Dalam bukunya The Secret Apparatus: The Muslim Brotherhood's Industry of Death (Aparat Rahasia: Industri Kematian Ikhwanul Muslimin) Cynthia Farahat mengatakan bahwa Ikhwanul Muslimin (IM), yang didirikan hampir seabad silam, menghadirkan ancaman yang lebih besar daripada yang biasanya disaksikan. Ia tidak kurang dari "inkubator dunia terorisme Islam modern." Sekaligus "kultus militan paling berbahaya dunia." Farahat melacak berbagai kelompok terkemuka Mesir. Seperti al-Takfir wa'l-Hijra, al-Jamaʻa al-Islamiya dan Jihad Islam Mesir lalu kembali kepada IM. Ia juga menyelidiki kelompok teroris di luar Mesir seperti Ansar al-Shariʻa di Libya, Jamaat al- Tauhid wa'l-Jihad di Yordania, Talai al-Fateh di beberapa negara, Hamas, Taliban, al-Qaeda dan ISIS. Dengan sederet prestasi tersebut, dia lalu menyimpulkan bahwa IM menghadirkan "ancaman eksistensial" bagi Amerika Serikat. Mereka yang tidak takut terhadap IM, singkatnya, ingin segera diingatkan oleh Farahat.
Penulisnya orang Mesir. Satu dekade lalu ia berimigrasi ke Amerika Serikat. Di negara ini, dia menulis tentang jihad untuk publikasi Amerika, menulis kolom untuk surat kabar Mesir, memberikan kesaksian di depan Kongres dan memberi saran kepada penegak hukum AS tentang Islamisme dan jihad. Sebelumnya, di Mesir, ia ikut mendirikan Partai Mesir Liberal. Platform partai tersebut mendukung kapitalisme, pemisahan masjid dan negara dan perdamaian dengan Israel. Dia belajar yurisprudensi dan sejarah Islam dan ikut menulis sebuah buku (dalam bahasa Arab) bertajuk Desecration of a Heavenly Religion (Penodaan Agama Surgawi) pada 2008. Usahanya itu menyebabkan, Universitas al-Azhar melarang peredaran buku itu sementara dia sendiri dilarang bepergian oleh Lebanon dan masuk dalam daftar teratas orang paling dicari sebuah kelompok yang berafiliasi dengan al-Qaeda.
Buku ini, The Secret Apparatus, berisi banyak nama, tanggal, peristiwa dan fakta terperinci lainnya, yang semuanya diperlukan untuk menetapkan kasus penulis. Buku itu dengan demikian bukan untuk dibaca cepat. Tetapi untuk dipelajari lalu kembali dipelajari. Sebagian besar bukti penulisan bukunya, asli. Farahat memanfaatkan keuntungan dari arsip yang dibuka kepada publik setelah Revolusi 2013 di Mesir. Atau dia mengandalkan sumber-sumber baru, seperti kenangan Tharwat al-Kherbawy yang membuat para pembacanya mampu mengenang sejumlah besar pengalaman mereka yang tidak wajar secara rinci seputar kasus tersebut. Untuk membantu para pembaca mendekati sekaligus menghargai halaman-halaman berikutnya, saya menawarkan diri untuk membuat sketsa garis utama halaman-halaman buku dalam kata pengantar ini, kemudian menambahkan beberapa refleksi saya sendiri.
Buku ini berisi lima bagian utama: pengaruh latar belakang, pendiri IM, penipuan, dampak dan kebijakan AS.
Pengaruh Latar Belakang
Farahat berpendapat bahwa Ikhwanul Muslimin, yang didirikan pada 22 Maret 1928, mengawali Islamisme modern. Juga ia berpendapat bahwa Secret Apparatus adalah "organisasi teroris Islam terselubung pertama dalam sejarah modern." Dia karena melacak asal-usul Ikhwanul Muslimin (IM) pada dua sumber utama:
- Iran dan cabang Islam Syiah: Kelompok Pembunuh (Assassins) abad pertengahan berperan sebagai "pengaruh terbesar pada pembentukan Ikhwan." Ini dimungkinkan oleh taqrib, yaitu upaya untuk mempersempit perbedaan teologis antara Islam Syiah dan Islam Sunni, dengan
- tujuan akhir membangun kembali khilafah dan bersama-sama mengobarkan jihad melawan musuh bersama mereka. Jamal ad-Din al-Afghani dari Iran, pendiri proyek jihad modern, mungkin menjadi "tokoh paling penting dalam kebangkitan Islamisme" karena ia memadukan perkumpulan rahasia Barat dengan dakwah yang menarik orang masuk Islam (proselytism) secara bawah tanah. Pendiri IM Hasan al-Banna sangat memanfaatkan warisan ini untuk menciptakan "ordo Para Pembunuh (Assassins) yang setara pada abad kedua puluh."
