Wawancara dilakukan oleh Vinay Kolhatkar pada 2 Juni 2018.
Wawancara itu dijadikan Bab 11 dari buku karya Walter Donway dan Vinay Kolhatkar bertajuk Media Wars: The Battle to Shape Our Minds (Amazon, 2020). Klik di sini untuk mendapatkan bab buku itu yang sebenarnya.
Daniel Pipes (DP) secara tulus menawarkan Jalan Cerdas yang disajikan kembali oleh Vinay Kolhatkar (VK). Menggunakan pola Tanya Jawab (Q&A) yang sangat terlibat, wawancara itu berisi sejumlah wawasan penting Daniel Pipes soal fenomena Islamisme.
Vinay Kolhatkar (VK): Apakah dalih-dalil agama Islam menggerakkan terorisme?
Daniel Pipes (DP): Saya sudah berhenti menggunakan kata terorisme. Saya lihat kata itu tidak ada artinya karena tidak ada dua orang yang sepakat dengan defenisinya. Jadi, ijinkanlah saya untuk mengajukan kembali pertanyaanmu: Apakah dalil-dalil agama Islam menggerakkan kekerasan jihad?
Ya, Islam berbasiskan pada (1) superioritas Islam, (2) kebutuhan untuk menyebarluaskan pesannya dan (3) legitimasi kekerasan (force) untuk melakukannya demikian. Dasar-dasar iman ini telah terbukti jelas sejak masa Nabi Muhamad, S.A.W. hingga sekarang ini, walaupun tidak di semua tempat dan tidak sepanjang waktu.
VK: Apakah mungkin Islam yang ramah terhadap gay, ramah terhadap wanita itu bisa ada?
DP: Tentu saja. Setiap agama (faith) itu berkembang. Berabad-abad silam, siapa yang bisa membayangkan ada uskup Kristen yang homoseks dan wanita? Ketika melihat Islam masa kini ia berkisah kita masa depannya.
"Tiap agama itu berkembang." |
VK: Seberapa besarkah Islamisme masuk mengganggu PBB? Apakah dampaknya?
DP: Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) itu punya 56 negara anggota (ditambah "Palestina"). Sebanyak 47 dari negara itu punya populasi mayoritas Muslim. Jumlah ini kasarnya seperempat dari jumlah anggota Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam permainan yang tidak bermoral tentang memberi dan menerima yang ada di balik suara terbanyak, blok itu bisa meraih hampir seluruhnya 193 pemerintahan untuk mendukungnya. Atau setidaknya "abstain" pada isu-isu yang dipedulikannya. Ambil contoh soal pemungutan suara pemindahan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem: ada 9 mendukung, 128 menentang, 35 abstain, dan 21 pemerintahan tidak hadir. Ia juga memungkinkan berbagai prakarsa Islam diajukan. Seperti Resolusi Majelis Umum PBB 16/18 yang diadopsi untuk mencegah kritik tentang Muslim atau Islam. Pengaruh ini menyebabkan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dengan cara yang begitu luar biasa menyatakan bahwa "Salah satu hal yang memicu terorisme adalah pernyataan terbuka di beberapa bagian dunia tentang fobia terhadap Islam (Islamofobia) dan kebijakan yang fobia terhadap Islam serta ujaran-ujaran kebencian bernada Islamofobik."
VK: Seberapa pentingkah risiko gangguan Hukum Shariah dalam sistem hukum Barat?
DP: Proses ini sudah dimulai. Contohnya poligami berkembang pesat sebagai pilihan gaya hidup yang sah. Undang-undang melarang sunat perempuan (female genital mutilation---FGM), ditulis dalam buku-buku. Tetapi pakar hukum kenamaan Alan Dershowitz pernah menawarkan jasanya kepada seorang dokter yang hendak digugat ke pengadilan karena menyunat perempuan. Rumah-rumah mode sudah banyak memajang hijab bahkan jilbab. Berbagai masjid berusaha melarang alkohol ada dalam jarak yang jauh. Perkawinan antara sepupu pertama berkembang-biak dengan persoalan genetik yang menjadi ikutannya. Bank tanpa bunga pun berkembang.
VK: Apakah penganut Islam radikal mendanai partai-partai politik penting di Barat? Apakah dampak dari berbagai tindakan seperti ini?
DP: Organisasi saya, Middle East Forum (Forum Timur Tengah) memusatkan perhatian persisnya atas persoalan itu di Amerika Serikat lewat Islamist Money in Politics Project (Proyek Uang Kaum Islam Radikal dalam Politik). Ada banyak entri informasi di sana. Bisa dilacak sejak 1979, sehingga menyingkapkan banyak polanya. Sebagai contoh, 90 persen sumbangan kaum Islam radikal masuk kepada para calon Partai Demokrat. Jelaslah, sumbangan itu diberikan agar Islamisme bisa diterima. Kalangan liberal kiri jauh lebih bersimpati terhadap tujuan ini, sehingga mendapatkan banyak sekali sumbangan. Dan berhasil. Jarang sudah suara kaum liberal kiri yang menentang Islamisme.
VK: Bagaimana bisa Barat paling tepat menangani persoalan ancaman kekerasan dari pejihad?
DP: Dengan membereskan persoalan-persoalan utama di balik upaya untuk menggunakan kekerasan. Seperti misalnya, menghidupkan hukum abad pertengahan, perasaan bahwa Islam dan Muslim lebih unggul daripada agama dan kaum beriman lain, validitas kekerasan dan hukuman dalam menyebarluaskan agama dan pikiran tentang Allah memberikan perintah-perintah tertentu.
VK: Apakah memang ada sesuatu yang intrinsik dalam Islam yang media arus utama Barat ingin sembunyikan?
