DONALD TRUMP--- mengeluarkan perintah pelaksanaan (executive order) 27 Januari lalu. Perintah itu secara radikal menetapkan prosedur baru berkaitan dengan orang-orang asing yang mengajukan diri memasuki Amerika Serikat. Disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebelumnya tentang "penyaringan yang sangat ketat" (extreme vetting), perintah itu menjelaskan bahwa;
untuk melindungi warganya, Amerika Serikat harus memastikan bahwa semua orang yang diterima masuk negara ini tidak memusuhi Amerika Serikat serta prinsip pendiriannya. Amerika Serikat tidak bisa dan seharusnya tidak menerima orang-orang yang tidak mendukung Konstitusi atau orang-orang yang mengakibatkan ideologi keras yang bertentangan dengan hukum Amerika lahir. Selain itu, Amerika Serikat seharusnya tidak menerima orang-orang yang terlibat dalam aksi-aksi yang fanatik atau penuh kebencian (termasuk pembunuh "demi kehormatan", bentuk-bentuk kekerasan lain terhadap wanita atau penyiksaan terhadap orang-orang yang menjalan agama yang berbeda dari mereka sendiri) atau orang-orang yang bisa menindas warga Amerika dari ras, gender atau orientasi seksual apapun.
Donald Trump tengah menandatangani perintah pelaksanaan di Pentagon, 27 Januari 2017. |
Bagian ini menimbulkan beberapa pertanyaan ketika menterjemahkan proses penyaringan yang ketat dalam praktek: Bagaimana orang mampu membedakan orang asing yang "tidak memusuhi Amerika Serikat dan prinsip-prinsip pendiriannya" dari orang-orang yang mempunyai sikap itu? Bagaimana pejabat pemerintah merumuskan dengan jelas "orang-orang yang bisa membuat ideologi keras yang bertentangan dengan hukum Amerika, lahir?" Jauh lebih spesifik lagi, melihat bahwa prosedur-prosedur baru itu nyaris secara eksklusif berkaitan dengan ketakutan untuk membiarkan lebih banyak lagi Muslim radikal masuk ke dalam negeri itu, maka persoalannya adalah bagaimana orang mengidentifikasi mereka?
Akan saya bahas ini sebagai pekerjaan yang dapat dilakukan sehingga perintah pelaksanaan memberikan dasar untuk mencapainya. Upaya ini memang mahal, menghabiskan banyak waktu serta menuntut ketrampilan yang luar biasa. Meski demikian, dia dapat dilakukan meski tidak mudah.
Tantangan
Muslim radikal (berbeda dari Muslim moderat) saya maksudkan sekitar 10-15 persen Muslim yang berupaya menerapkan Shariah secara menyeluruh. Mereka ingin menjalankan peraturan abad pertengahan yang menyerukan (di antara banyak seruannya) untuk membatasi ruang gerak wanita, menguasai non-Muslim, melakukan jihad yang kejam dan membangun kekalifahan guna memerintah dunia.
Bagi banyak non-Muslim, bangkitnya Islamisme selama 40 tahun silam membuat Islam sinonim dengan ekstremisme, huru-hara, agresi dan kekerasan. Tetapi tidak semua Muslim yang menjadi persoalan. Hanya Muslim radikal. Hanya mereka, bukan semua Muslim yang harus segera dikeluarkan dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya. Tidak sekedar itu; kaum Muslim anti-Muslim radikal menjadi kunci untuk menghentikan gelombang kebangkitan Islam, karena mereka bisa menawarkan alternatif yang manusiawi dan modern terhadap Muslim radikal yang masa bodoh (obscurantism).
Bagaimanapun, upaya untuk mengidentifikasi Muslim radikal bukanlah soal mudah. Tak ada tes litmus (litmus test) yang mudah. Pakaian yang dikenakan bisa mengecoh. Beberapa wanita pemakai hijab bisa saja anti-Muslim radikal, sementara Muslim yang menjalankan agamanya bisa saja kaum Zionis. Pekerjaan seseorang pun tidak banyak mengindikasikan fanatismenya, karena sejumlah insinyiur teknologi tinggi adalah Muslim yang kejam. Jenggot, tidak minum alkohol, sholat 5 kali sehari dan poligini atau banyak istri juga sama sekali tidak berkisah tentang pandangan politik seorang Muslim. Yang membuatnya lebih membingungkannya adalah Muslim radikal kerapkali menyembunyikan diri dengan berpura-pura sebagai moderat, sementara sejumlah orang yang percaya mengubah pandangan mereka seiring dengan berjalannya waktu.
Akhirnya, bayangan abu-abu justru membuat isunya semakin kacau-balau. Gejala itu dicatat oleh Robert Satloff dari The Washington Institute. Menurut dia, buku terbitan Gallup pada tahun 2007 berjudul, Who Speaks for Islam? What a Billion Muslims Really Think yang berbasis polling dengan lebih dari 50.000 Muslim di sepuluh negara menemukan bahwa 7 persen Muslim menganggap serangan tragis 11 September 2001 (atas Menara Kembar Perdagangan Dunia di New York) "sepenuhnya dibenarkan." Sebanyak 13,5 persen menganggapnya "sebagian besar dapat dibenarkan" dan 36, 6 persen menganggapnya benar-benar, sebagian besar atau "sedikitnya dibenarkan." Persoalannya, manakah dari kelompok peserta polling itu yang dapat orang defenisikan sebagai radikal Muslim dan bukan?
