Mendadak suara- suara yang berpengaruh menuding Virus COVID-19 bukan kepada Komunis Cina. Tetapi kepada Inggris, Amerika Serikat dan Israel. Pergeseran ini sesuai dengan pola jahat abad pertengahan yang merusak sehingga perlu disikapi secara serius dan ditentang.
Pola itu bisa dilacak kembali sampai pada 1100 Sesudah Masehi serta pejuang Perang Salib di Eropa. Semenjak itu, masyarakat yang kebingungan berharap bisa memahami secara logis berbagai perkembangan jahat yang tidak diharapkan. Caranya dengan membuat pilihan tetap untuk memunculkan ide konspirasi dunia. Tatkala melakukannya, mereka benar-benar keras menuding dua komplotan: yaitu para anggota masyarakat rahasia Barat atau masyarakat Yahudi.
Yang termasuk masyarakat rahasia adalah Ksatria Templar, kaum Freemason, para imam Yesuit, Kaum Illuminati, Kaum Jacobin serta Komisi Segitiga (Trilateral Commission). Masyarakat Yahudi masa itu diduga diperintah oleh sebuah pemerintah bayangan, yaitu "Para Penatua" yang ketat mengendalikan mereka melalui organisasi-organisasi garda depan seperti Sanhedrin, Aliansi Universal Israel serta Komisi Urusan Publik Amerika Israel.
Ratu Diana. |
Pada masa modern, para teoritisi konspirasi menambahkan negara pada organisasi-organisasi itu. Dengan demikian, dalam masyarakat rahasia ada Inggris dan Amerika Serikat serta Para Penatua Israel yang belakangan menjadi Israel. Trio negara itu terus dikecam karena hal-hal yang mengejutkan. Seperti terkait pembunuhan Presiden John F. Kennedy, kematian Ratu Diana, tragedi pemboman menara kembar Gedung Perdagangan Dunia (WTO) pada 11 September 2001 atau Masa Malese (Great Recession).
Dan, demikian pula yang terjadi dengan COVID-19. Virus itu dapat dibuktikan berasal di Kota Wuhan, Cina. Barangkali dari sebuah "pasar basah" dengan binatang-binatang hidup yang menunggu untuk dikonsumsi manusia. Barangkali dari Institut Virologi Wuhan (Wuhan Institute of Virology). Atau barangkali akibat perpaduan dua penyebab itu (misalnya binatang-binatang yang terinfeksi dari institut virologi yang dijual di pasar untuk dimakan). Dengan demikian, Partai Komunis Cina (PKC) bergerak sangat ekstrim dengan berusaha menutup-nutupi virus, sehingga malah memudahkan pertumbuhannya kemudian mengaburkan sumber penyebabnya.
Tetapi yang terjadi selanjutnya diketahui oleh nyaris setiap orang yang mampu melihat dan merasakannya yang kini hidup: virus berkembang biak dari Wuhan menuju berbagai bagian Cina, kemudian ke seluruh dunia. Setiap orang yang membaca ini sudah bertahan hidup mengalami sejarah terbaru itu. Tidak ada misteri yang menyelimuti tanggung jawab unik PKC atas pandemi ini. Virus Wuhan bukanlah suatu hinaan rasis tetapi sebuah deskripsi yang tepat.
Upaya untuk hanya menyalahkan Inggris, Amerika, dan Yahudi menyiratkan adanya upaya untuk mengabaikan 94 persen manusia lainnya. Mengabaikan peran negara-negara adidaya Benua Eropa (seperti Prancis, Jerman, Rusia). Mengabaikan berbagai gerakan totaliter (komunis, fasis, kaum Islam radikal). Mengabaikan anggota agama universalis (Buddha, Kristen, Muslim). Dan, mengabaikan seluruh dunia non-Barat (Iran, Cina, Jepang). Secara khusus, Komunis Cina tidak lagi dinilai sebagai konspirator yang masuk akal.
Dengan demikian, ketika teori konspirasi yang tak terhindarkan itu muncul, mereka memusatkan perhatian pada tiga tersangka abadi mereka. Tidaklah mengherankan, Partai Komunis Cina (PKC) mendorong teori ini; Jurubicara Kementerian Luar Negeri Lijian Zhao menulis twit bahwa "Mungkin [tentara] AS yang membawa epidemi ke Wuhan." Dia kemudian menulis twit lagi "informasi yang sangat penting" tentang "Bukti Lebih Lanjut bahwa Virus Berasal di AS." Akibat dukungan dia dan para pejabat lainnya, Harian Washington Post menjelaskan bahwa, "teori-teori anti-Amerika menguat " di Cina sampai pada titik sehingga komunikasi Internet di Cina "dibanjiri oleh teori... bahwa virus corona berasal di Amerika Serikat."
