Judul yang diterbitkan dalam WSJ: "Crown Prince Mohammed bin Salman Should Open Mecca"
Bayangkan bahwa ketika menaklukan Kota Yerusalem pada tahun 1967, Pemerintah Israel melarang orang-orang non-Yahudi untuk mengunjungi Bukit Bait Allah. Kemudian, bayangkan seorang Muslim Arab Saudi menyusup masuk ke sana lalu mengklaim diri sebagai seorang warga Yahudi Amerika kemudian menyiarkan kunjungannya itu di televisi Arab Saudi. Dia pasti bakal mendapatkan dukungan global karena menentang rezim "apartheid" Israel.
Itulah kasarnya apa yang terjadi sebaliknya pada 18 Juli 2022 lalu. Ketika, Gil Tamary, seorang wartawan televisi Yahudi Israel pemegang paspor Amerika Serikat menyiarkan (kisah) dirinya pada televisi Israel sedang berjalan-jalan seputar Mekkah, kota tersuci Islam, yang terlarang bagi non-Muslim. Progam 10 menit itu menampilkan Tamari sedang berkendaraan dekat Masjidil Haram, melewati Mina, sebuah tempat yang terkait dengan perjalanan haji tahunan, kemudian mendaki Gunung Arafat.
Gil Tamary dalam televisi Israel, tengah mengisahkan kunjungannya ke Gunung Arafat dekat Mekkah. |
Majikan Tamary, Televisi Channel 13, memuji kunjungan itu sebagai "prestasi jurnalistik yang penting." Sementara itu, tanggapan di tempat lain sangat kritis. Tidak hanya di kalangan Muslim. Pihak berwenang Arab Saudi memimpin kelompok pengecam, mengarahkan Tamary kepada jaksa penuntut umum untuk pelanggaran pidana. Blogger pro-Israel Mohammed Saud mengecam Tamary karena "menyakiti agama Islam." Menteri Kerja Sama Kawasan Israel menganggapnya sebagai "hal bodoh untuk dilakukan." Seorang pejabat senior AS yang tidak disebutkan namanya menggambarkannya sebagai "sangat ceroboh dan tidak sopan." Sementara itu, kolomnis Times of London Melanie Phillips, penulis buku Londonistan: How Britain Is Creating a Terror State Within (2006), menulis bahwa dia merasa "sulit baginya untuk melebih-lebihkan kebodohan, arogansi yang tidak bertanggung jawab" dari kunjungan Tamary.
|
Tamary sudah bergabung dengan kelompok kecil non-Muslim yang, sejak Islam berdiri 1,400 tahun lalu, menentang orang kafir dikucilkan dari daerah sucinya.
Tamary karena itu meminta maaf. "Jika ada yang tersinggung dengan video ini, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya," cuitnya dalam bahasa Inggris. "Tujuan dari seluruh upaya ini adalah untuk menunjukkan pentingnya Mekkah dan keindahan agama, dan dengan demikian semakin menumbuhkan toleransi dan inklusi agama."
Meskipun kecaman dan permintaan maaf tidak bisa diperkirakan, kedua-duanya sama-sama salah. Ya, kunjungan Tamary bisa menginspirasi kekerasan para jihadis terhadap orang Yahudi dan Negara Yahudi. Ya, ia bisa mengganggu kerja sama (dance) yang sudah sangat hati-hati dilakukan, setengah rahasia sekaligus penting yang membuka jalan menuju perjanjian kerja sama Israel-Arab Saudi. Ya, ia bisa saja menghambat upaya modernisasi yang digagas Putra Mahkota Mohamad bin Salman. Masing-masing persoalan ini bisa saja terjadi—tetapi kerusakan yang disebabkan oleh petualangan Tamary kemungkinan kecil.
|
Sebagai gantinya, pertimbangkan potensinya yang luar biasa positif. Tamary sudah bergabung dengan kelompok kecil non-Muslim yang, sejak Islam berdiri 1,400 tahun lalu, menentang orang kafir dikucilkan dari daerah sucinya. Pada tahun 1951, sejarawan Amerika kelahiran Libanon Philip Hitti menulis bahwa "sejauh ini tidak lebih dari lima belas orang Eropa yang terlahir Kristen yang berhasil melihat dua kota suci"—Mekkah dan Madinah—"dan melarikan diri dalam keadaan selamat."
