Saya diwawancarai oleh bagian layanan Bahasa Inggeris Otoritas Penyiaran Israel (Broadcast Authority---(IBA). Silakan diklik di sini untuk menyasikan videonya.
Transkrip Wawancara
Israel Broadcasting Authority (IBA): Dr. Daniel Pipes adalah pendiri dan Presiden Middle East Forum (Forum Timur Tengah). Ia juga pengamat politik Timur Tengah yang sangat produktif. Dia sudah bergabung bersama saya guna mendiskusikan ancaman-ancaman terhadap perbatasan Israel. Dr. Pipes, selamat datang.
Pipes: Terimakasih.
IBA: Apakah yang seharusnya lebih mengkhawatirkan Israel: ISIS yang berada di utara atau ISIS di selatan negara itu?
Pipes: Situasi di utara pasti jauh lebih berbahaya bagi Israel dibandingkan dengan bagian selatan. Di sana, ada Mesir, sebuah pemerintahan yang stabil pada saat ini. Dan itu pun hanya soal beberapa ratus orang-orang yang berafiliasi dengan ISIS yang melakukan perampokan. Sebaliknya di utara, tentu saja keadaannya sama sekali tidak stabil. Bahayanya pun jauh lebih besar.
IBA: Ya, tetapi dalam waktu dekat ini, kita saksikan ISIS yang menekan perbatasan Mesir. Sementara di utara Israel, mereka justru menjauh dari kawasan yang agak kurang menguntungkan.
Pipes: Ya, sebetulnya, kelompok yang berafiliasi dengan ISIS, yaitu Brigade Martir Yarmouk tepat berada di perbatasan dengan Israel. Dan sangatlah menarik bahwa organisasi yang berafililiasi dengan ISIS ini tidak menyerang Israel atau sebaliknya parukan Israel pun tidak menyerangnya. Ini, saya pikir memperlihatkan kenyataan bahwa Israel mempersepsi ISIS tidak terlalu menjadi ancaman dibandingkan dengan rejim Suriah yang didukung Iran dan organisasi Hizbulah yang didukung Iran --- saya setuju dengan penilaian itu.
IBA: Itu mungkin saja menjelaskan mengapa kita tidak pernah menyerang kembali ISIS. Tetapi dia tidak menjelaskan mengapa ISIS tidak menyerang Israel. Juga bahwa teori konspirasi yang marak di jalan-jalan hendak menjelaskan mengapa kita tidak pernah mengalami kasus seperti yang dialami oleh Brussels atau Paris. Mengapa hal itu terjadi?
Pipes: Ya, ISIS sudah berusaha, saya pikir, untuk menyusup masuk ke Israel dan untuk memperoleh bahan peledak dan melakukan serangan di dalam negeri. Tetapi, bagi yang berafiliasi dengan ISIS yang berada di perbatasan Israel, menyerang Israel itu bakal menjadi upaya bunuh diri. Daya tembak persenjataannya jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang IDF miliki. Sementara itu, ISIS secara keseluruhan memperlihatkan visi strategis yang sangat sedikit. Dengan demikian, saya pikir, ISIS pun paham bahwa itu bukanlah upaya yang bijak.
IBA: Terkait dengan peledakan bunuh diri, Allah melarang, terjadi di salah satu kota Israel, hal yang mirip seperti yang terjadi di Paris atau Brussels.
Pipes: Tentu saja tindakan itu menguntungkan ISIS. Tetapi bagi orang yang berafiliasi dengan ISIS di perbatasan Israel, upaya untuk langsung menyerang Israel dalam suatu operasi militer bisa menjadi bunuh diri yang tidak bakal mencapai sasarannya.
IBA: Mereka takut dengan tanggapan Israel?
Pipes: Benar. Tetapi saya pikir mereka memang ingin menyerang di dalam kawasan Israel, sama seperti mereka ingin menyerang nyaris di semua tempat di dunia.
IBA: Jadi itulah alasan mengapa mereka tidak pernah berhasil menggantikan usaha-usaha kuat dari pasukan keamanan Israel. Atau apakah inilah yang mereka ingin coba?
Pipes: Ya, kedua-duanya. Maksud saya, keamanan Israel sudah efektif dan mereka tidak terpusat pada Israel. Israel menjadi tujuan akhir dari kelompok seperti ISIS tetapi sasaran yang jauh lebih langsung adalah negara-negara Muslim. Secara khusus, Arab Saudi, juga Irak, Suriah, Turki dan Yordania---
IBA: Benar. Berkaitan dengan pertanyaan tentang Arab Saudi --- apa yang sedang ISIS pikirkan ketika menyerang tempat suci Muslim yang penting?
Pipes: Seperti sudah saya katakan, ISIS tidak terlalu strategis. Ia tidak berpikir tentang bagaimana mendapatkan teman serta mempengaruhi orang. Ia hanya pergi menyerang. Hal yang sama pun dia lakukan di Turki. Padahal, ia punya hubungan yang sangat baik dengan Pemerintah Turki tetapi sekarang dia justru membunuh masyarakatnya dalam berbagai serangan kejam. Di Yordania, ia pun punya hubungan yang sangat bagus, sampai ia membakar hidup-hidup seorang pilot Yordania.
IBA: Tetapi pasti ada pergeseran strategis. Dia mulai bergerak dari upaya untuk memusatkan perhatian pada upaya untuk membentuk kekalifahan kepada upaya untuk menyerang musuh yang jauh, yang senantiasa menjadi strategi al-Qaeda. Mengapa demikian? Apa yang diharapkannya bisa diperoleh dari serangan-serangan terhadap kota-kota Eropa?
Pipes: Dia berharap agar bisa mendapatkan dukungan dari kaum Muslim. Dan memang dukungan ini ada. Pada saat bersamaan, saya berpendapat, bahwa walau ada sejumlah Muslim, yang dapat kau hitung ribuan, siapa yang mengatakan bahwa ISIS merepresentasikan kekalifahan, visi Islam yang mereka dukung? Saya katakan, jauh lebih besar jumlah kaum Muslim yang merasa tidak suka kepadanya, yang takutnya kepada. Jadi, berkali-kali, ISIS tidak strategis. Ia hanya pergi begitu saja ke tempat yang disasar serta tidak mengindahkan banyak musuh--- coba lihat musuh-musuh yang dia milik di seluruh kawasan ini, dengan sedikit pengecualian terhadap Pemerintah Turki, Qatar dan Arab Saudi. Tetapi di sana pun, mereka berubah memusuhinya.
IBA: Ketika memperhatikan para pelaku lain kawasan ini sekarang, maka hari ini menandai 10 tahun sejak terjadinya Perang Libanon Kedua. Kita pun menyaksikan masa tenang yang belum pernah terjadi sebelum di fron utara Israel. Dalam keadaan apakah, Hizbulah mungkin saja memutuskan bahwa sudah tiba waktunya untuk putaran aksi lainnya?
Pipes: Saya pikir Hizbulah mungkin memutuskan bahwa ketika tugasnya di Suriah berakhir dan dia bisa mengundurkan diri kembali ke Libanon. Dengan demikian, ia bisa memusatkan perhatian pada Yerusalem sebagai sasarannya. Dan itu berbeda dari upayanya untuk menyasar Damaskus. Tetapi, pada saat ini, kemungkinan itu masih lama.
IBA: Baiklah. Dr. Pipes, banyak terimakasih.
Pipes: Sama-sama.
Topik Terkait: Konflik Arab-Israel & diplomasi, Islam Radikal