Berhadapan dengan berbagai tantangan intelektual ini, para birokrat Amerika malah terlihat tidak kompeten, seperti saya perlihatkan dalam sebuah blog panjang berjudul, "The U.S. Government's Poor Record on Islamists." Kaum Muslim radikal telah berhasil membodohi Gedung Putih, Departemen Pertahanan, Kehakiman, Luar Negeri serta Bank Sentral (Treasury), Kongres, lembaga-lembaga penegak hukum dan banyak pemerintahan kotamadya. Beberapa contoh bisa dilihat berikut ini;
- Pentagon pada 2001 mengundang Anwar al-Awlaqi,, seorang Muslim radikal Amerika yang belakangan dieksekusinya mati bersama peluru kendali yang diluncurkan, dengan menggunakan drone.
Pada 2001, Pentagon mengundang Anwar al-Awlaki yang hendak menembakan peluru kendali. Pada 2011 lembaga yang sama membunuhnya bersama sebuah drone penembak rudal. |
- Pada 2002, Jurubicara FBI Bill Carter melukiskan Dewan Muslim Amerika (AMC) sebagai kelompok Muslim "paling toleran (the most mainstream) di Amerika Serikat." Tetapi, tepat dua tahun sebelumnya FBI justru menangkap pendiri sekaligus ketua AMC, Abdurahman Alamoudi atas tuntutan yang berkaitan dengan terorisme. Alamoudi kini menjalani sekitar separuh dari masa hukum 23 tahunnya di penjara.
- George W. Bush mengangkat tokoh Muslim radikal yang sembunyi-sembunyi, Khaled Abou El Fadl pada 2003 untuk menduduki jabatan pada Komisi bagi Kebebasan Agama Internasional di samping pengangkatan lainnya.
- Gedung Putih pada tahun 2015 mengangkat orang-orang dari Dewan Hubungan Islam-Amerika (CAIR) dalam berbagai konsultasinya, meski CAIR menerima dana awal dari sebuah organisasi yang dituding sebagai kelompok teroris dan berbagai penangkapan atau deportasi dilakukan terhadap karyawan lembaga itu atas tuduhan terorisme dan menjadi sejarah penipuan. Tujuan organisasi itu, seperti dikemukakan oleh salah satu dari para pemimpinnya adalah untuk menjadikan Islam satu-satunya agama yang diterima di Amerika.
Para moderat gadungan pun bahkan pernah mengelabui saya, meski sudah saya mencurahkan semua perhatian saya untuk topik ini. Tahun 2000 misalnya, saya memuji-muji sebuah buku karya Tariq Ramadan. Empat tahun kemudian saya berdebat menentang pengusirannya dari Amerika Serikat. Pada 2003, saya lagi-lagi mengecam mata-mata Partai Republik bernama Kamal Nawash. Namun, dua tahun kemudian, saya mendukungnya. Apakah mereka berubah atau pemahaman saya tentang mereka berubah? Lebih dari satu dekade kemudian, saya masih tetap saja tidak yakin.
Standar Penyaringan yang Seragam
Kembali kepada persoalan imigrasi. Keadaan membingungkan ini mengarah kepada perlunya untuk belajar lebih banyak lagi soal calon pendatang dan imigran. Untungnya, perintah eksekutif Trump, "Protecting the Nation from Foreign Terrorist Entry into the United States," yang ditandatangani 27 Januari 2017 hanya mempersyaratkan hal ini. Perintah itu menyerukan adanya "Standar Penyaringan yang Seragam." Tujuannya adalah untuk mencegah orang-orang yang berupaya memasuki Amerika Serikat "dengan menipu berniat untuk menimbulkan kerugian atau berisiko menyebabkan kerugian setelah mereka diterima." Perintah itu mempersyaratkan bahwa standar dan prosedur penyaringan yang seragam mencakup juga unsur-unsur seperti (huruf tebal dari saya);
- Wawancara pribadi;
- Ada database dokumen identitas yang diajukan pemohon imigrasi untuk memastikan bahwa dokumen ganda tidak digunakan oleh banyak pemohon;
- menghapus bentuk pengajuan yang mencakup pertanyaaan-pertanyaan yang bermaksud mengidentifikasi jawaban-jawaban yang curang serta niat jahat.
- ada mekanisme untuk memastikan bahwa pelamar mengklaim diri siapa dia nantinya.
- ada proses untuk mengevaluasi kemungkinan pelamar menjadi anggota masyarakat yang memberikan sumbangan positif sekaligus mampu memberikan sumbangan demi kepentingan nasional; dan
- ada mekanisme untuk menilai apakah pelamar berniat melakukan aksi kriminal dan teroris atau tidak setelah memasuki Amerika Serikat.
Unsur 1,3,5 dan 6 mengijinkan sekaligus menuntut prosedur yang dirancang dalam analisis berikut. Rancangan ini mengandung dua unsur utama; penelitian mendalam serta wawancara intensif.
