Catatan:
(1) Wawancara ini diadakan di Free Library, Philadelphia. FrontPageMag.com menuliskan kembali hasil rekamannya kemudian saya edit. Transkrip wawancara tidak menyertakan waktu untuk pertanyaan dan jawaban, tetapi dimasukkan dalam video.
(2) Video wawancara bisa didapatkan untuk ditonton di sini.
(3) Soal bunyi alarm pada akhir wawancara: "Tatkala Duta Besar Oren menjawab pertanyaan akhir saya, bel mati dan kami tidak bisa melanjutkan pembicaraan. Penata acara muncul ke panggung berniat mengumumkan bahwa perpustakaan perlu segera dibersihkan. Saat itulah kamera video mendadak dimatikan. Bertuntunglah bahwa penutupan yang tidak sesuai acara itu hanya gangguan kecil dan tidak ada orang atau barang yang rusak.
(4) Transkrip ini sudah diedit agar jelas, singkat dan padat.
Daniel Pipes
***
Daniel Pipes: Saya senang berada di sini bersama Michael Oren. Akan saya akui tatkala mulai membaca bukunya, Ally: My Journey Across the American Israel Divide (Ally: Perjalanan Saya Ke Penjuru Perpecahan Amerika Israel). Buku itu merupakan kisah empat tahun lebih jabatannya sebagai Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat yang dituliskan secara bagus. Sebagaimana orang cenderung lakukan dengan buku, saya pun mulai membacanya dari awal sehingga tidak punya pikiran sama sekali soal berita mengejutkan yang ada selanjutnya. (Hadirin tertawa).
Dorongan pertama untuk membaca buku itu muncul dalam diri saya ketika membaca buku John Podhoretz. Menurut Podhoretz, "berbagai jurnal sejarah diplomatik" tidak pernah menyaksikan "apapun yang benar-benar mirip dengan buku mengagumkan ini" yang "membuat berita nyaris pada setiap halamannya." Histeria wajar yang umum ketika membaca buku ini adalah "seperti seorang wartawan Israel Ben Caspit meringkaskan tanggapan Pemerintahan Obama sebagai berikut;
Karena perhatian yang sangat luar biasa yang diperoleh dari buku ini, saya berasumsi bahwa anda sekalian para pembaca mengetahui sesuatu tentang isi buku ini. Saya, dengan demikian, akan memusatkan perhatian pada isu-isu khusus berkaitan dengan tiga topik: Hubungan AS – Israel, tanggapan terhadap buku itu dan akhirnya tentang Barack Obama.
Michael: Kau menggambarkan dua prinsip yang mengatur hubungan historis AS – Israel; yaitu prinsip tidak pada siang hari bolong dan tidak ada kejutan. Kau katakan hubungan itu putus sejak 2009 dan berharap segera ditegaskan kembali. Tetapi apakah kau benar-benar melihat hal ini mungkin terjadi dalam satu setengah tahun sisa masa Pemerintahan Obama? Ataukah kau hanya mengharapkan hal ini terjadi setelah dia melepaskan jabatannya?
Michael Oren: Hubungan AS-Israel tidak statis tetapi berkembang. Kami terlibat dalam perang 1967 dengan menggunakan peluru Perancis, bukan peluru milik Amerika. Berawal pada era 1980-an, di tengah-tengah masa pemerintahan Reagen, dua prinsip ini, tidak ada kejutan dan tidak pada siang bolong kembali menyatu. Apakah yang saya maksudkan dengan kedua prinsip itu?
Tidak ada kejutan: Jika Amerika Serikat berniat mengemukakan posisi kebijakan baru yang penting seputar isu-isu yang berkaitan dengan Timur Tengah dan keamanan Israel, maka ia akan memberi rancangan pendahuluan pidato atau makalah kepada kami yang memberi kesempatan kepada kami untuk memperhatikannya dan memberikan komentar.
