-mata masalah.
Akhirnya, mereka, betapapun enggan, dipaksa untuk berpikir, baiklah, kita perlu membantu menemukan sejumlah versi Islam yang hendak dipromosikan.
Melihat itu, saya terpesona dengan sebuah tulisan yang kau tulis kembali tentang runtuhnya sistem keuangan Islam. Kau katakan bahwa konsepsi itu tidak berdampak luar biasa secara ekonomis tetapi memunculkan bahaya politik mendasar. Saya bertanya-tanya, bisakah diperdebatkan bahwa keuangan kaum Islamis sebetulnya salah satu dari berbagai sarana untuk menyatukan dan semacam pilihan bersama kaum moderat Muslim dengan memunculkannya dalam ekonomi dunia?
Baiklah, asal-muasal (system) keuangan Islam bisa dilacak hingga era 1930-an di India. Ketika itu seorang Islamis penting merencanakan adanya ekonomi Islami guna memisahkan kaum Muslim dari Hindu. Jadi niat awalnya jauh dari upaya untuk mengintegrasikan sistem ekonomi, tetapi memisahkannya. Dan saya pikir upaya itu sudah terjadi sejak masa itu.
Tidak ada ekonomi Islam; itu hanya sekedar pengemasan kembali etika dan sarana finansial yang umum, tetapi menciptakan pembagian yang sebaliknya tidak ada.
Saya pikir implikasi politiknya negatif dan bahwa keduanya terpisah satu sama lain.