Terjemahan dari wawancara Rebecca Mieli dalam Bahasa Italia bertajuk, "il futuro della Siria e il modello di sicurezza israeliano." Wawancara diselesaikan pada 13 Nopember lalu.
Bersamaan dengan jatuhnya Raqqa, apakah masa depan Suriah?
ISIS sudah menjadi faktor kecil di Suriah selama lebih dari satu tahun ini. Pertempuran yang sesungguhnya justru adalah antara banyak negara kuat yang aktif di negeri itu, baik rejional (seperti Iran, Turki dan Israel) serta dunia internasional (seperti Rusia dan Amerika Serikat). Dengan demikian, nasib Rusia tergantung pada relasi mereka yang sering berubah-ubah.
Bagaimanakah ancaman ISIS mengubah cara dinas intelijen memerangi terorisme?
Caranya, dengan membuat mereka menyadari bahwa sebuah pesan yang kuat bisa menyebabkan kerusakan yang lebih besar dibandingkan dengan membuat perencanaan, memberikan dana serta memberikan senjata.
Bagaimanakah masa depan senjata kimia dan biologis di Suriah. Apakah semua itu bisa menjadi ancaman potensial bagi Israel dan Eropa?
Senjata pemusnah massal Suriah memang menjadi ancaman langsung bagi dunia.
Apakah Iran membangun pemukiman kaum Shiah yang sambung-menyambung tak terputus (corridor) di sepanjang jalan menuju Libanon?
Ya, ledakan ke dalam Irak dan Suriah berdampak kepada dunia Barat dan sebaliknya, ledakan ke dalam di Afghanistan yang berdampak ke timur memunculkan peluang yang sangat besar bagi Iran.
Berbagai unsur koridor Shiah dari Iran menuju Laut Mediterania. |
Apakah langkah-langkah tandingan yang seharusnya ditempuh Israel?
Israel harus tengkurap rendah tetapi tetap memberikan sinyal garis-garis merah secara jelas. Itulah yang sedang dilakukan oleh Yerusalem sekarang ini.
Akhirnya, peran apakah yang Teheran dambakan di Timur Tengah?
Para pengikut Khomeini berupaya untuk menyebarluaskan penafsiran Islam mereka yang sama kepada semua Muslim dan bukan Muslim, sehingga membuat Iran menjadi sebuah kekuatan dominan dunia karena paksaannya (berkat senjata pemusnah massal), ekonomi (minyak dan gas) serta ide (ideologi Islamisme)
Apakah kaum Sunni punya masa depan di Suriah atau haruskah mereka keluar dari sana?
Kaum Sunni tampaknya tidak puya masa depan di Suriah, kecuali kalau masalahnya berubah ---demikian juga kaum Kristen atau kaum Yazidi.
Ketika ISIS runtuh, akankah Eropa menghadapi gelombang imigran Suriah lagi?
ISIS kini isu kecil. Pertanyaan pentingnya adalah bagaimana kekuatan-kekuatan yang kini ada di Suriah menyelesaikan persoalan antarmereka. Saya pesimis dan menduga semakin banyak lagi pengungsi bakal mengalir pelahan keluar dari Suriah.
Jika demikian, bagaimana Eropa bisa tangani manusia yang sudah diradikalisasi ini?
Eropa seharusnya mengontrol perbatasan-perbatasan negara mereka sambil mendesak para migran Timur Tengah untuk bergerak menuju Arab Saudi dan negara-negara makmur lainnya yang punya budaya yang sama dengan mereka.
Akankah para bekas pejuang ISIS kini bergabung dengan Al-Qaeda dan mungkinkah kedua organisasi itu bersatu memadukan kekuatan?
Ya, ISIS yang melemah agaknya bakal berupaya mencari sekutu dengan organisasi-organisasi radikal Islam lainnya.