Media Rusia pun sama. Mereka menuduh London dan Washington mengembangkan virus guna merugikan Cina dengan cara merusak ekonominya atau untuk mempersiapkan tindakan ofensif dengan menguji coba pertahanan senjata biologisnya.
Dua jenderal satuan Pengawal Revolusi Iran lantas membesar-besarkan momok virus itu. Mereka menudingnya sebagai senjata biologis Amerika yang ditujukan kepada Cina dan Iran. Sementara itu, media negaranya berulang kali menuding virus itu pada elemen A.S atau Zionis. Media Aljazair dan Turki menuduh orang Yahudi mengembangkan virus Corona untuk meraih kekuasaan, menyebabkan orang tidak subur, atau mereguk banyak keuntungan dengan menjual penawarnya.
Di Amerika Serikat, tulis Liga Anti-Pencemaran, para ahli teori konspirasi mengeksploitasi COVID-19 "untuk memajukan teori antisemitisme mereka bahwa orang Yahudi bertanggung jawab karena menciptakan virus, [dan] menyebarkannya untuk memperbesarkan kendali mereka atas populasi yang hancur, atau mereka mengambil untung darinya. "
Tentu saja, Israel yang sudah memulai penelitian untuk mendapatkan obat penyembuh COVID-10 diputarbalikan untuk memperkuat kecurigaan para konspirator yang ngotot meyakini (cui bono) bahwa Israel mencari keuntungan. Karena itu, Ayatollah Naser Makarem Shirazi, seorang tokoh agama Iran kenamaan yang awalnya mengijinkan pembelian vaksin Israel jika itu satu-satunya yang tersedia belakangan berubah pikiran. Pergeseran ini memperlihatkan pemikiran anti-semitisme yang justru menyiksa di mana-mana.
Institut Riset MIGAL Galilea yang terletak di ujung paling utara Israel, berdiri di garda depan berusaha menemukan vaksin untuk COVID-19. |
Dengan demikian, virus Wuhan menggali kembali kubur tema-tema abad pertengahan ketika orang menanggapi kabar tidak terduga yang berbahaya. Betapapun tidak masuk akalnya, teori-teori ini menghambat pemahaman orang tentang virus, menghambat orang untuk menanganinya sehingga bisa membatasi kerugiannya. Betapapun tergodanya untuk mengabaikan teori konspirasi gila-gilaan ini, semua itu perlu ditentang. Jika sebaliknya, maka teori-teori itu membusuk dan tumbuh. Dan seperti kerapkali terjadi pada masa lalu, ia menjadi ancaman yang akan menimbulkan kerusakan yang mengerikan. Untuk itu, coba pikirkan Stalin dan Hitler.
Pipes (DanielPipes.org, @DanielPipes), Presiden Middle East Forum (Forum Timur Tenga) adalah pengarang buku bertajuk, The Hidden Hand (1996) dan Conspiracy (1997). © 2020 by Daniel Pipes. All rights reserved.
Tambahan pada 17 Maret 2020: (1) Ada berita baik: Seorang jurubicara wanita Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Mike Pompeo "menyampaikan keberatan keras AS terhadap usaha Partai Republik Cina (PRC) yang mengalihkan kecamannya soal COVID-19 kepada Amerika Serikat. Menteri luar negeri menekankan bahwa ini bukan waktunya untuk menyebarluaskan informasi yang salah serta rumor-rumor aneh, tetapi lebih sebagai waktu bagi semua negara untuk hadir bersama memerangi ancaman bersama ini."
(2) Melacak dua aliran terduga pelaku konspirasi, yaitu masyarakat rahasia dan Yahudi, menjadi fokus utama buku yang saya terbitkan pada 1997. Judulnya, Conspiracy: How the Paranoid Style Flourishes and Where It Comes From (Konspirasi: Bagimana Gaya Paranoid Berkembang Subur dan Dari Mana Ia Berasal).
(3) Para ahli teori konspirasi Barat senang menggunakan pemikiran lawan mereka dari Cina. Misalnya, bisa dibaca dalam tulisan bertajuk, "China's Coronavirus: A Shocking Update. Did The Virus Originate in the US?" (Virus Corona Cina: Informasi Terbaru yang Mengejutkan. Apakah Virus Berasal dari AS?).
Ilustrasi yang disajikan Harian The Washington Times untuk artikel ini. |