Farahat melaporkan berita mengejutkan bahwa Ayatollah Khomeini mengunjungi Banna di Kairo pada tahun 1938. Dia berspekulasi bahwa "Banna mempengaruhi Khomeini, karena pengaruh Banna terhadap Khomeini terlihat jelas beberapa tahun kemudian." Pada era pertengahan 1960-an, Ali Khamenei memanfaatkan waktunya di penjara Iran untuk menerjemahkan dua buku kunci IM oleh Sayyid Qutb, ke dalam Bahasa Persia. Revolusi Iran selama 1978-1979 menyaksikan cabang IM secara resmi didirikan di Iran. Juga pada saat itu, Khomeini tampaknya menyarankan kata-kata slogan utama IM, "Islam adalah solusi." Selama perang Irak-Iran, IM menggunakan pengaruhnya untuk membantu Teheran. Pada gilirannya, Teheran dengan murah hati mendanai Hamas. Ketika Khamenei menjadi Pemimpin Tertinggi Iran pada tahun 1989, dia memasukkan dua buku Qutb itu ke dalam kurikulum Sekolah Korps Pengawal Revolusi Islam. Sebagai imbalannya, para pemimpin IM memasukkan Khomeini di antara guru-guru terpentingnya bersama dengan Banna, Quthb, dan Abul A'la Maududi. Kedua belah pihak berupaya keras menjalin ikatan baru setelah penggulingan Husni Mubarak pada 2011, ketika IM dengan penuh semangat mendukung program nuklir Iran.
Dari catatan panjang ini, Farahat lantas menyimpulkan bahwa "Ikhwanul Muslimin dan kerja sama Iran adalah salah satu hubungan paling berbahaya dan rumit di dunia politik internasional, jihadisme dan terorisme transnasional."
Stalin sangat kuat mempengaruhi struktur Ikhwanul Muslimin.
(2) Ide dan institusi Barat modern: Banyak pengaruh yang dipilih-pilih dari berbagai sumber ini termasuk: dari Freemason (terutama ide organisasi klandestin) dan sejumlah diktator abad kedua puluh: Kaiser "Haji" Wilhelm II dan propaganda Perang Dunia I-nya (terutama karya subversif Max von Oppenheim), dari Nazi (khususnya kebrutalan Sturmabteilung atau S.A.), dan Soviet (khususnya gagasan Lenin, model ganda Komintern tentang partai publik dan aparat rahasia, dan NKVD Stalin). Meskipun Banna mengagumi Hitler dan personel IM "terus berpegang pada nilai-nilai yang dikembangkan Hitler hingga kini," Stalin sangat mempengaruhi struktur IM, yang meniru institusi kekuasaan domestik dan internasionalnya serta model Kominternnya. Memang, "Banna menjadikan aparat pemerintahan Stalin sebagai model organisasinya, sebuah struktur yang masih digunakan oleh Ikhwanul Muslimin sampai sekarang." Model yang lebih brutal tidak bisa orang bayangkan lagi.
Hasan al-Banna
Selain pengaruh-pengaruh ini, terletak kharakter pendiri IM itu sendiri, Hasan al-Bana, yang tetap dominan lama setelah dia meninggal dunia. "Visinya yang paranoid, obsesif dan kriminal bertahan bertahan hidup melalui lembaga bunglon ciptaannya." Misalnya, anggaran rumah tangga organisasi menuntut agar anggota "memprioritaskan kepentingan kelompok di atas kepentingan individu" dan kelompok menganggap anak-anak anggota sebagai makanan untuk ambisinya. Pada akhirnya, setiap anggota harus bersumpah taat total kepada pemimpin, yang dikenal sebagai Pemandu Umum. Petugas organisasi yang lebih rendah, dikenal sebagai Emir melibatkan diri dalam setiap aspek kehidupan anggota, termasuk ketika anggota menikah, menderita sakit dan mengalami kesulitan hidup, dengan tujuan untuk bisa menekan, memeras, atau menyuap anggota. Para mata-mata IM misalnya harus menikah dengan orang satu organisasi dan dengan orang dari keluarga dengan status yang mirip dengan mereka sendiri.
Di luar persoalan-persoalan internal ini, Banna secara khusus menekankan dua tema: khilafah dan kematian. "Alasan Ikhwanul Muslimin adalah untuk mendirikan kekhalifahan Islam" yang bakal menerapkan Hukum Islam, Syariah. Karena untuk itu, seperti bagi banyak penganut Islam radikal lainnya, "jawaban atas setiap masalah--- mulai dari masalah dengan mertua mereka, hingga masalah kesehatan dan kebijakan publik— adalah kembalinya Khilafah." Untuk tujuan ini, IM menggunakan semua metode, yang sesuai dengan hukum (lawful) atau kejahatan (criminal).