Penelitian
Tatkala seseorang mengajukan diri untuk menjalani pemeriksaan keamanan (clearance security), maka pemeriksaan latar belakang hidupnya seharusnya dilakukan juga untuk menemukan hal-hal yang berkaitan dengan keluarga, teman, asosiasi, pekerjaan, keanggotaan dan aktivitasnya. Para agen pemeriksa harus membuktikan pernyataan-pernyataan tentang relasi sosial dan tindakannya termasuk anomali dan kesenjangan data yang dapat dipertanyakan ini. Tatkala menemukan sesuatu yang meragukan, mereka seharusnya meninjau lebih jauh data itu, senantiasa dengan pandangan mata untuk menemukan masalah. Apakah akses terhadap rahasia pemerintah itu lebih penting daripada akses terhadap negara? Proses imigrasi seharusnya dimulai dengan pendekatan terhadap calon imigran dan seperti pemeriksaan keamanan, pelayanan di perbatasan negara pun seharusnya menyelidiki persoalan ini.
Hampir semua orang dengan pandangan yang kuat pada saat tertentu mengeluarkan pernyataan mereka di media sosial |
Selain itu, seperti urusan pemeriksaan keamanan, proses ini harus berdimensi politik: Apakah orang yang diselidiki itu punya pandangan yang sesuai dengan pandangan Konstitusi? Belum lama ini, hanya tokoh publik seperti para intelektual, aktivis, tokoh agama yang direkam pandangan-pandangannya; tetapi sekarang, berkat Internet dan ajakan terbuka bagi siapapun untuk memberikan komentar tertulis atau lewat video secara rutin dan terbuka khususnya lewat media sosial (Facebook, Twitter, dst.), maka hampir semua orang dengan pandangan yang kuat pada saat tertentu mengeluarkan pernyataan. Data seperti ini menyajikan pandangan-pandangan yang tidak tersaring yang sangat berharga atas banyak topik penting seperti soal Islam, non-Muslim, wanita serta kekerasan sebagai sebuah taktik. (Mengekploitasi sumberdaya ini sudah jelas dengan sendirinya, tetapi pihak berwenang imigrasi A.S. tidak melakukannya sehingga menetapkan pembatasan diri sendiri yang kasarnya sama dengan Kepolisian Belgia yang memilih untuk tidak melakukan razia antara pukul 9 malam dan 5 pagi.)
Barangkala Inspektur polisi Jacques Clouseau benar-benar bekerja untuk Kepolisian Belgia. |
Dalam kasus jihadi jahat, yang terang-terangan berbicara terbuka, penelitian ini biasanya sudah memadai untuk membuktikannya sehingga bisa mengusir mereka dari negeri ini. Bahkan sejumlah Muslim radikal yang lembut bangga mengungkapkan sikap tidak moderat mereka. Tetapi banyak Muslim radikal bersuara lebih lembut dan halus, sehingga tujuan mereka terlihat moderat dan akhirnya bisa memasuki negeri ini kemudian menerapkan Shariah melalui sarana-sarana yang selaras dengan hukum. Seperti terbukti dari sejumlah contoh di atas seperti Abou El Fadl atau CAIR, penelitian kerapkali terbukti tidak memadai dalam berbagai contoh ini. Alasannya, karena kaum Muslim yang sangat berhati-hati bisa menyembunyikan tujuan mereka dan pintar sekali berpura-pura. Kenyataan ini yang membawa kita kepada wawancara saat para pelamat itu masuk.
Wawancara saat Calon Memasuki Amerika
Andaikan kaum radikal Muslim yang bertindak sesuai hukum biasa menyembunyikan pandangan mereka yang sebenarnya, maka wawancara diperlukan ketika memasuki Amerika. Tentu saja, dilakukan secara sukarela tetapi juga harus benar-benar seksama karena tak satu pun dipaksakan untuk mengajukan diri untuk imigrasi.
Terekam: Dengan ijin yang tegas dari orang yang ditanya ("Anda paham dan menerima bahwa wawancara ini direkam, bukan?") maka pertukaran pembicaraan seharusnya jelas-jelas direkam sehingga cara wawancara berlangsung (proceedings) tidak bermakna ganda ada dalam rekaman. Ini memungkinkan kata-kata, nada, pola bicara, ekspresi wajah, bahasa tubuh orang yang diwawancarai tersedia untuk kajian lebih jauh. Formulir serta persoalan-persoalan mendasar tersedia. Seperti apakah orang yang diwawancarai itu tersenyum, gelisah, berkedip, membuat kontak mata, mengulangi jawabannya, berkeringat, gemetar, lelah, perlu berkali-kali berhenti supaya bisa ke toilet atau sebaliknya mengungkapkan diri tidak lewat kata-kata.
Polygraph: Kenyataannya, jika mesin pendeteksi kebohongan (lie detector machine) tidak bisa memberikan informasi yang bermanfaat, pemasangan alat ini bisa menyebabkan orang yang diwawancarai mengungkapkan lebih banyak hal yang benar.
Di bawah sumpah: Sadar bahwa bisa dihukum karena berbohong dengan penahanan di penjara, orang bisa saja berusaha untuk benar-benar mengatakan apa adanya.