Tidak pada siang bolong: Dua pemerintahan memang berbeda sikap soal pemukiman, Yerusalem dan sejumlah isu lainnya. Tetapi kita meninggalkan berbagai perbedaan itu di balik pintu tertutup, tidak memamerkannya di depan umum, tempat musuh bersama kita bisa memahami jarak antarkita dan akan secara licik menyindir mereka sendiri di antara kita.
Obama dan Oren di Gedung Bundar. |
Memang tidak bisa saya katakan kedua prinsip itu selalu dihormati. Kita saling mengejutkan satu sama lain; kerap berkaitan dengan pada siang bolong. Tetapi inilah dua pilar kembar bersejarah aliansi kita. Bagaimanapun sejak 2009, Pemerintahan Obama yang baru, sebagai persoalan kebijakan memutuskan tidak mempertahankan dua pilar ini.
Berkenaan dengan kejutan, pemutusan hubungan itu tidak menjadi bahan perdebatan. Sebagai contoh, preesiden pergi ke Kairo, Juni 2009. Di sana, dia menyampaikan pidato panjang lebar (dua kali lebih panjang daripada pidato pelantikan pertamanya) yang berperan sebagai dokumen dasar posisi pemerintahannya atas Timur Tengah. Pidato itu juga menyinggung banyak isu penting dalam keamanan Israel seperti hubungan Amerika dengan apa yang Obama sebutkan sebagai dunia Muslim, khususnya upaya untuk menjangkau Iran dan hak Iran untuk memiliki energi nuklir. Walau pidato itu punya banyak konsekwensi yang mengagumkan dan jauh jangkauannya terhadap Israel, kami di kedutaan besar tidak pernah melihatnya dan kami pun tidak memberi peringatan atasnya. Dan pidato itu hanya satu dari banyak sekali pidato sejenis.
Sedangkan untuk siang bolong, presiden secara terbuka mengatakan, "Perhatikanlah masa delapan tahun silam [merujuk pada Pemerintahan George W. Bush]. Selama masa delapan tahun itu, tidak ada jarak antara kita dan Israel. Lalu, apakah yang kita dapatkan dari hubungan itu? Ketika tidak ada siang bolong, Israel hanya duduk di pinggir sehingga mengurangi kredibilitas kita terhadap negara-negara Arab." Ternyata, dia menempatkan siang bolong di antara kedua negara berkaitan dengan isu-siu lain juga, seperti isu Iran.
Kedua pilar ini sudah digeser dan harus dikembalikan. Bukan hanya demi kepentingan Amerika Serikat dan Israel tetapi juga sangat penting bagi Timur Tengah, jika dilihat dari betapa besarnya kekacauan di kawasan itu. Perbaikan memang diperlukan demi kesejahteraan dunia. Mengapa? Karena setiap orang memperhatikan ikatan A.S – Israel. Apakah dia pejihad atau rakyat Jepang, semua masyarakat dunia melihat pada cara Amerika Serikat memperlakukan sekutu Israelnya sebagai tes litmus, tes indikatif yang jelas atas kemampuannya mengandalkan Amerika Serikat.
Karena itu, kedua pilar perlu diperbaiki. Apakah memungkinkan perbaikan dilakukan selama satu setengah tahun sisa masa jabatan presiden ini, saya tidak tahu. Semua yang dapat saya katakan adalah saya memang berharap demikian. Buku saya merupakan seruan penuh semangat berapi-api untuk membawa hubungan itu kembali sejak dari pinggir, tempat yang sudah kita capai dan dari sana berupaya memulihkannya.
Daniel Pipes: Seiring dengan persoalan-persoalan yang baru saja kau gambarkan, semua orang yang tahu sepakat bahwa hubungan militer AS – Israel itu lebih baik daripada sebelumnya. Bagaimana mungkin ini terjadi, apakah logika di baliknya?