Selama 70 tahun lebih sejak Hitti menulis, kita hanya mengetahui tiga kasus non-Muslim yang diam-diam memasuki Mekkah. Pada tahun 2007, Nirosh Kamanda, seorang sopir truk Kristen dari Sri Lanka, menyelinap ke kota hendak menjual barang-barang di dekat Masjidil Haram. Pada tahun 2015, orang dengan nama samaran Haji Mustafa, seorang Arab Kristen berkewarganegaraan Inggris, menerbitkan kisah perjalanannya yang menyamar pada musim haji tahunan, di mana ia temukan sebagai "perjalanan spiritual dan sosial yang luar biasa." Tamary sekarang masuk dalam barisan mereka, setelah dia dengan berani menantang status quo kuno yang diterima dunia tanpa berpikir. Bravo baginya karena melanggar tabu.
Tamary bukan satu-satunya yang pantas dihormati. Pengemudi Arab Saudi-nya juga. Dia mungkin orang yang dilacak polisi Arab Saudi, ditangkap dan dituduh "terlibat mengantarkan dan memfasilitasi masuknya" seorang non-Muslim, menyatakan bahwa "pelanggaran semacam ini dianggap sebagai kejahatan yang tidak akan ditoleransi dan akan dijatuhi hukuman."
Al-Qur'an hanya melarang orang musyrik dari Masjidil Haram. Bukan melarang setiap non-Muslim mengunjungi Mekkah.
Kebijakan untuk tidak mengijinkan kaum non-Muslim (exclusion) tidak sekedar tidak adil. Ia juga tidak diamanatkan oleh Islam. Al-Qur'an Surat 9:28, hanya melarang orang musyrik dari Masjidil Haram. Bukan melarang setiap non-Muslim mengunjungi Mekkah. Sebagai bagian dari reformasi besar-besaran yang dilakukannya, Pangeran Mahkota Muhamad harus membuka Kota Mekkah, sekitarnya dan Madinah kepada semua pendatang. Masjid-masjid mungkin saja tetap eksklusif untuk bagi umat Islam. Tetapi segala sesuatu yang lain harus dapat diakses. Organisasi internasional dan lembaga swadaya masyarakat harus menekannya untuk menghentikan undang-undang negaranya yang bersifat diskriminatif.
|
Tamary sudah mengambil kesempatan. Ia memulai diskusi yang berpotensi membuat perbedaan yang bersejarah. Dia pantas dihormati, bukan dikutuk.
Pipes adalah Presiden Middle East Forum (Forum Timur Tengah). © 2022 by Daniel Pipes. All rights reserved.
Penambahan 4 Agustus 2022:
(1) Seorang imam Masjidil Haram Saleh Bin Al-Humayd, tampaknya menanggapi Tamary dengan kecaman keras kepada orang Yahudi. "Ya Allah, hancurkan orang-orang Yahudi yang menjarah dan menduduki tanah (occupying), karena mereka tidak sepadan bagi-Mu. Ya Allah, turunkan atas mereka hukuman-Mu, sehingga para penjahat tidak dapat melarikan diri darinya. Ya Allah, kami menjadikan-Mu perisai kami dari mereka dan berlindung kepada-Mu dari kejahatan mereka."
|
(2) Semua Pemerintah Israel sejak tahun 1967, jauh dari upaya untuk mengecualikan non-Yahudi dari Bukit Bait Allah. Mereka benar-benar mengizinkan pihak berwenang Islam untuk menjalankannya sehingga nyaris berdaulat atasnya, meski situs tersebut sangat penting dalam Yudaisme tetapi tidak terlampau penting di dalam Islam (tidak, Yerusalem bukanlah kota ketiga paling suci bagi Islam).
