Eunika Chojecka: Anda ingat reaksi pertama anda, pemikiran pertama anda ketika serangan 11 September (2001 atas menara kembar Kantor Perdagangan Dunia New York) terjadi?
Daniel Pipes: Ketika serangan itu terjadi, saya sedang rumah. Mau pergi ke kantor. Saya jadi tahu bahwa pesawat pertama menghantam bangunan di New York. Dan peristiwa itu mengubah hidup saya. Saya menjadi sangat sibuk selama beberapa tahun berikutnya. Berupaya memahami fenomena ini. Juga berupaya menjelaskannya [....] Pemikiran pertama saya adalah bahwa itu adalah kaum Muslim radikal. Kaum Islam radikal. Tetapi tidak saya katakan itu. [...] Karena selama kira-kira seminggu, saya tidak benar-benar mampu mengungkapkan diri saya sendiri. Kemudian, akhirnya Pemerintah AS mengukuhkan bahwa itu adalah kaum Islam radikal. [...]
Bagaimana serangan itu mempengaruhi USA, baik pemerintah maupun masyarakat Amerika?
Dampak langsungnya adalah serangan itu justru menyatukan masyarakat bersama. Slogan waktu itu adalah; United we stand, Americans are together, Bersatu kita kuat, Orang Amerika bersama. Tetapi slogan itu cepat sekali hancur berantakan, dalam tiga, empat bulan. [...]
Bagaimanakah serangan itu mempengaruhi Eropa dan seluruh dunia? Apakah yang anda pikirkan soal itu, dari perspektif 20 tahun silam?
Awalnya, ada simpati yang sangat besar untuk Amerika Serikat. Itulah satu-satunya masa dalam sejarah NATO bahwa NATO bersatu untuk melawan musuh. Satu-satunya waktu. Tetapi momen dengan cepat, sekali lagi, menjadi subyek perdebatan dan perbedaan pendapat yang besar. Dan kita lihat itu sekarang, 20 tahun kemudian. Ada argumen yang luar biasa atas penyebab, implikasi dari fenomena kaum Islam radikal itu. [...] Implikasi nomor satu adalah bahwa Pemerintah AS memulai perang di Afghanistan dan Irak. Perang yang berlangsung selama bertahun-tahun. Dan perang-perang itu menciptakan perpecahan antara kaum kiri dan kaum kanan, antara pendukung perang dan penentang perang. Ini adalah hasil nomor satu pada serangan 9/11.[...]***