Michael Oren: Benar, hubungan militernya lebih baik daripada sebelumnya. Kerja sama dalam bidang pengembangan senjata, dalam bantuan militer—yang mendekati 4 miliar dolar AS pertahun (75 persen dana itu dihabiskan di Amerika Serikat) – latihan perang bersama, tempat persinggahan dan tukar-menukar data intelijen memang benar-benar luar biasa sekarang ini.
Mengapa demikian? Karena Pemerintahan Obama membedakan diplomatik siang bolong dan keamanan siang bolong. Diperhitungkan bahwa hubungan lebih berada dalam bidang keamanan, sehingga diperlukan waktu tambahan yang lebih besar untuk menempatkan siang bolong dalam bidang diplomatik. Ini berpengaruh terhadap karya intelektual yang sangat menarik, yang memang tidak berjalan.
Masyarakat Timur Tengah tidak bisa membedakan persoalan diplomatik pada siang bolong dan persoalan keamanan pada siang bolong (diplomatic and security daylight). Di Timur Tengah, siang bolong ya siang bolong. Siang bolong di dunia kami, tempat matahari begitu kuat, bisa membutakan mata orang sekaligus membakarnya. Yang paling banyak dilihat masyarakat Timur Tengah selama masa enam tahun lebih ini adalah Amerika Serikat dan Israel bergeser cukup jauh walau kerja sama keamanannya semakin meningkat.
Omong-omong, jika kau mendefenisikan hubungan keamanan secara lebih luas, maka persoalan terlihat berbeda. Jika kau memasukan fakta bahwa Amerika Serikat bernegosiasi selama tujuh bulan dengan Iran --- dan bahwa hal itu berdampak pasti terhadap keamanan kita --- bahkan tanpa memberi tahu kami, maka kau tidak bisa mengatakan hubungan keamanan itu jauh lebih baik daripada sebelumnya.
Daniel Pipes: Kau katakan belum menyadari adanya diskusi AS – Iran, namun presiden pernah mengatakan dia dan pemerintahannya konsisten berbagi informasi dengan Israel. Benarkah?
Michael Oren: Kami sudah lama mengadakan dialog yang mendalam dengan A.S soal program nuklir Iran. Saya pun mendapat keistimewaan untuk terlibat di dalamnya. Masyarakat Amerika itu sangat terus terang. Kita mempelajari data yang sama dan kerapkali membuat kesimpulan yang sama. Tetapi kita tidak menyadari isi alur-alur rahasia yang terjadi di Teluk Persia.
Daniel Pipes: Kau katakan mantan kepala staf Gedung Putih Rahm Emanuel membangunkan kau tiap pagi lalu berteriak, "saya tidak sukai kotoran (brengsek) ini muncul." (hadirin tertawa). Pada kesempatan lain, wakil Menteri Luar Negeri, orang kedua di Departemen Luar Negeri, Tom Nides, meneriaki kau, "Kau tidak inginkan PBB (brengsek) itu tumbang karena konflik kau sendiri dengan warga Palestina."
Michael Oren: Kau tahu, jika kita ada di Israel, memang tidak ada masalah mengucapkan kata ini? (hadirin tertawa) Demikian juga orang Amerika (hadirin tertawa).
Daniel Pipes: Pertanyaan saya: apakah benar itulah situasi diplomasi masa kini? (hadirin tertawa)
Michael Oren: Ya. (hadirin tertawa) Ya, memang lucu. Sebagai tambahan, buku saya "Ally" melewati tujuh pemeriksaan keamanan oleh Negara Israel: Ada sensor militer, dua sensor departemen dalam Kementerian Pertahanan, Mossad dan pihak-pihak lainnya. Mereka baik; percayalah, menarik, itu memang benar-benar buku.
Saya tidak pernah menulis dalam diari. Sebelumnya, saya tidak pernah menulis buku dalam gaya bahasa orang pertama. Saya membuat transformasi yang sangat besar. Upaya itu benar-benar tidak mudah. Tetapi ketika saya mengemban jabatan ini, isteri saya Sally memberi saya sebuah diari kecil dan mengatakan, "Hei, kau mungkin ingin mencatat beberapa hal." Saya lalu menjawab, "Nah, saya tidak percaya pada diari."