DP: Iya. Media arus utama, kaum liberal-kiri dan secara umum Kaum Mapan (Establisment) (baca: kaum yang saya sebut 6P yaitu polisi, politisi, pers, pendeta, profesor dan jaksa penuntut) berpura-pura bahwa Syariah tidak ada. Padahal, Shariah adalah kode hukum abad pertengahan yang menyerukan umat Islam untuk terlibat dalam tindakan yang sangat bertentangan dengan cara modern, Sikap pura-pura ini membawa mereka pada kesimpulan bodoh bahwa hidup menurut Syariah itu bertentangan dengan Islam. Contoh paling spektakuler dari hal ini adalah debat tidak jelas tentang persoalan apakah jihad itu Islami. Pertanyaan itu sama dengan menanyakan apakah paus itu Katolik. Dan dalam diskusi itu, pernyataan yang paling luar biasa dibuat oleh Mantan Gubernur Vermont Howard Dean, yang mengatakan tentang para penyerang Majalah Satire Charlie Hebdo, "Mereka itu sama Muslimnya seperti saya."
VK: Apakah anda tahu baik dengan kasus Tommy Robinson (Inggris)? Anda punya pandangan soal kasus itu?
DP: Saya menghabiskan sebagian besar hari saya bersama Tommy pada bulan Desember 2017 saat ia mengantar saya berkeliling di kota asalnya, Luton. Pengetahuannya luas. Dia bisa menarik perbedaan antara Islam dan Islamisme. Dan dia seorang pemimpin. Masyarakat kelas atas Inggris harus bisa mengatasi sikap bias mereka terhadapnya. Pihak berwenang harus memperlakukannya dengan adil. Saya berharap perlakuan menyakitkan yang dideritanya pada 25 Mei 2018 menjadi pengingat bagi masyarakat umum Inggris. Kala itu, dia ditangkap, dilarang untuk didampingi pengacara, diadili, dijatuhi hukuman dan dikirim ke penjara selama beberapa jam.
VK: Apakah yang harus menjadi kebijakan A.S. bagi Arab Saudi?
DP: Andaikata, anda menanyakan hal ini kepada saya sebelum tahun 2015, saya akan menjawab, jaga jarak, lakukan tawar-menawar yang sungguh-sunguh, keluarkanlah pengaruh jahat. Bagaimanapun, sejak Raja Salman dan putranya yang paling berkuasa Muhamad naik ke puncak kekuasaan, jawab saya beda. Jawaban saya, pusatkanlah perhatian untuk membantu reformasi yang radikal dari Pangeran Muhamad bin Salman.
VK: Pandangan Anda tentang perjanjian nuklir Iran?
DP: Saya pikir, perjanjian itu sebuah upaya penuh skandal yang dilakukan oleh enam pemerintahan yang berpartisipasi di dalamnya guna menangguhkan persoalan senjata nuklir Iran selama sekitar satu dekade. Yaitu sampai para pemegang kuasa sekarang ini agaknya tidak lagi bertanggung jawab untuk itu. Itu sandiwara yang benar-benar menjijikkan.
VK: Apakah Presiden Assad menggunakan gas untuk membunuh warga negaranya sendiri atau gas itu dibuat oleh kelompok-kelompok militan Islam dengan tujuan membantu mempercepat penggulingan Assad?
DP: Sudah lebih dari satu kali Rezim Suriah membunuh warga populasinya dengan gas. Titik. Lebih luas lagi dapat dikatakan, betapapun menjijikkannya kelompok-kelompok Islam radikal itu, rezim telah melakukan sebagian besar pembunuhan di Suriah, sebelum dan sesudah perang saudara dimulai pada 2011. Itu mengerikan.
VK: Terimakasih atas waktu anda, juga untuk berbicara tentang kebenaran kepada kekuasaan. Kami mengharapkan yang terbaik bagi usaha-usaha anda.
Tambahan:
Pada 9 September 2015, inilah apa yang Daniel Pipes tuliskan soal perjanjian nuklir Iran:
"Rencana Aksi Komprehensif Bersama" (JCPOA) itu sangat banyak kelemahannya sehingga membuat daftar kelemahannya membutuhkan lebih banyak tempat dibanding dengan perjanjian setebal 159 halaman itu sendiri. Singkatnya, JCPOA menawarkan kepada para tiran di Teheran selama 10-15 tahun ke depan lebih banyak uang, lebih banyak legitimasi, lebih banyak senjata dan langkah yang disetujui untuk memperoleh persenjataan nuklir. Sebuah analisis yang ditulis seorang pakar Israel lantas menyimpulkan masalahnya dengan mengatakan, "perjanjian itu secara sepihak dan tanpa syarat yang memberikan kepada Iran segala yang dicarinya tanpa ada yang dipertukarkan (quid pro quo) yang layak."
Lebih parah lagi kesepakatan itu tidak memasukkan ketentuan bahwa Teheran berhenti mendukung kelompok-kelompok kekerasan, menghentikan rencana agresifnya untuk menaklukkan negara-negara tetangga, melenyapkan Negara Yahudi atau menggunakan senjata dengan ledakan energi elektromagnetik yang kuat (electromagnetic pulse weapon) terhadap Amerika Serikat. Memang, para mullah begitu percaya diri pada posisi mereka. Tidak pernah mereka berhenti mengungkapkan niat suka berperang ini dan bersikeras bahwa orang Amerika tetap musuh mereka. Tiran negara itu, "Pemimpin Tertinggi" Ali Khamene'i, bahkan menerbitkan sebuah buku selama negosiasi tentang usaha untuk menghancurkan Israel. Singkatnya, kesepakatan itu membuat wperang dengan Iran itu jauh lebih memungkinkan terjadi.
Topik Terkait: Islam Radikal
receive the latest by email: subscribe to daniel pipes' free mailing list