Di depan umum: Jika calon imigran sadar bahwa jawabannya atas pertanyaan-pertanyaan abstrak itu (berbeda dari pertanyaan-pertanyaan pribadi soal kehidupannya) dibuat di depan umum, maka dia bisa mengurangi upaya untuk mengulangi kebohongan. Sebagai contoh, ketika ditanya soal keyakinannya terhadap penerapan penuh hukum Islam, maka sangat kecil kemungkinannya bagi seorang Muslim radikal untuk salah menjawab dengan kalimat negatif jika dia sadar jawabannya memungkinkan pihak lain mengawasinya.
Beragam: Tidak ada pertanyaan tunggal yang mampu menghasilkan jawaban yang dengan jelas tepat menetapkan disposisi atau watak seorang Muslim radikal. Wawancara yang efektif dengan demikian mempersyaratkan adanya rangkaian pendekatan atas banyak topik pembahasan, mulai dari soal homoseksual hingga kekalifahan. Kemudian, jawaban-jawaban itu dinilai secara menyeluruh.
Spesifik: Pendekatan-pendekatan yang terlampau luas yang searah dengan pemikiran "Apakah Islam itu agama damai?", "Apakah anda mengecam terorisme?" "Bagaimana tanggapan anda terhadap pembunuhan orang-orang yang tidak bersalah," sangat tergantung pada defenisi yang seseorang berikan atas kata-kata seperti damai (peace), terorisme (terrorism) dan tidak bersalah (innocents) untuk membantu menetapkan pandangan seseorang harus dihindari. Sebaliknya, pertanyaan-pertanyaan harus fokus dan tepat seperti: "Bolehkah Muslim keluar dari agama Islam, entah karena bergabung dengan agama lain atau untuk menjadi ateis?" "Apakah seorang Muslim berhak meninggalkan Islam?"
Beragam cara mengutarakannya: Pertanyaan-pertanyaan yang bermaksud menggali kebenaran, artinya yang hendak mengamati perbedaan sekaligus inkonsistensi seseorang dapat diajukan beberapa kali dengan kata dan variasi tekanan ucapan yang berbeda. Sebagai contoh: "Bolehkah wanita memperlihatkan wajahnya di depan umum?" "Hukuman apa yang lebih anda sukai bagi wanita yang memperlihatkan wajah mereka kepada laki-laki yang tidak berkaitan dengan mereka karena hubungan keluarga?" "Apakah penjaga pria bertanggung jawab memastikan kelompok wanita tidak meninggalkan rumah tanpa menutup wajahnya?" "Haruskah pemerintah mendesak wanita untuk menutup wajah?" "Apakah masyarakat akan menjadi lebih teratur bila para wanita menutup wajah?" Banyak cara dapat dilakukan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini dan dapat diperluas dengan menambahkan pertanyaan-pertanyaan soal alur penalaran atau kedalaman rasa responden sendiri.
Diulang-ulang: Pertanyaan-pertanyaan harus diajukan berulang-ulang selama beberapa pekan, bulan bahkan lebih lama dari itu. Ini penting. Kebohongan memang lebih sulit diingat daripada kebenaran. Dengan demikian, peluang responden untuk mengubah jawaban meningkat seiring dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan sekaligus jedah waktu antarpertanyaan. Ketika inkonsistensi terungkap, penanya bisa mengarahkannya, menyelidiki ciri, luas dan kepentingan respondennya.
Pertanyaan
Pedomannya memang siap pakai. Lalu, pertanyaan khusus apa saja yang membuat kita mampu menggali informasi yang bermanfaat?
Pertanyaan-pertanyaan berikut, menawarkan upaya untuk membangun prosedur penyaringan. Daftarnya berasal dari pengarang, tetapi diambil dari amatan sejumlah pengamat politik yang mendedikasikan bertahun-tahun waktu mereka memikirkan topik ini. Naser Khader, yang kala itu anggota Parlemen Denmark, yang berasal dari Muslim Suriah menawarkan seperangkat pertanyaan awal pada tahun 2002. Setahun kemudian, pengarang menerbitkan sebuah daftar yang mencakup tujuh bidang subyek. Pengamat politik lain mengikutnya, termasuk Muslim liberal Mesir Tarek Heggy, Muslim liberal Amerika Tashbih Sayyed dan Zuhdi Jasser, seorang mantan Muslim yang menyebut diri "Sam Salomon," seorang anggota Rand Corporation serta pengamat politik Robert Spencer. Berkaitan dengan kepentingan khusus, ada pertanyaan yang diajukan oleh Negara Bagian Jerman Baden-Württemberg, pada September 2005 lalu karena daftar pertanyaan itu merupakan dokumen resmi (yang dimaksudkan untuk warganya sendiri, bukan untuk imigrasi), tetapi dengan tujuan yang sama.
Zuhdi Jasser (L) bersama penulis sebagai rekan satu tim dalam debat Intelligence Squared pada 2012 di Kota New York. |
Doktrin Islam:
- Bolehkah Muslim menafsirkan Al-Qur'an dalam terang perubahan-perubahan masa modern?
- Bolehkan Mulsim yang beralih meninggalkan Islam menganut agama lain atau hidup tanpa agama?