Kemudian, segera sesudah itu, Rahm Emanuel menelepon saya pada pukul 2 pagi. Dia katakan, --- boleh saya katakan ini? "Saya tidak suka kotoran ini" (Hadirin tertawa). Dan itu terjadi sekitar jam 2 pagi. Saya lalu katakan, "Baik, saya juga tidak suka kotoran ini." Persoalan berawal dari sana. (hadirin tertawa). Jadi saya menulis peristiwa itu dalam diari saya. Diari itu bukan sesuatu yang rahasia; kau tidak bakal temukan rahasia di dalamnya. Tetapi, dia memang memberikan banyak warna dan kedalaman terhadap buku ini.
Tom Nides ----Tom Nides yang malang. Baris ini, "UNESCO mengajarkan kajian tentang Holocaust, demi Tuhan. Kau ingin hapuskan kajian tentang Holocaust? Dapatkan banyak kutipan sebagai bukti jiwa Nides menentang Negara Israel. Tetapi masalahnya benar-benar beda: Tom Nides adalah sahabat kental saya dan Negara Israel. Di Washington, itu hanya cara orang bicara.
Satu kisah tidak saya masukan dalam buku. Kisah itu berasal dari anggota pejabat tinggi pemerintahan, seorang pria muda yang manis. Ia katakan kepada saya kira-kira seperti, "Kita keluar dari Irak yang brengsek karena kita sedang bermasalah dengan Irak yang brengsek. Dan kita kembali ke rumah yang brengsek." Dan kemudian dia menatap saja lalu mengatakan, "Mengapa saya berbicara seperti ini?" (hadirin tertawa)
Daniel Pipes: Apakah kau mendapat perlakuan "khusus" karena terlahir sebagai orang Amerika? Jika kau berasal dari negara lain, bukan seorang Amerika asli, apakah kau diperlakukan dengan cara yang sama?
Michael Oren: Tidak, saya tidak bakal alami. Inilah sisi perlawanan terhadap hubungan khusus AS – Israel.
Itu juga merupakan bagian hubungan khusus saya dengan orang seperti Rahm Emanuel, yang sekian lama saya kenal sebelum saya memangku jabatan. Ayah Rahm pernah ikut bertempur di Irgun, dalam Perang Kemerdekaan Israel. (Karena itu, namanya, Rahm, atau guntur). Rahm mengalami kecelakaan ringan ketika dia berusia 16 tahun. Ujung salah satu jarinya terpotong dalam insiden itu. Menurut Obama, ketika kehilangan ujung jari itu, dia pun kehilangan separuh perbendaharaan kata-katanya. (Hadirin tertawa). Saya sendiri terbiasa punya jari itu, sepanjang waktu.
Dan ketika Rahm meninggalkan Gedung Putih dan menjadi walikota Chicago, saya melihatnya sebagai suatu kehilangan karena dia adalah orang yang bisa saya telepon tengah malam. Ya, saya ingin tahu bahasa itu. Walau kadangkala kami sangat berbeda pendapat soal kebijakan, saya tahu dia sangat peduli terhadap Israel. Dia orang Yahudi yang bangga, bangga terhadap ayahnya. Kebanggaan itu membentuk ikatan yang tidak bisa dirusak oleh perbedaan kebijakan.
Emanuel dan Oren di kantor walikota Chicago. |
Hal yang sama benar berkaitan dengan Dennis Ross (yang tidak berbicara seperti Rahm). Dennis adalah pakar Timur Tengah yang jarang seperti ini, yang tidak, seperti saya katakan dalam langgam Washington, informasi yang bergerak vertical, tetapi tidak tersebar bai k (stove-piped). Artinya, kau tahu, kau pergi kepada seorang pakar di Libanon antara era 1967 – 1977. Jadilah itu yang mereka ketahui. (Hadirin tertawa). Dennis adalah satu-satunya orang yang saya tahu di Washington yang melihat seluruh kawasan dan juga melihatnya secara historis. Dia melihat itu secara vertikal dan horisontal. Dia pun punya kenangan pribadi, pernah terlibat dalam upaya perdamaian selama 30 tahun. Ketika dia tinggalkan jabatan, saya merasa sangat kehilangan.