Hitam dan putih, ISIS & Al-Qaeda. |
Bagaimanakah perbedaan antara Hizbullah, Hamas, Al-Qaeda dan ISIS
Semua itu kaum radikal Islam (islamist) yang berjuang untuk meraih dua tujuan menerapkan hukum Islam (Shariah) sekaligus membangun kekalifahan. Tetapi masing-masing punya filosofi, tujuan, taktik dan (khususnya) kepemimpinan sendiri.
Bagaimanakah ancaman terhadap Israel itu berbeda dari ancaman terhadap Eropa dan AS?
Perbedaan ancaman sebetulnya berkurang setiap hari. Satu perbedaan utama adalah bahwa ancaman kaum Islam radikal terhadap Israel itu jauh lebih luas diwujudkan sedangkan ancaman-ancaman terhadap Eropa dan Amerika Sertikat itu jauh lebih lembut.
Apakah warga negara ketiga kawasan itu melihat bahaya kaum Islam radikal secara sama?
Semuanya adalah orang-orang yang lamban belajar tetapi Israel punya peluang lebih besar untuk memahami apa yang mereka hadapi dan dengan demikian bersikap waspada. Warga Amerika sedikit lebih rabun melihat persoalan ini dibandingkan dengan warga Eropa, tetapi hanya sedikit.
Mungkinkah tetap sebagai sebuah negara demokrasi sambil mengakui adanya ancaman yang sedang Eropa hadapi?
Ya, bisa, tetapi ia mempersyarakat pembatasan kebebasan sipil untuk memerangi kaum Islam radikal yang menjadi musuh.
Jadi, anda menasehati warga Eropa untuk membiarkan hak dan kebebasan mereka dikurangi supaya bisa memperluas keamanan sendiri yang terjadi di Israel? Jelaskan penerapan jawaban anda berkaitan dengan keamanan Bandara?
Perlindungan diri dari aksi kekerasan yang dilancarkan para pejihad memang penting tetapi langkah ini seharusnya tidak melenceng dari isu penetrasi kaum radikal Islam yang jauh lebih dalam ke dalam masyarakat Barat.
Keamanan Bandara itu mudah dibandingkan dengan upaya untuk mempertahankan peradaban Barat. Di luar Israel, upaya ini umumnya tidak berjalan (dumb) tetapi para pejihad tampaknya bahkan jauh lebih tidak jalan lagi (dumber) sehingga praktek yang sekarang tampaknya cukup.
Undang-undang Patriot (Patriot Act) membatasi sejumlah kebebasan warga negara dan lebih mementingkan soal keamanan. Apakah paradigma ini masih valid?
Ya, tidak ada upaya melarikan diri yang sama. Saya yakin dengan upaya pembatasan pembebasan jangka pendek supaya bisa bertahan untuk jangka panjang --- itulah yang terjadi pada masa perang.
Jika ya, bagaimana bisa masyarakat Eropa menerapkannya?
Menerapkannya seperti yang Amerika lakukan. Perhatikan undang-undang "Projet de loi: renforçant la sécurité intérieure et la lutte contre le terrorisme," yang disebut sebagai Undang-Undang Patriot versi Macron.
Apa sajakah risiko jangka panjang migrasi yang tak pernah ada sebelumnya yang kini tengah menuju Eropa?
Risikonya aalah pergantian peradaban Eropa dengan peradaban Islam.
Percayakah anda pada teori "Eurabia" sebagaimana juga para politisi sayap kanan di Italia?
Tatkala Bat Ye'or pertama kali mengusulkan teori ini pada tahun 2002, saya skeptis. Saya tidak percaya terhadap konspirasi dengan tujuan tertentu untuk menggantikan peradaban Barat dengan Islam. Lima belas tahun kemudian, khususnya setelah menyaksikan aksi-aksi Kanselir Jerman Angela Merkel yang mengherankan, saya melihatnya meyakinkan. Bisa saya lihat tidak ada cara lain untuk menjelaskan adanya sikap yang benar-benar tidak bersedia untuk mengakui kerusakan yang ditimbulkan oleh imigrasi yang tidak terkendali sekaligus oleh multikulturalisme yang buta.