Multimedia untuk artikel ini Video |
Pertanyaan dan jawaban pilihan, yang sudah diedit.
Pertanyaan: Bagaimanakah anda melihat pengaruh Erdoğan di beberapa negara bekas Blok Timur dan bagaimana bisa Pemerintah A.S. mengurangi upayanya supaya bisa memperluas pengaruh di sana
Jawaban: Untuk tujuan diskusi, dapat dikatakan bahwa negara-negara bekas Blok Warsawa terbagi atas dua bagian. Ada republic-republik Turki yang terdiri dari bekas Uni Soviet dan bekas propinsi-propinsi Kekaisaran Utsmaniyah di kawasan Jazirah Balkan. Jadi, Turki punya ikatan sentimental dan budaya dengan bekas negara-negara itu. Selain itu, dia juga pernah menguasai kawasan-kawasan yang disebutkan belakangan.
Tiga puluh tahun silam, ketika Uni Soviet runtuh, tampaknya republik-republik Turki (seperti Republik Uzbekistan, Kazakhastan, Turkmenistan dan Azerbaijan), mengharapkan Turki sebagai pemimpin. Tetapi mereka tidak melakukan itu. Kecuali untuk hal-hal terbatas di Azerbaijan. Ikatan itu tidak dekat. Relasi ekonominya tidak mendalam
Sebaliknya, beberapa pengamat politik kemudian memperhatikan bahwa negara-negara Balkan seperti Albania, Montenegro dan Bosnia menjadi sasaran Turki yang ingin benar-benar terlibat di sana. Semenjak berkuasa pada 2003, Erdoğan pun mencurahkan banyak sekali perhatiannya atas mereka. Dia memandang dunia sebagai Kekaisaran Utsmaniyah baru. Artinya bahwa dia tidak ingin mengendalikan dunia politik dan militer, tetapi menginginkan punya pengaruh yang lebih besar terhadap negara-negara yang pernah dimilikinya ini. Karena mereka itu negara-negara kecil dan miskin, Turki bisa saja meningkatkan dampaknya yang mengesankan atas mereka.
Ada banyak upaya Ankara. Seperti mendirikan sebuah partai politik Muslim Turki di Bulgaria atau membangun masjid-masjid besar di Makedonia Utara. Turki menghabiskan banyak uang dan memang usahanya berhasil. Tetapi pada akhirnya, saya mengharapkan ada reaksi yang besar, karena beberapa kalangan di Balkan ingin hidup di bawah pengaruh dan kendali Erdogan.
Dalam hal ini, saya perhatikan bahwa wilayah Siprus yang dikuasai Turki yang kini 45 tahun berada di bawah kendali Ankara, sudah memilih seorang pemimpin, Namanya, Mustafa Akinci. Ia vokal, kritis, dan anti-Erdogan. Jika Siprus utara menolak Erdogan, maka hal itu menunjukkan bahwa Balkan akan melakukannya juga.
Jadi, upaya Turki di Asia Tengah maupun Balkan telah mengecewakan.
Pertanyaan: Dapatkah dorongan untuk menjadikan Turki sebagai benteng pertahanan Muslim bakal menjadi penyebab kejatuhan Erdoğan?
Jawaban: Barangkali bisa. Terlepas dari semua masjid, sekolah agama Imam-Hatip, penekanan yang sangat besar terhadap adat-istiadat Islam dan pengurangan alkohol yang sangat menekan banyak anak, religiusitas di Turki menurun selama beberapa tahun terakhir. Banyak orang mengatakan, "Jika ini Islam, saya tidak yakin saya menginginkannya."
Tetapi Erdogan berhasil dalam bentuk lain. Dia membawa perubahan budaya yang sebanding dengan apa yang dicapai Atatürk. Ataturk mendorong sekularisme selama lima belas tahun sejak 1923 sampai 1938; Erdogan mendorong nasionalisme selama tujuh belas tahun, sejak 2002 sampai 2019. Masyarakat Turki menjadi suka berpikir konspiratif (conspiratorial mind), curiga terhadap orang asing dan sanggat membanggakan (chauvinistic) budaya sendiri.
Dalam pengertian ini, koalisi AKP dengan MHP, partai kaum nasionalis utama Turki menjadi sangat masuk akal. MHP mewakili kekuatan budaya yang lebih besar sekarang ini di Turki. Dari sudut pandang Amerika, proyek kaum nasionalis tak kalah semangatnya untuk bermusuhan dibanding dengan kaum Islam radikal (Islamist). Erdogan mungkin kehilangan para pemilihnya, tetapi sikap mereka terhadap Barat tetap tidak bersahabat. Semua isyarat menunjukkan bahwa negara itu terus mengalami perubahan yang tidak menguntungkan bagi Amerika Serikat.
Topik Terkait: Turki dan rakyat Turki, Kebijakan AS
receive the latest by email: subscribe to daniel pipes' free mailing list