Empat dekade silam, saya mungkin saja sudah mengajukan lamaran untuk posisi ini dan barangkali berkesempatan untuk mengisinya. Meski demikian, sekarang ini, job description jabatan itu sudah menjelaskan bahwa saya, sebagai seorang ilmuwan konservatif, bakal tidak berpeluang untuk mendapatkannya. Perhatikan pernyataan bergaris tebal dalam pengumuman itu yang berteriak lantang "kaum konservatif tidak perlu melamar:"
- Jurusan itu adalah sebuah komunitas dosen - ilmuwan yang mau terlibat.
- Kami sangat tertarik untuk mendengar dari para calon asisten dosen tamu yang bakal membawa pengalaman, identitas dan ide mereka ke dalam ruang kelas serta cara untuk melibatkan diri yang bakal bergema bersama Sejarah dan Colby College dan badan mahasiswa yang semakin beragam.
- Kami tengah mencari para kandidat asisten dosen sejarah dengan potensi yang luar biasa untuk berinovasi, efektif dan inklusif.
- Pernyataan tentang filosofi sejarah [para calon asisten dosen] dan pernyataan tentang minat mereka untuk melakukan penelitian memperlihatkan komitmen terhadap nilai-nilai keberagaman dan inklusivitas.
Meskipun tampaknya tidak berbahaya, tetapi istilah-istilah seperti keterlibatan, identitas, keragaman, dan inklusivitas sebenarnya mengecualikan siapa pun yang tidak berada di Kelompok Kiri (the Left). Memang, "keanekaragaman, kesetaraan, dan inklusi" (atau DEI) adalah mantra tempat kerja utama kaum progresif.
|
Lebih jauh lagi, menuntut agar "filosofi pengajaran dan pernyataan minat terhadap penelitian seorang kandidat harus menunjukkan komitmen terhadap nilai-nilai keragaman dan inklusivitas" sangat berbahaya. Pernyataan ini tidak hanya menyingkirkan siapa pun yang tidak berada di Kiri tetapi memastikan bahwa pandangan ini tertanam dalam karya masa depan para cendekiawan.
Demikianlah cara kaum Kiri mengunci pengaruhnya atas para akademis (academy's personnel), pengajaran, dan penelitian akademis.
Satu-satunya cara untuk membongkar kunci ini adalah dengan menciptakan institusi baru dengan jangkauan yang sangat luas. Upaya itu mungkin dapat terjadi, tetapi membutuhkan imajinasi (sangat sedikit orang Amerika menemukan universitas masa kini) dan uang yang lebih disukai banyak universitas seperti itu. Namun, uang itu berpotensi ada, seperti saya catat pada tahun 2019:
Frederick M. Hess and Brendan Bell pernah menghitung soal itu dan menyimpulkan bahwa universitas semacam itu akan menelan biaya $3,4 miliar (sekitar Rp 48.4 Triliun) untuk dibangun serta dana abadinya. Itu jumlah yang besar (tidy) tetapi para donor pada tahun 2017 memberikan $43.6 billion ( sekitar Rp 620 Triliun) untuk pendidikan tinggi. Jadi dana $3,4 miliar juga hanyalah sebagian kecil dari kekayaan beberapa kaum konservatif yang kaya-raya (halo Charles dan David, halo Sheldon, halo Rupert).
Sampai tiba saatnya dan kecuali lembaga-lembaga (baca: universitas) baru tersebut muncul, maka tampaknya bahwa pergeseran ke kiri akan terus berlanjut.
Sebagai tambahan akhir atas pengumuman pekerjaan Colby College, perhatikan daftar kategori panjang eksotis yang dengannya dinyatakan tidak membeda-bedakan: "ras, warna kulit, usia, jenis kelamin, orientasi seksual, identitas gender, agama, kehamilan, hal-hal yang berkaitan dengan orang tua atau status perkawinan, asal kebangsaan atau asal etnis, kasta, keyakinan politik, atau cacat yang tak terkait dengan pekerjaan atau persyaratan studi."
Anehnya, dalam pengumuman lain dari pembukaan lowongan yang yang sama, yang diposting di Asosiasi Kajian Timur Tengah, daftar non-diskriminatif Perguruan Colby lebih pendek dan sangat berbeda. Kata-kata yang dicetak tebal menandai perbedaan antara dua versi: "ras, warna kulit, jenis kelamin, orientasi seksual, identitas atau ekspresi gender, cacat, agama, nenek-moyang atau asal negara, usia, status perkawinan, informasi genetik, atau status veteran."
Beberapa variasi pernyataan (terkait kasta, informasi genetik) aneh. Pernyataan lainnya memang penting (seperti soal keyakinan politik pelamar). Orang karena itu hanya bisa bertanya-tanya aspek menonjol mana dari para pelamar yang tidak akan didiskriminasi oleh Perguruan Colby dan lainnya di masa depan. Mungkin yang terkait dengan tinggi badan, warna rambut, kidal atau tidak (right-handedness) dan obesitas. Atau mungkin pengetahuan tentang bahasa, IQ, ketrampilan mengajar dan kualitas penelitian. Masa depan universitas yang direkayasa oleh kaum progresif Amerika tidak mengenal batas.
Pipes (DanielPipes.org, @DanielPipes), adalah Presiden Middle East Forum (Forum Timur Tengah), pernah mengajar di empat universitas. © 2021 by Daniel Pipes. All rights reserved.
Topik-topik Terkait: Akademia
|
The above text may be reposted, forwarded, or translated so long as it is presented as an integral whole with complete information about its author, date, place of publication, as well as the original URL.
|
|