Daniel Pipes: Saya ingin sekali mengujicobakan dua teori kesukaan saya atasmu. Pertama, perhatikan bahwa Pemerintah Israel cenderung terlampau banyak membuka rahasia tatkala hubungan benar-benar terjalin hangat antara Yerusalem dan Washington. Karena itu, saya yakin bahwa ketegangan tingkat rendah kedua pemerintahan itu benar-benar baik.
Michael Oren: Di sini, saya minta untuk berbeda pendapat. Secara historis, Israel membuat konsesi ketika kami merasa aman. Dalam pertemuan pertamanya dengan para pemimpin Yahudi Amerika, seperti saya kutipkan sebelumnya, Obama mengatakan berniat meletakan "prinsip siang bolong" antara Israel dan Amerika Serikat karena tatkala tidak ada siang bolong, Israel "hanya duduk di pinggir lapangan."Ini observasi menarik, tetapi secara empiris salah. Selama tahun-tahun pemerintahan Bush, misalnya, tidak ada "siang bolong". Jadi Israel merasa aman. Akibatnya, Israel mengambil 21 pemukiman di Gaza pada 2005. Israel pun memberikan tawaran penuh kepada Palestina untuk menjadi negara kepada Mahmud Abbas pada 2008: seluruh wilayah Gaza, sebagian besar Tepi Barat dan separuh wilayah Yerusalem masuk di dalamnya. Pada puncak intifada kedua pada 2002, dukungan Israel untuk solusi dua negara benar-benar nol; sejak saya terlibat di dalamnya pada 2009, intifada kami tinggalkan dan 70 persen warga Israel mendukung solusi dua Negara.
Jadi, ketika kami merasa aman, kami membuat lebih banyak konsesi. Agak aneh, orang yang paling memahami ini adalah Richard Nixon sehingga dia mengatakan: "berikan mereka dukungan, mereka akan membuat konsesi."
Daniel Pipes: Itu poin saya.
Michael Oren: Oke. Saya minta maaf.
Daniel Pipes: Saya katakan ketika hubungan AS – Israel berkembang baik, Israel menyerahkan semua ini. Sebagai contoh, Koridor Philadelphi pada 2007, tetapi itu salah. Karena itu, saya tidak peduli melihatnya----
Michael Oren: Oh, kau inginkan ketegangan tingkat rendah sehingga kami tidak menyerah.
Daniel Pipes: Tepat.
Michael Oren: Baik, saya tidak mendebat soal itu.
Tetapi sebagai duta besar saya bertanggung jawab untuk mencoba mendorong kita berada pada halaman yang sama. Mereka datang kepada kami dan meminta kami melakukan banyak hal sulit: "Kami menuntut sebuah pemukiman dibekukan di Tepi Barat, sebuah bangunan dibekukan di Yerusalem timur, sebuah peta status terakhir masyarakat Palestina. Kita ambil contoh soal peta: tiap kali kami berikan satu peta kepada pihak Palestina, mereka masukan peta itu ke dalam kantong baju mereka, pergi dari sana dan datang dua tahun kemudian dengan mengatakan, "Oke, mari kita mulai bernegosiasi berdasarkan peta yang kalian berikan kepada kami saat terakhir." Jadi, kami tidak ingin memberikan peta lain lagi kepada mereka, walau pemerintah menuntut kami melakukannya demikian.
Saya akan terus katakan kepada pemerintah, "Daripada ancam kami, cobalah untuk mencintai kami." Itu yang selalu menjadi prinsip saya, "Cobalah mencintai, cobalah mencintai." Karena Israel membuat konsesi ketika kami merasa aman. Itu bukan cuma Israel, itu hakikat manusia.
