Data polling yang terbaik bisa diperoleh di sini.
Terlepas dari semuanya ini, Ehud Olmert (Kiri) masih percaya kepada Mahmoud Abbas. |
Dua puluh tahun silam, pemikiran bahwa Israel mengalahkan Palestina menarik bagi mungkin 3 persen warga Yahudi Israel. Soalnya, semangat Perjanjian Oslo yang dominan menegaskan bahwa, dengan memberikan banyak konsesi, uang dan harapan maka Palestina bakal melepaskan sikap bermusuhan mereka terhadap Israel sehingga bersedia menjadi tetangganya yang penuh damai, Semangat untuk mau menerima itu begitu meresap luas di kalangan masyarakat Israel. Termasuk pemikiran untuk mengalah kepada Palestina sekalipun. Akibatnya, pada penghujung 2017 lalu, Perdana Menteri Israel bisa memaklumkan bahwa "Perdamaian dicapai lewat konsesi. Kita semua tahu itu."
Padahal, Palestina terus melontarkan kebencian dan kemarahan mereka yang mengerikan. Kebencian dan kemarahan yang tak kenal ampun itu justru akhirnya membuat warga Yahudi Israel melepaskan harapan mereka yang lemah lembut ini atas Palestina. Sekarang ini, menurut sebuah polling pendapat umum yang dipesan oleh Lembaga Kajian Middle East Forum (MEF), hampir hanya sepermpat warga Israel yang masih percaya kepada impian (Perjanjian) Oslo. (Polling ini melibatkan agaknya 703 pemilih dengan 3,7 persen ambang kesalahan. Dilakukan dalam Bahasa Ibrani oleh Lembaga Kajian New Wave Research pada 7011 Juli lalu. Hasilnya mengikuti polling yang sama yang dipesan oleh MEF pada 2017 dan 2018.)
Polling memperlihatkan bahwa beragam warga Yahudi Israel kini mendukung ide yang terpinggirkan yang pernah ada. Tentang perlunya Palestina mengalami kekalahan fatal yang pahit. Itulah apa yang saya sebutkan sebagai Israel Victory, Kemenangan Israel. Pendekatan ini bertumpu pada akal sehat. (Bagaimanapun konflik akan terus berlangsung selama kedua pihak berharap untuk menang). Karena bagaimanapun, perang memang berakhir jika ketika satu pihak menyerah. Dan rekam sejarah memperlihatkan bahwa konflik Palestina–Israel dapat diselesaikan jika Palestina bersedia menerima Negara Yahudi Israel.
Bagaimanakah warga Yahudi Israel sekarang ini melihat persoalan ini? Mari kita mulai dengan apa yang survei itu maksudkan dengan konsensus.
- 70 persen sepakat bahwa "Sekarang waktunya untuk berhenti mengelola konflik lalu mulai memenangkannya."
- 76 persen sepakat bahwa "Negosiasi dengan Palestina harus dikaukan hanya setelah mereka konsisten memperlihatkan bahwa mereka menerima Israel."
- 79 persen sepakat bahwa "Lembaga Keamanan Israel terlampau takut vis-à-vis, berhadapan dengan Palestina."
- 82 persen mengatakan Pemerintah Israel "terlalu lembek" kebijakannya terhadap Hamas.
- 82 persen sepakat bahwa "Penolakan Palestina terhadap Israel adalah sumber konflik. "
- 91 persen sepakat bahwa "Palestina akan untung ketika mereka berhenti melancarkan perang atas Israel."
Ringkasnya, survei menemukan bahwa 84 persen warga Yahudi Israel mengatakan "agaknya atau sangat penting "untuk meraih kemenangan dalam konflik Israel-Palestina." (Dari jumlah itu, sebanyak 58 persen menganggapnya sangat penting, 26 persen agak penting). Juga, dengan rasio 2 berbanding 1, mereka senang dengan bunyi Israel Victory, Kemenangan Israel (Bahasa Ibraninya: nitzachon Yisrael). Mereka melihat istilah itu masuk akal sehingga menginspirasi mereka.