- Bolehkah bank menetapkan bunga yang masuk akal (katakan 3 persen di atas angka inflasi) atas uang simpanan?
- Apakah taqiya (upaya untuk menipu demi nama Islam) itu sah?
Pluralisme Islam:
- Bolehkah Muslim menggunakan dan memilih aturan Islam untuk dijalankannya (misalnya, minum alkohol tetapi menghindari makan daging babi?)
- Apakah takfir (mengatakan bahwa seorang Muslim itu kafir) bisa diterima?
- [Pertanyaan hanya soal kaum Sunni:] Apakah Sufi, Ibadi, dan Shi'ah itu Muslims?
- Apakah Muslim yang berbeda pendapat dengan praktek Islam yang anda jalankan itu kafir?
Negara dan Islam:
- Apalah pendapat anda tentang upaya mencabut agama, yakni memisahkan masjid dari negara?
- Tatkala adat-istiadat Islam bertentang dengan hukum sekular (misalnya menutup wajah untuk pengambilan gambar SIM pengendara wanita), apakah yang seharusnya dilakukan?
- Haruskah negara memaksa orang untuk sholat?
- Haruskah negara melarang orang makan selama Ramadhan dan memberikan sanksi kepada pelanggarnya?
- Haruskah negara menghukum Muslim yang makan daging babi, minum alkohol dan berjudi?
- Haruskah negara menghukum perzinahan?
- Bagaimana dengan homoseksual?
- Apakah anda mendukung mutawwa' (polisi shariah) sebagaimana ada di Arab Saudi?
- Haruskah negara menegakan hukuman kriminal berdasarkan Hukum Shariah?
- Haruskah negara bersikap lunak ketika seseorang dibunuh demi kehormatan keluarganya?
- Haruskah pemerintah melarang Muslim meninggalkan agama Islam?
Perkawinan dan Perceraian:
- Apakah suami berhak memukul istrinya jika dia tidak patuh?
- Apakah ide yang bagus bagi pria untuk mengunci isteri dan anak-anak perempuan mereka di rumah?
- Apakah orangtua berhak menentukan dengan siapa anak-anak mereka menikah?
- Bagaiamana reaksi anda jika seorang anak perempuan anda menikahi lelaki non-Muslim?
- Apakah punya banyak isteri itu bisa diterima?
- Haruskah suami mendapatkan persetujuan isteri pertama untuk menikahi isteri kedua? Ketiga? Keempat?
- Haruskah isteri punya hak yang setara dengan suaminya untuk mengusulkan perceraian?
- Dalam kasus perceraian, apakah isteri berhak terhadap pemeliharaan anak-anaknya?
Hak Perempuan:
- Haruskah wanita Muslim punya hak setara dengan pria (misalnya, dalam hak waris atau kesaksian di pengadilan)?
- Apakah wanita berhak berpakaian sesuai keinginannya termasuk memperlihatkan rambut, lengan dan kaki sejauh organ-organ intim dan payudaranya tertutup?
- Bolehkan wanita Muslim pergi pulang atau bepergian sesuka hati mereka?
- Apakah wanita Muslim berhak bekerja di luar rumah atau haruskah wali mengesahkan keinginannya ini?
- Bolehkah wanita Muslim menikahi pria non-Muslim?
- Haruskah anak laki-laki dan perempuan dipisahkan di sekolah, tempat kerja secara sosial?
- Haruskah profesi tertentu dikhususnya hanya untuk pria atau wanita? Jika demikian, profesi yang mana?
- Apakah anda bisa terima jika para wanita menduduki jabatan tinggi di pemerintah?
- Dalam keadaan darurut, akankah anda rela diobat atau dioperasi oleh dokter dari gender yang berbeda?
Aktivitas Seksual:
- Apakah suami berhak memaksa isterinya untuk berhubungan seks?
- Apakah sunat perempuan itu bagian dari agama Islam?
- Apakah merajam itu sebuah hukuman yang bisa dibenarkan untuk perzinahan?
- Apakah para anggota sebuah keluarga berhasil membunuh seorang perempuan jika mereka yakin dia tidak menghormati mereka?
- Bagaimana anda menanggapi anak anda yang memaklumkan bahwa dia homoseksual?
Sekolah:
- Haruskah anak anda belajar sejarah non-Muslim?
- Haruskah siswa diajarkan bahwa Shariah itu hukum pribadi atau bahwa hukum pemerintah harus didasarkan padanya?
- Bolehkah anak perempuan anda terlibat dalam kegiatan olahraga khususnya dalam pelajaran berenang yang ditawarkan sekolahnya?
- Akankah anda ijinkan anak anda terlibat dalam piknik sekolah termasuk piknik malam hari?
- Apakah yang akan anda lakukan jika anak perempuan anda ngotot untuk kuliah di universitas?
Kritik terhadap Muslim:
- Apakah agama Islam hanya disebarkan dengan cara-cara damai?
- Apakah anda menerima legitimasi pendekatan ilmiah soal asal-usul Islam, bahkan jika memunculkan keraguan seputar sejarah yang diterima?
- Apakah anda menerima bahwa Muslim bertanggung jawab terhadap serangan 11 September 2001 lalu (tragedi serangan atas Menara Kembar Perdagangan Dunia di New York)?
