Artikel ini juga muncul dalam simposiumNational Review Online dalam rangka merayakan ulang tahun Bernard Lewis. Sejarahwan Bernard Lewis merayakan hari ulang tahunnya ke-100 hari ini, Senin, 31 Mei 2016.
Ada tiga kutipan membentuk karir Bernard Lewis. Martin Kramer, mantan mahasiswa Lewis, merangkum prestasi yang dicapai gurunya;
Bernard Lewis mencuat sebagai sejarahwan pasca-perang paling berpengaruh tentang Islam dan Timur Tengah. Sintesanya yang mengagumkan membuat sejarah Islam dapat diakses oleh masyarakat luas di Eropa dan Amerika. Dalam berbagai kajiannya yang jauh lebih khusus, dia merintis sejarah sosial dan ekonomi dengan memanfaatkan arsip Kekaisaran Ottoman yang sangat berlimpah-ruah. Kajian-kajiannya tentang dunia Muslim pramodern mengungkapkan kelimpahan pengetahuannya yang mengagumkan sekaligus perasaan puas terhadap diri sendiri. Kajiannya dalam sejarah modern memperlihatkan dialog batin masyarakat Muslim yang jelas terdengar dalam perjumpaan mereka dengan berbagai nilai dan kekuasaan Barat.
R. Stephen Humphreys dari Universitas California mencatat "pengetahuannya yang sangat luas [serta] kapasitas penguasaannya atas seluruh sejarah Islam dan Timur Tengah sejak dari Nabi Muhamad hingga kepada persoalan masa kini." Dan sebagaimana dikatakan oleh almarhum Fouad Ajami dari Universitas John Hopkins pada HUT Lewis yang ke-90, dia adalah "orakel era baru masyarakat Amerika di tanah Arab dan dunia Islam."
Karir Lewis merentang selama 75 tahun yang mengagumkan. Berawal dari artikel pertamanya ("The Islamic Guilds" atau Serikat Sekerja Kaum Islam) yang diterbitkan pada 1937 hingga otobiografinya. Dalam pertengahan karirnya yang gemilang itu, pada 1969, dia memasuki hidup saya. Di Israel, pada musim panas, selama masa-masa awal serta tahun-tahun pertama kuliah saya di perguruan tinggi dan seiring dengan keraguan saya untuk menjadi ahli matematika, saya pun berpikir untuk mengalihkan kerinduan saya kepada kajian Timur Tengah. Untuk mencicipi kajian baru, itu saya lalu memutuskan mengunjungi Toko Buku Ludwig Mayer yang terkenal di Yerusalem. Saya membeli buku Lewis yang dikeluarkan pada tahun 1950 berjudul, The Arabs in History (Sejarah Bangsa Arab).
Dan buku itu mengawali karir saya. Selama 47 tahun selanjutnya, Lewis terus meningkatkan pengaruhnya yang mendalam atas kajian saya. Walau tidak pernah menjadi murid resminya, saya menyerap pandangan-pandangannya, membaca nyaris semua tulisan dan secara baik membuat resensi atas tujuh bukunya (pada 1982, 1986, 1988, 1989, 1994, 1996, and 2000), jauh lebih banyak daripada yang dilakukan oleh pengarang lainnya. Namanya muncul dalam 508 pages website saya. Jauh di luar persoalan angka-angka, lebih daripada banyak pakar lain, dia mempengaruhi pemahamann saya tentang Timur Tengah dan Islam.
Meskipun demikian, dia dan saya terlibat dalam perdebatan yang sangat keras selama George W. Bush berkuasa, khususnya seputar kebijakan AS atas Irak (saya sendiri lebih skeptis terhadap berbagai usaha AS) dan secara luas berkaitan dengan persoalan untuk memunculkan kebebasan di Timur Tengah (ditto).
Profesor Lewis pertama kali saya temui di London. Dengan ramah, dia kala itu mengundang saya ke rumahnya. Banyak nasehat diberikan seputar kajian saya untuk menyelesaikan pendidikan doktor saya. Baru-baru ini saya pun bertemu dia dua kali di apartemennya yang kecil di kota satelit Philadelphia.
Badan dan pikirannya luar biasa sehat. Dia menghabiskan waktu di depan komputer, bahkan selalu penuh humor ("Dagelan orang Yahudi macam apa itu? Dagelan itu tidak bisa dipahami oleh kalangan non-Yahudi dan merupakan versi yang lebih baik yang pernah didengar oleh orang Yahudi). Dia juga menyulap kembali berbagai dagelan dari masa sebelum sebagian besar dari kita lahir (misalnya soal dengan Abba Eban pada 1946 tentang pilihan karir Abba misalnya). Mengagumkan memang melihat dia menjalani semuanya secara mengagumkan bahkan secara menyedihkan dapat dipahami bahwa dia tidak lama lagi terlibat dalam ilmu pengetahuan atau memberikan opini seputar peristiwa-peristiwa terbaru.
Bernard Lewis bersama pengarang di Kota New York pada Mei 2008. |
Ia lahir hanya 15 hari setelah Perjanjian Sykes-Picot yang merumuskan Timur Tengah modern. Ketika bersama-sama merayakan ulang tahun keseratus pada Mei ini, mereka pun menemukan Suriah dan Irak yang terpecah belah. Namun, Bernard Lewis, lebih daripada sebelumnya, menjadi inspirasi bagi para muridnya yang mengidentifikasi diri dengannya termasuk yang satu ini.
Pipes (DanielPipes.org, @DanielPipes) adalah Presiden Middle East Forum (Forum Timur Tengah). © 2016 by Daniel Pipes. All rights reserved.