(3) Tampaknya, Mohamad bin Salman telah mengambil langkah tentatif untuk membuka kota-kota suci bagi non-Muslim. Pada Mei 2021, tanpa memberi penjelasan lebih dulu, beberapa rambu jalan menuju Medinah diubah dari "khusus Muslim" menjadi "Menuju Kawasan Haram."
#Arab Saudi menghapus istilah "khusus Muslim" pada semua rambu jalan menuju #Medinah, situs tersuci kedua dalam Islam setelah #Mekkah & menggantinya dengan "Menuju Kawasan Haram"
Non-Muslim tidak diperbolehkan memasuki Alun-alun Nabawi, tempat Masjid Nabawi, Kawasan Haram, berada https://t.co/jXg1FwOWnT.
إستبدال عبارة للمسلمين فقط بعبارة حد الحرم في اللوحات
الإرشادية في #المدينة_المنورة .
Sent: September 12, 2022
File: _io.2022-8-4-OpenMeccatotheWorld.wsj
No. of word, 1,090 words
Membuka Mekkah kepada Dunia
Open Mecca to the World
Oleh Daniel Pipes
Diterjemahkan oleh Jacobus E. Lato
Wall Street Journal
4 Agustus 2022
Judul yang diterbitkan dalam WSJ: "Crown Prince Mohammed bin Salman Should Open Mecca"
Bayangkan bahwa ketika menaklukan Kota Yerusalem pada tahun 1967, Pemerintah Israel melarang orang-orang non-Yahudi untuk mengunjungi Bukit Bait Allah. Kemudian, bayangkan seorang Muslim Arab Saudi menyusup masuk ke sana lalu mengklaim diri sebagai seorang warga Yahudi Amerika kemudian menyiarkan kunjungannya itu di televisi Arab Saudi. Dia pasti bakal mendapatkan dukungan global karena menentang rezim "apartheid" Israel.
Itulah kasarnya apa yang terjadi sebaliknya pada 18 Juli 2022 lalu. Ketika, Gil Tamary, seorang wartawan televisi Yahudi Israel pemegang paspor Amerika Serikat menyiarkan (kisah) dirinya pada televisi Israel sedang berjalan-jalan seputar Mekkah, kota tersuci Islam, yang terlarang bagi non-Muslim. Progam 10 menit itu menampilkan Tamari sedang berkendaraan dekat Masjidil Haram, melewati Mina, sebuah tempat yang terkait dengan perjalanan haji tahunan, kemudian mendaki Gunung Arafat.
Gil Tamary dalam televisi Israel, tengah mengisahkan kunjungannya ke Gunung Arafat dekat Mekkah.
|
Majikan Tamary, Televisi Channel 13, memuji kunjungan itu sebagai "prestasi jurnalistik yang penting." Sementara itu, tanggapan di tempat lain sangat kritis. Tidak hanya di kalangan Muslim. Pihak berwenang Arab Saudi memimpin kelompok pengecam, mengarahkan Tamary kepada jaksa penuntut umum untuk pelanggaran pidana. Blogger pro-Israel Mohammed Saud mengecam Tamary karena "menyakiti agama Islam." Menteri Kerja Sama Kawasan Israel menganggapnya sebagai "hal bodoh untuk dilakukan." Seorang pejabat senior AS yang tidak disebutkan namanya menggambarkannya sebagai "sangat ceroboh dan tidak sopan." Sementara itu, kolomnis Times of London Melanie Phillips, penulis buku Londonistan: How Britain Is Creating a Terror State Within (2006), menulis bahwa dia merasa "sulit baginya untuk melebih-lebihkan kebodohan, arogansi yang tidak bertanggung jawab" dari kunjungan Tamary.
Tamary sudah bergabung dengan kelompok kecil non-Muslim yang, sejak Islam berdiri 1,400 tahun lalu, menentang orang kafir dikucilkan dari daerah sucinya.