- Apakah Negara Islam/ISIS/ISIL/Daesh itu pada hakikatnya Islam?
Menolak ciri Islami ISIS memperlihatkan banyak hal dari seorang Muslim. |
Upaya Memerangi Islam radikal (Islamisme):
- Apakah anda bisa terima upaya-upaya keamanan untuk memerangi Islamisme ditingkatkan, bahkan jika ini mungkin berarti ada pengawasan yang lebih teliti terhadap anda sendiri (misalnya, soal keamanan di pesawat terbang).
- Ketika lembaga-lembaga yang sangat sulit dipercaya dituduh mendanai jihad ditutup, apakah ini gejala adanya bias anti-Muslim?
- Haruskah kaum Muslim yang berdiam di Barat bekerja sama menegakan hukum?
- Haruskah mereka bergabung dalam militer?
- Apakah perang "terhadap terror" itu merupakan perang terhadap Islam?
Kaum Non-Muslims (secara umum):
- Apakah semua manusia, tidak peduli gender, etnis, orientasi seksual atau keyakinan agamanya, berhak mendapatkan hak yang sama?
- Haruskah non-Muslim benar-benar menikmati hak sipil yang setara dengan kaum Muslim?
- Apakah anda menerima sahnya agama-agama monoteis lain?
- Berkaitan dengan agama politeis (seperti Hinduisme)?
Berdoa di Kuil Hindu di Dubai yang didirikan pada 1958 |
- Apakah Muslim lebih unggul dari non-Muslim?
- Haruskah non-Muslim itu taat kepada hukum Islam?
- Apakah Muslim bisa belajar tentang kaum non-Muslim?
- Bisakah non-Muslims masuk surga?
- Apakah anda menyambut baik non-Muslim di rumah anda dan pergi ke tempat tinggal mereka?
Non-Muslim di Negara Kekuasaan Islam (di Dar al-Islam):
- Apakah Muslim boleh memaksa "Kaum Ahlul Kitab" (seperti Yahudi dan Kristen) untuk membayar pajak tambahan?
- Bolehkah kaum monoteis lain membangun sekaligus mengelola lembaga-lembaga agama mereka di negara-negara mayoritas Muslim?
- Bagaimana dengan kaum politeis?
- Haruskah Pemerintah Arab Saudi mempertahankan larangan sejak masa lalu atas kaum non-Muslim di Mekah dan Medina?
- Haruskah negara itu mengijinkan gereja dibangun untuk kaum ekspatriat Kristen?
- Haruskah negara itu berhenti menuntut agar semua orang yang ada di negeri itu menjadi Muslim?
Non-Muslims di wilayah perang atau Dar al-Harb:
- Haruskah Muslim memerangi kaum Yahudi dan Kristen hingga kelompok-kelompok itu "merasa diri ditaklukan" (Al-Qur'an 9: 29)
- Apakah perbudakan non-Muslim itu dapat diterima?
- Apakah bisa diterima jika orang-orang yang mengutuk nabi Islam atau membakar Al-Qur'an itu ditangkap?
- Jika negara tidak bertindak menentang kebajikan itu, bolehkah orang-orang Muslim bertindak?
- Bisakah orang menjalankan hidup sebagai Muslim sejati di sebuah negara dengan pemerintahan yang sebagian besar non-Muslim?
- Haruskah Muslim menerima pemerintah mayoritas non-Muslim yang sah beserta hukum-hukumnya ataukah dia bekerja supaya Islam menjadi lebih unggul?
- Dapatkah pemerintah mayoritas non-Muslim terang-terangan meminta anda setia kepadanya?
- Haruskah Muslim yang membakar gereja atau merusak sinagoga dihukum?
- Apakah anda mendukung jihad guna menyebarluaskan Islam?
Kekerasan:
- Apakah anda mendukung hukuman badan (mutilasi, pemotongan anggota badan, penyaliban) para penjahat?
- Apakah pemenggalan kepala itu sebuah bentuk hukuman yang dapat diterima?
- Apakah jihad berarti perang untuk memperluas kekuasaan Muslim dapat diterima dalam dunia masa kini?
- Apakah artinya ketika Muslim meneriakan "Allahu Akbar" saat menyerang sesuatu?
- Apakah anda mengecam organisasi kam seperti Boko Haram, Hamas, Hizbollah, Jihad Islam, Negaa Islam, Al-Qaeda, Shabaab dan Taliban?
Negara Barat
- Apakah lembaga-lembaga non-Islam tidak bermoral, dekaden atau dapatkah mereka bermoral dan berbudi luhur?
- Apakah anda setuju dengan kajian-kajian yang memperlihatkan negara-negara Muslim seperti Selandia Baru lebih baik memenuhi cita-cita Islam dibanding negara-negara mayoritas Muslim?
- Apakah kebebasan ala Barat itu prestasi atau kerusakan moral? Mengapa?
- Apakah anda terima bahwa negara-negara Barat adalah mayoritas Kristen atau akankah anda berupaya mengubah mereka menjadi negara-negara mayoritas Muslim?
- Apakah anda menerima hidup di negara Barat yang sekular atau anda berupaya menerapkan hukum Islam atas mereka?