Daniel Pipes: Teori kedua: selalu konsensus. Katakan, pada era 1980-antara Kaum Republikan dan kaum Demokrat, kaum konservatif dan liberal seputar Israel. Teori itu hancur berantakan, bersamaan dengan kalangan konservatif yang lebih akrab denegan Israel dan kaum liberal lebih sejuk bersikap terhadap Israel. Dari anekdot yang ada dalam bukumu, sepertinya kau sepakat dengan analisis ini, benar kan?
Michael Oren: Anekdot saya mengarah kepada tantangan-tantangan yang kami hadapi dari segmen tertentu Pemilu Amerika. Pendapat warga Amerika soal Israel agar mirip dengan apa yang ahli fisika katakan tentang alam raya --- ia mengembang dan berkontraksi pada waktu yang bersamaan. Jika kau perhatian semua polling pendapat umum, dukungan terhadap Israel di negeri ini terus berkembang. Bahkan pada musim panas lalu, ketika perang Gaza berada pada puncaknya dengan foto-foto mengerikan keluar dari Gaza, dukungan warga Amerika terhadap Israel terus menanjak naik. Ketika saya meninggalkan Washington, sepertinya sekitar 74 persen warga Amerika mendefenisikan dirinya, pada satu atau derajat lainnya, sebagai pro-Israel. Gila! Yang menakjubkan, kami tepat berada di belakang Swedia dan Kanada, kalau memperhatikan semua berita buruk dari pers yang kami dapatkan.
Pada pihak lain, jika kau jabarkan angka-angka statistik secara demografis berdasarkan kelompok etnis, kelompok umur dan afiliasi partai, maka gambarannya agak kurang memberikan harapan.
Saya begitu lama berdiam di Israel, mendekati 40 tahun. Ya, saya kembali bahkan mengajar berbagai universitas. Tetapi untuk pertama kalinya pada 2009, saya kembali untuk waktu lebih lama. Saya mengalami pengalaman Rip Van Winkle, (mitologi yang diangkat sebagai cerpen oleh Washington Irving, berkisah tentang seorang suami yang tidur selama 20 tahun dan ketika bangun merasa desanya berubah, pen.) seolah-olah saya terbangun sesudah 25 tahun tertidur dan mengenali desa saya sendiri. Amerika sudah mengubahnya secara demografis.
Amerika tidak lagi bangsa mayoritas kulit putih. Ada lebih banyak keluarga orangtua tunggal dibanding dengan keluarga dengan dua orangtua. Ada satu hakim Yahudi di Mahkamah Agung dan sisanya, pada dasarnya adalah orang kulit putih anglo-Saxon beragama Protestan (White Anglo-Saxon Protestant ---WASP). Kini, tidak ada satu pun WASP di Mahkamah Agung tetapi ada tiga orang Yahudi dan enam Katolik. Penduduk berkembang sangat pesat dan memiliki pengaruh politik yang lebih besar, khusus keturunan Hispanik, sehingga kehilangan kedekatan tradisional dengan Israel.
Karena banyak pemimpin Israel, termasuk para perdana menteri dan menteri pertahanan kami, dididik di Amerika pada era 1970-an atau 80-an; mereka teringat dengan Amerika yang lain. Jadi harus saya katakan kepada mereka, "Sobat, Amerika yang kalian ingat ...sudah tidak ada lagi."
Saya melihat Pemilu Obama pada 2008 sebagai gejala dari momen perubahan. Saya memang bukan nabi. Tetapi saya memberi tahu para pemimpin Israel untuk melihat kembali situasi tahun 2009. Yaitu ketika kami harus merencanakan dua masa jabatan presiden karena perubahan-perubahan itu menetap sifatnya. Pemilu 2012 jauh lebih penting daripada 2008; ia mengukuhkan bahwa perubahan-perubahan itu memang menetap dan bahwa Israel harus menyesuaikan diri dengan semua perubahan itu.