Angka-angka ini menunjukkan bahwa ada perasaan jengkel berkembang di kalangan masyarakat Israel. Tidak hanya kepada Palestina tetapi juga kepada Pemerintah Israel. Bahkan kepada lembaga keamanan yang setengah suci (82 persen mengatakan "terlalu lunak" dan 79 persen masing-masing mengatakan "terlalu malu-malu,"). Jadi, masyarakat menginginkan perubahan.
Masyarakat Israel sungguh-sungguh soal ini. Bukan saja hanya karena mereka menderita akibat kekerasan Palestina yang tak terkendali. Dengan melihat gambar yang lebih besar, maka terlihat bahwa warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza itu beban berat yang bergelantungan sekitar Israel. Mereka sendiri yang mendorong fenomena global anti-Zionisme dengan antisemitisme yang menyertainya, resolusi PBB, dan boikot ekonomi. Bukan Iran, Turki, Suriah, atau warga Arab Israel. Israel dengan demikian mendesak harus membereskan sikapnya yang diduga tidak beres itu terhadap warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat dan Gaza.
Gaza, beban pengganggu sekitar leher Israel. |
Lebih jauh lagi, kebijakan lama yang gagal bakal menjamin bencana yang sesungguhnya terjadi andaikata ada Presiden Sanders (AS) atau Perdana Menteri Corbyn (Kerajaan Inggris). Hanya Kaukus "Kemenangan Israel" yang mengatasi masalah ini karena ia mengatasi akar permusuhan Palestina.
Namun, kegelisahan ternyata tidak otomatis diterjemahkan menjadi preferensi kebijakan yang terperinci. Ketika ditanya, "Bagaimana Anda mendefinisikan kemenangan Israel dalam konflik Israel-Palestina?" hanya 32 persen mengatakan, "Orang-orang Palestina [harus] melepaskan tujuan mereka untuk melenyapkan Negara Israel." Jumlah yang sama menyerukan perlunya perjanjian perdamaian dengan Palestina untuk mengakhiri konflik – seperti pembalikan dari formula Oslo yang didiskreditkan.
Demikian juga, hanya 41 persen memilih "Palestina menyerahkan impian mereka untuk melenyapkan Israel" sebagai preferensi untuk mengakhiri konflik Palestina-Israel. Dan hanya 49 persen menganggap pemerintah mereka "terlalu lunak" vis-à-vis, (baca: berhadap-hadapan) dengan Otoritas Palestina.
Angka-angka ini menunjukkan perasaan kalangan masyarakat Israel Yahudi. Bahwa agresi Palestina harus lebih aktif dikonfrontasikan. Tanpa perlu menyepakati soal ciri perubahan itu sendiri. Dengan kata lain, topik ini membutuhkan pendidikan dan diskusi, yang darinya akan muncul rekomendasi kebijakan.
Dengan alasan demikian, Middle East Forum (Forum Timur Tengah) meluncurkan kampanye kemenangan di Israel selama delapan minggu ke depan. Kampanye itu terdiri dari permohonan untuk melakukan penelitian, kegiatan, debat, konferensi, pemasangan papan iklan dan unjukrasa. Pada saat Pemilu, kami berharap jalan menuju Kemenangan Israel akan lebih jelas.
Papan Israel Victory di Tel Aviv, menggambarkan Pemimpin Hamas Ismail Haniya memakai pakaian renang dan sedang berterimakasih kepada Israel. |
Penulis adalah Presiden Middle East Forum (Forum Timur Tengah). © 2019 by Daniel Pipes. All rights reserved.
Topik Terkait: Konflik dan diplomasi Arab-Israel, Polling Pendapat Umum
The above text may be reposted, forwarded, or translated so long as it is presented as an integral whole with complete information about its author, date, place of publication, as well as the original URL.