- Apakah pendapat anda tentang polisi Shariah yang berpatroli di kawasan mayoritas Muslim di negara-negara Barat itu hendak menegakan moral Islam?
- Apakah anda senang melihat Konstitusi AS (atau yang sama dengannya di negara-negara lain) digantikan dengan Al-Qur'an?
Wawancara Ini
- Dalam wawancara imigrasi seperti ini, apakah berbohong dibenarkan jika upaya untuk menipu pewawancara itu membantu Islam?
- Mengapa saya harus percaya bahwa anda sungguh-sungguh menjawab pertanyaan sejujurnya?
Observasi atas Pewawancara
Di luar upaya untuk membantu memutuskan siapa yang diijinkan masuk ke dalam negeri (AS), pertanyaan-pertanyaan ini juga membantu dalam konteks lain. Sebagai contoh, dalam interogasi atau wawancara polisi atas posisi karyawan yang sensitif. (Harus diakui, daftar kaum radikal Muslim yang berhasil menyusup masuk ke dalam dinas keamanan Barat itu panjang dan menyakitkan
Coba perhatikan tidak adanya pertanyaan soal politik. Ini terjadi karena pandangan Muslim radikal itu tumpang tindih dengan pandangan mereka yang tidak radikal; banyak Muslim tidak radikal juga sepakat dengan Muslim radikal soal isu-isu ini. Walau Leil Leibowitz sebaliknya melihat Israel sebagai tes litmus nyata "Islam moderat" kaum Muslim radikal nyaris satu-satunya yang menuntut Israel dilenyapkan lalu menerima Hamas serta Hizbullah sebagai aktor politik yang sah --- atau percaya bahwa justru Pemerintahan Bush yang melancarkan serangan berdarah 11 September 2001 atau membenci Amerika Serikat. Mengapa memperkenal isu ambigu ini ketika begitu banyak pertanyaan khusus tentang Islam yang ada bisa mendeteksi lebih jelas (misalnya, apakah perbudakan kaum non-Muslim itu dapat diterima?').
Anda tidak perlu menjadi Muslim radikal untuk bisa orang anti-Zionis. |
Prosedur wawancara yang dirancangkan di atas terlampau luas. Terlampau banyak pertanyaan khusus diajukan. Misalnya soal masa penting dengan menggunakan formulasi yang berbeda, membuktikan kebenaran sekaligus inkonsistensi. Upaya itu tidak cepat, mudah atau murah. Justru sebaliknya mempersyaratkan adanya perwira yang berkaitan dengan kasus (case officers) yang memahami orang yang diwawancarai, masyarakat tempat asal mereka serta agama Islam. Bagaimanapun, mereka itu seperti polisi pewawancara yang tahu tentang tertuduh dan kejahatan. Jadi ini, bukan proses yang biasa atau kasual. Juga tidak ada jalan pintas di sini.
Kritik
Prosedur ini memunculkan dua kritik: pertama dia kurang andal dibanding kebijakan tidak ada Muslim (no-Muslim policy) yang dikeluarkan oleh Donald Trump. Kedua, terlampau berat untuk dijalankan oleh permintah. Bagaimanapun, kedua kritik itu siap diabaikan.
Kurang andal: Kebijakan tak ada Muslim terdengar mudah dilaksanakan, tetapi upaya untuk menggambarkan siapa itu Muslim saja sudah menjadi persoalan dalam dirinya sendiri (bisa muncul pertanyaan apakah pengikut Ahmadiyah itu Muslim?) Lebih jauh lagi, dengan menerapkan kebijakan ini, apakah yang bisa membuat Muslim berhenti berpura-pura meninggalkan agama mereka atau beralih menganut agama lain, misalnya Kristen? Tindakan-tindakan ini bakal mempersyaratkan penelitian mendalam berbarengan dengan wawancara intensif sebagaimana dijelaskan di atas. Jika ada, maka itu terjadi karena orang yang baru pindah agama bisa saja bersembunyi di balik keluguannya pada agama baru yang dituduhkan sehingga membedakan orang yang benar-benar berpindah menganut agama Kristen dari yang pura-pura menjadi lebih rumit daripada mendeteksi seorang Muslim radikal dari seorang Muslim moderat.
Terlampau memberatkan: Ya, prosedurnya memang mahal, lamban dan mempersyaratkan adanya para praktisi yang trampil. Tetapi juga menguntungkan karena memperlambat prosesnya sehingga banyak pihak, termasuk saya sendiri, untuk mempertimbangkannya jika lepas kendali, karena memang terlalu banyak imigran yang terlampau cepat memasuki negara ini. Para imigran berjumlah 5 persen populasi pada tahun 1965, lalu 14 persen pada 2015 dan diproyeksinya mencapai 18 persen pada 2065 nanti. Jumlah itu sudah terlampau besar untuk berasimiliasi dalam nilai-nilai Amerika Serikat, khususnya ketika begitu banyak yang datang dari luar negara Barat itu. Dengan demikian, mekanisme di atas menawarkan cara untuk memperlambatnya.