Israel punya kepentingan strategis yang sangat penting untuk menjaga dukungan bagi Israel sebagai isu dua partai; kami tidak boleh pernah menjadi monopoli satu partai. Kenyataan ini makin menantang karena Israel sudah punya pengalaman dengan teror yang menggerakkannya secara signifikan menuju ke kanan bahkan ketika Amerika bergerak ke kiri. Israel menjadi lebih tradisional; Amerika menjadi kurang tradisional. Saya harus bergulat dan mencoba membatasi kenyataan ini.
Daniel Pipes: Beralih kepada tanggapan-tangapan atas bukumu --- para pejabat Amerika sudah dibangkitkan kemarahannya oleh Ally. Jurubicara Menteri Luar Negeri John Kerry mengatakan buku itu "benar-benar tidak akurat dan salah." Mantan mitramu, Duta Besar AS untuk Israel Daniel Shapiro, mengatatakn, "Bisa saya katakana sebagai seorang duta besar bahwa kadangkala para duta besar punya pandangan yang sangat sempit seputar percakapan antarpara pemimpin mereka. Dan penjelasan buku itu tidak merefleksikan kebenaran seputar apa yang terjadi." Dengan aneh, Shapiro katakan, dia tidak tahu apa-apa dan karena itu kau tidak tahu apa-apa. Bagaimana tanggapanmu?
Duta besar yang saling bertukar tempat: Daniel Shapiro dan Michael Oren. |
Michael Oren: Bagi seorang duta besar, ini ucapan aneh karena mengatakan tentang duta besar lain. Selama satu setengah pekan silam, saya dikatakan politisi yang terlalu bersemangat mencari uang, suka berkhayal serta sejumlah pilihan kata lainnya. Tetapi di samping semua serangan pribadi (ad hominem) ini, tidak ada orang membaca buku itu secara substansial. Saya berkisah dalam 400 halaman dan praktis tidak ada orang mengatakan bahwa fakta-fakta yang saya sajikan itu salah. Jadi, katakan saja, Amerika tidak melakukan negosiasi selama tujuh bulan tanpa memberi tahu kami atau bahwa pemerintah tidak menunda penerbangan menuju Bandara Ben Gurion pada pertengahan 2014. Tidak ada orang menatakan saya mengkhayalkan peristiwa-peristiwa ini.
Saya pikir, sebagian reaksi yang saya terima dari orang-orang di pemerintahan --- perhatikan orang-orang di dalam pemerintahan, bukan orang-orang dari pemerintahan--- sudah terlampau peka terhadap berbagai persoalan yang saya kemukakan.
Apakah yang membawa saya kepada pemikiran untuk meluncurkan buku ini sekarang. Bulan Juni merupakan waktu yang mengerikan untuk mengeluarkan sebuah buku non-fiksi. Itu bacaan musim panas, ketika kau luncurkan Jaws (Rahang). (Dalam semangat ini, saya memberi tahu Penerbit Random Haouse bahwa kita harus ubah nama buku menjadi Jews (Yahudi). (Hadirin tertawa). Orang akan baca buku itu di pantai! Mereka tidak masuk laut berenang! Kau keluarkan buku seperti ini pada bulan Oktober atau Nopember supaya bisa terlibat dalam bulan buku Yahudi pada Bulan Nopember lalu melompat ke musim buka Natal – lalu Hanukkah.
Selain itu, saya anggota Knesset, Parlemen Israel. Itu berarti, saya tidak promosikan buku itu sebagaimana saya seharusnya lakukan. Saya sebelumnya pergi melakukan perjalanan keliling selama dua bulan, namun tidak bisa saya lakukan dengan buku ini.