Tamary karena itu meminta maaf. "Jika ada yang tersinggung dengan video ini, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya," cuitnya dalam bahasa Inggris. "Tujuan dari seluruh upaya ini adalah untuk menunjukkan pentingnya Mekkah dan keindahan agama, dan dengan demikian semakin menumbuhkan toleransi dan inklusi agama."
Meskipun kecaman dan permintaan maaf tidak bisa diperkirakan, kedua-duanya sama-sama salah. Ya, kunjungan Tamary bisa menginspirasi kekerasan para jihadis terhadap orang Yahudi dan Negara Yahudi. Ya, ia bisa mengganggu kerja sama (dance) yang sudah sangat hati-hati dilakukan, setengah rahasia sekaligus penting yang membuka jalan menuju perjanjian kerja sama Israel-Arab Saudi. Ya, ia bisa saja menghambat upaya modernisasi yang digagas Putra Mahkota Mohamad bin Salman. Masing-masing persoalan ini bisa saja terjadi—tetapi kerusakan yang disebabkan oleh petualangan Tamary kemungkinan kecil.
Sebagai gantinya, pertimbangkan potensinya yang luar biasa positif. Tamary sudah bergabung dengan kelompok kecil non-Muslim yang, sejak Islam berdiri 1,400 tahun lalu, menentang orang kafir dikucilkan dari daerah sucinya. Pada tahun 1951, sejarawan Amerika kelahiran Libanon Philip Hitti menulis bahwa "sejauh ini tidak lebih dari lima belas orang Eropa yang terlahir Kristen yang berhasil melihat dua kota suci"—Mekkah dan Madinah—"dan melarikan diri dalam keadaan selamat."
Selama 70 tahun lebih sejak Hitti menulis, kita hanya mengetahui tiga kasus non-Muslim yang diam-diam memasuki Mekkah. Pada tahun 2007, Nirosh Kamanda, seorang sopir truk Kristen dari Sri Lanka, menyelinap ke kota hendak menjual barang-barang di dekat Masjidil Haram. Pada tahun 2015, orang dengan nama samaran Haji Mustafa, seorang Arab Kristen berkewarganegaraan Inggris, menerbitkan kisah perjalanannya yang menyamar pada musim haji tahunan, di mana ia temukan sebagai "perjalanan spiritual dan sosial yang luar biasa." Tamary sekarang masuk dalam barisan mereka, setelah dia dengan berani menantang status quo kuno yang diterima dunia tanpa berpikir. Bravo baginya karena melanggar tabu.
Tamary bukan satu-satunya yang pantas dihormati. Pengemudi Arab Saudi-nya juga. Dia mungkin orang yang dilacak polisi Arab Saudi, ditangkap dan dituduh "terlibat mengantarkan dan memfasilitasi masuknya" seorang non-Muslim, menyatakan bahwa "pelanggaran semacam ini dianggap sebagai kejahatan yang tidak akan ditoleransi dan akan dijatuhi hukuman."
Al-Qur'an hanya melarang orang musyrik dari Masjidil Haram. Bukan melarang setiap non-Muslim mengunjungi Mekkah.
Kebijakan untuk tidak mengijinkan kaum non-Muslim (exclusion) tidak sekedar tidak adil. Ia juga tidak diamanatkan oleh Islam. Al-Qur'an Surat 9:28, hanya melarang orang musyrik dari Masjidil Haram. Bukan melarang setiap non-Muslim mengunjungi Mekkah. Sebagai bagian dari reformasi besar-besaran yang dilakukannya, Pangeran Mahkota Muhamad harus membuka Kota Mekkah, sekitarnya dan Madinah kepada semua pendatang. Masjid-masjid mungkin saja tetap eksklusif untuk bagi umat Islam. Tetapi segala sesuatu yang lain harus dapat diakses. Organisasi internasional dan lembaga swadaya masyarakat harus menekannya untuk menghentikan undang-undang negaranya yang bersifat diskriminatif.
Tamary sudah mengambil kesempatan. Ia memulai diskusi yang berpotensi membuat perbedaan yang bersejarah. Dia pantas dihormati, bukan dikutuk.