Sejumlah pihak berargumentasi bahwa pendekatan dan pemindaian untuk mendapatkan visa ini melawan hukum. Perlu ketahui, bahwa sebelum legislasi untuk naturalisasi misalnya, mereka, para pelamar dipersyaratkan untuk "ditautkan dengan prinsip-prinsip Konstitusi" dan berulang-ulang upaya itu ditemukan sah.
Akhirnya, Muslim moderat masa kini bisa saja menjadi Muslim radikal yang marah pada masa datang. Atau puterinya yang kini masih bayi mungkin saja dua dekade kemudian menjadi seorang jihadi. Ketika imigran bisa berubah menjadi musuh, berbagai perubahan ini jauh lebih kerap terjadi di antara orang-orang yang terlahir sebagai Muslim. Tidak ada cara untuk menjamin ini terjadi. Tetapi penelitian dan penyidikan yang luas bisa mengurangi hal-hal yang tidak menyenangkan ini (odds)
Kesimpulan
Komitmen terhadap kemampuan, sumberdaya dan waktu benar-benar dipersyaratkan agar benar-benar bisa melindungi negeri ini dari Muslim radikal. Tetapi penanganan pertanyaan-pertanyaan di atas secara baik sudah bisa menawarkan mekanisme untuk memisahkan musuh dari sahabat di antara kaum Muslim. Juga menguntungkan ketika berupaya mengurangi arus masuk imigrasi. Jika percaya kepada CAIR, maka bahkan sebelum Trump menjadi presiden, Badan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP) sudah mengajukan pertanyaan-pertanyaaan yang senada dengan pertanyaan-pertanyaan yang dianjurkan di sini (misalnya, "Apa pendapat anda tentang Amerika Serikat?" "Apa pendapat anda tentang jihad?" Lihat apendiks supaya bisa membaca daftar lengkap pertanyaannya). Seiring dengan dukungan Trump, kita berharap kebijakan "tidak ada Muslim radikal" berlaku efektif dan mengarah menjadi sebuah kebijakan yang sistematis.
Appendiks
Tanggal 18 Januari 2017. Hanya beberapa jam sebelum Donald Trump menjadi Presiden AS. Kala itu, Dewan Hubungan Islam-Amerika dari kantor cabang Florida mengajukan 10 keluhan kepada Badan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (Customs and Border Protection Agency--- CBP). Keluhan diajukan karena CBP menanyakan soal agama dan pandangan politik para imigran Muslim. Di antara berbagai pertanyaan yang diduga ditanyakan adalah;
- Apakah anda Muslim yang taat?
- Apakah anda Sunni atau Shiah?
- Aliran pemikiran apa yang Anda anut?
- Cendekiawan Muslim manakah yang anda ikuti?
- Soal apakah dari cendekiawan Muslim akhir-akhir ini yang anda dengarkan?
- Apakah anda sholat lima kali sehari?
- Mengapa anda bawa sajadah dalam barang bawaan anda?
- Mengapa anda bawa Al-Qur'an dalam barang bawaan anda?
- Pernahkah anda mengunjungi Arab Saudi?
- Akankah setiap kunjungan anda kunungi Saudi atau Israel?
- Apakah yang anda ketahui tentang Tableeghi-Jamat?
- Apakah pendapat anda tentang Amerika Serikat?
- Apakah pandangan anda tentang Jihad?
- Masjid mana anda datangi untuk sholat?
- Apakah ada orang di masjid anda yang punya pandangan yang ekstrim/radikal?
- . Apakah imam masjid anda punya pandangan yang ekstrim?
- Apakah pandangan imam lain atau para anggota komunitas lain yang memberikan kotbah Jumad di masjid anda?
- Apakah anda punya pandangan ekstrim?
- Pernah anda memimpin Sholat Jumad? Apakah yang anda diskusikan dengan komunitas anda?
- Apakah pandangan anda berkaitan dengan [berbagai organisasi teroris]?
- Akun media sosial apa yang anda gunakan?
- Apakah "username" akun Facebook anda?
- Apakah "username" akun Twitter anda?
- Apakah "username" akun Instagram anda?
- Apa saja nama dan telepon orangtua, kerabat dan teman anda?
CAIR juga mengklaim seorang Muslim Kanada yang dicecar CBP dengan pertanyaan berikut itu kemudian ditolak memasuki negeri itu:
- Anda Sunni atau Shiah?
- Apakah anda pikir kami harus biarkan orang seperti anda memasuki negara kami?
- Berapa sering anda sholat?
- Mengapa anda mencukur gundul janggut anda?
- Aliran pemikiran manakah yang anda anut?
- Apa pendapat anda tentang kebijakan luar negeri Amerika terhadap dunia Muslim?
- Apa pendapat anda soal membunuh kaum non-Muslim?
- Apa pendapat anda tentang [berbagai kelompok teroris]?
Akhirnya., CAIR mengindikasikan bahwa orang-orang yang ditanya itu "ditahan antara 2 hingga 8 jam oleh CBP."
Pipes (DanielPipes.org, @DanielPipes)
adalah Presiden dari Middle East Forum (Forum Timur Tengah). Analisis ini diambil dari sebuah bab dalam buku Conceptualizing Moderate Islam, ed. Richard Benkin (Lanham, Maryland: Lexington Books, 2017). © 2017 by Daniel Pipes. All rights reserved.