Bagaimanapun juga, saya luncurkan buku itu sekarang karena pekan depan atau apa berkenaan dengan perjanjian yang ditandatangani antara Amerika Serikat, anggota tetap Dewan Keamanan PBB bersama Jerman dengan Republik Islam Iran. Negara Israel --- bukan saja bagian saya, bukan saja perdana menteri --- melihat ini sebagai sebuah perjanjian yang mengerikan, sebuah perjanjian yang sangat dalam membahayakan kami. Saya bakal dianggap lalai jika tidak mengisahkan kisah ini sekarang juga. Buku itu diluncurkan sekarang supaya bisa memancing pembicaraan yang tepat yang kita adakan malam ini. Apakah yang mereka harapkan dari kami---untuk pergi diam-diam memasuki malam penandatanganan perjanjian ini? Orang-orang Yahudi tidak bisa melakukan hal itu.
Daniel Pipes: Mari kita bahas yang terakhir dari tiga topik: Persoalan Presiden Amerika. Apakah yang kau pikirkan lebih lebih baik menjelaskan soal pendekatan Obama atas Timur Tengah dan dunia. Apakah itu teori yang sangat luar biasa atau dia justru berimprovisasi menanggapinya tatkala persoalan itu terjadi?
Michael Oren: Barack Obama --- seperti semua presiden—datang ke Gedung Putih dengan pandangan sendiri. Pandangannya kebetulan sangat menantang bagi Negara Israel. Pandangan itu tidak mencakup gagasan Amerika untuk memberikan pengecualian atau kepemimpinan Amerika. Sebaliknya, ia merupakan pendekatan kolegial terhadap manajemen krisis dan urusan dunia. Ia mencakup upaya tertentu untuk melompat dari kemungkinan menggunakan militer hingga sepenuhnya mengandalkan organisasi internasional seperti PBB, yang tidak selalu ramah kepada Negara Israel.
Beberapa dari kami bangun dari tidur pagi hari lalu mengatakan sedikit berakhah (berkat) bahwa demokrasi terbesar di dunia kebetulan juga merupakan kekuatan militer terbesar. Ini hal mengagumkan. Dalam perspektif ini, salah satu penyataan yang paling mencerahkan pernah saya dengar diucapkan oleh Barack Obama adalah pada konperensi tingkat tinggi (KTT) keamanan nuklir pada 2010. Ketika itu dia mengatakan --- kata-kata terukir dalam jiwa saya, yaitu ketika dia mengatakan, "Suka atau tidak suka, kami tetap adidaya militer yang paling menentukan." Pikirkanlah pernyataan itu sejenak. Pernyataan itu sangat mengungkapkan sikap presiden terhadap kekuatan militer. Akankah John Kennedy mengatakan itu? Akankah Bill Clinton? George W. Bush?
Dan kemudian ada sejumlah posisi Obama dalam isu-isu tertentu, seperti pendekatannya kepada dunia Muslim. Saya pikir sangat baik, memang. Memang masuk dalam perhatian kami, bahwa Amerika meningkatkan hubungannya dengan kaum Muslim --- sejauh ia dilakukan tidak dengan biaya kami. Bagaimanapun, dukungan yang tak pernah ada sebelumnya terhadap cita-cita bangsa Palestina dan rekonsiliasi dengan Iran itu sangat problematik bagi kami.
Pandangan itu bertabrakan dengan realitas, Hasilnya terlihat seperti tambal-sulam. Ada intervensi melawan Kadafi tetapi tidak melakukan intervensi terhadap Assad. Ada semacam kerja sama implisit dengan pasukan Shiah melawan ISIS di Irak, tetapi ada semacam penolakan terhadap apa yang Saudi Arabia tengah lakukan di Yaman melawan ISIS dan sepenuhnya menentang apa yang dilakukan Mesir melawan ISIS di Suriah. Saya bisa terus membahas ini.
Setelah nyaris lima tahun terjadi huru-hara, aksi kekerasan dan ketidakpuasan yang tidak pernah ada sebelumnya di Timur Tengah, pandangan itu tetap saja tidak berubah.