Pipes adalah Presiden Middle East Forum (Forum Timur Tengah). © 2022 by Daniel Pipes. All rights reserved.
Penambahan 4 Agustus 2022:
(1) Seorang imam Masjidil Haram Saleh Bin Al-Humayd, tampaknya menanggapi Tamary dengan kecaman keras kepada orang Yahudi. "Ya Allah, hancurkan orang-orang Yahudi yang menjarah dan menduduki tanah (occupying), karena mereka tidak sepadan bagi-Mu. Ya Allah, turunkan atas mereka hukuman-Mu, sehingga para penjahat tidak dapat melarikan diri darinya. Ya Allah, kami menjadikan-Mu perisai kami dari mereka dan berlindung kepada-Mu dari kejahatan mereka."
(2) Semua Pemerintah Israel sejak tahun 1967, jauh dari upaya untuk mengecualikan non-Yahudi dari Bukit Bait Allah. Mereka benar-benar mengizinkan pihak berwenang Islam untuk menjalankannya sehingga nyaris berdaulat atasnya, meski situs tersebut sangat penting dalam Yudaisme tetapi tidak terlampau penting di dalam Islam (tidak, Yerusalem bukanlah kota ketiga paling suci bagi Islam).
(3) Tampaknya, Mohamad bin Salman telah mengambil langkah tentatif untuk membuka kota-kota suci bagi non-Muslim. Pada Mei 2021, tanpa memberi penjelasan lebih dulu, beberapa rambu jalan menuju Medinah diubah dari "khusus Muslim" menjadi "Menuju Kawasan Haram."
#Arab Saudi menghapus istilah "khusus Muslim" pada semua rambu jalan menuju #Medinah, situs tersuci kedua dalam Islam setelah #Mekkah & menggantinya dengan "Menuju Kawasan Haram"
Non-Muslim tidak diperbolehkan memasuki Alun-alun Nabawi, tempat Masjid Nabawi, Kawasan Haram, berada https://t.co/jXg1FwOWnT.
— Saad Abedine (@SaadAbedine) 4 Mei 2021
إستبدال عبارة للمسلمين فقط بعبارة حد الحرم في اللوحات
الإرشادية في #المدينة_المنورة .
Sebuah laporan yang dikeluarkan Maret 2022 oleh Heba Hashem yang diterbitkan dalam Salaam Gateway, yang belakangan dihapus, mengutip pernyataan beberapa pengunjung non-Muslim yang mengatakan bahwa mereka dapat memasuki Madinah sampai ke pagar pembatas sekitar Masjid Nabawi dan bahkan mengambil gambar tempat suci itu. Beberapa juga berhasil masuk ke Mekkah tanpa hambatan. Tapi - seperti yang ditunjukkan oleh diajukannya kasus Tamary sebagai pelanggaran kriminal berikut penangkapan sopirnya, kebijakan ini tampaknya informal dan tidak lengkap.
(4) Al-Qur'an 9:28 hanya mengacu pada Masjid Agung tetapi laporan hadits bergerak lebih jauh. Seseorang pernah mendengar Nabi Muhamad mengatakan bahwa "Jika Tuhan menghendaki bahwa aku hidup, aku akan mengusir orang-orang Yahudi dan Kristen dari Jazirah Arab" (Jami' at-Tirmidzi, 1606). Hadith lainnya lebih kuat lagi: "Aku akan mengusir orang-orang Yahudi dan Kristen dari Jazirah Arab dan tidak akan meninggalkan siapa pun kecuali Muslim" (Sahih Muslim, 1767a, 4366, dan 4594) dan "Dua agama tidak akan hidup berdampingan di Jazirah Arab" (Muwatta Malik, 1618).
Topik Terkait Mekkah and Medinah
Artikel Terkait:
The above text may be cited; it may also be reposted or forwarded so long as it is presented as an integral whole with complete information provided about its author, date, place of publication, and original URL.
|
|
|