Definisi terkenal Banna tentang prinsip-prinsip IM mengisyaratkan keasyikannya yang aneh dengan kematian: "Tuhan adalah tujuan kita, Nabi adalah model kita, Al-Qur'an adalah hukum kita, jihad adalah jalan kita, dan mati syahid adalah aspirasi kita." Sebutan "Industri Kematian" (sinaʻat al-mawt) dalam judul buku ini mengacu pada artikel Banna yang sangat menyimpang namun tak mudah dilupakan di mana ia membahas mulianya kematian bagi Islam:
Kematian adalah seni. Terkadang seni yang indah meskipun pahit. Bahkan mungkin seni yang paling indah jika dibuat oleh tangan seniman yang ahli. Al-Qur'an dengan penuh hormat mempersembahkannya kepada orang-orang yang beriman sekaligus memaksa mereka untuk menghargai dan mencintainya lebih dari yang lain mencintai kehidupan ... Kaum Muslim tidak akan diselamatkan dari realitas mereka kecuali jika mereka menjalankan (adopt) filosofi kematian Al-Qur'an dan memeluknya sebagai sebuah seni. Sebuah seni yang benar-benar indah.
Banna mengagung-agungkan kematian di atas segalanya.
Banna mengagung-agungkan kematian di atas segalanya. Dia "meyakini bahwa mencintai kehidupan adalah dosa mematikan yang mencegah kaum Muslim memasuki surga. Dia meyakini bahwa kaum Muslim hanya bisa masuk surga jika mereka 'menumpahkan darah mereka sebagai pajak untuk [mencintai] kehidupan'." Murid kenamaannya, Qutb, kemudian "meneruskan prinsip doktrinal Banna bahwa semua Muslim yang bukan anggota kelompok jihad itu kafir dan pantas dibunuh." Prinsip doktrinal itu menjadi lebih buruk:
Umum diketahui bahwa Ikhwanul Muslimin meyakini bahwa semua non-Muslim perlu dimusnahkan. Namun bukanlah pengetahuan umum pula bahwa mereka juga menganggap semua negara Islam itu adalah rumah perang dan sebagian besar Muslim sebagai kafir yang mereka yakini harus dibunuh.
Singkatnya, Ikhwanul Muslimim adalah mesin pembunuh yang sempurna. Setelah dipadukan bersama, pengaruh-pengaruh Kaum Assassins dan Stalin, Banna kemudian menciptakan sebuah organisasi yang disimpulkan dengan pernyataannya bahwa "hukum dan ajaran Islam adalah sistem menyeluruh yang lengkap sehingga dia pun menjadi wasit terakhir kehidupan di dunia ini dan akhirat."
Tiga Penipuan
Farahat menawarkan tiga wawasan berpikir pokok seputar metode IM guna menjelaskan keberhasilan lembaga tersebut yang semuanya berbasiskan tipuan.
Yang pertama menyangkut penipuan yang berbasis dua wajah yang saling bertentangan (duality). Ada wajah publik IM yang agak ramah bernama Aparat Umum (General Apparatus). Dan ada wajah milisi jahat-kejam tersembunyi atau Aparat Rahasia (Secret Aparatus). Organisasi menggunakan bahasa bermakna ganda (doublespeak) tentang dua bagian keberadaannya sejak 1951. Yang satu secara oportunis memompakan nilai-nilai demokrasi liberal sementara yang lainnya mengekspresikan "retorika ekstremis pro-terorisme." Pada saat yang sama, jelas bahwa pemimpin Aparat Rahasia, yang dikenal sebagai Pemandu Rahasia, semenjak tahun 1971 menjadi pemimpin utama IM. Selama setengah abad ini, Pemandu Umum (General Guide) hanya "bertindak sebagai tokoh hubungan masyarakat". Tugas hubungan masyarakat tersebut termasuk secara persuasif untuk melanggengkan "mitos bahwa Aparat Rahasia tidak lagi beroperasi" ketika sebenarnya sangat banyak. Divisi publik maupun klandestin sama-sama beroperasi atas dasar konsep jihad permanen Banna, sehingga memungkinkan terjadinya segala macam tindakan kriminal dan ilegal lainnya.
Bagian penipuan ini termasuk berpura-pura meninggalkan kekuatan demi politik yang sah: "setiap kali Ikhwanul Muslimin secara terbuka mengecam kekerasan, mereka justru terlibat dalam kegiatan jihad bawah tanah dengan bendera berbeda." Memang, IM tidak dapat melepaskan kekerasan dalam keadaan apa pun: "Jika Ikhwanul Muslimin menghentikan jihad kekerasan, maka itu berarti para pemimpinnya sudah membubarkan organisasi tersebut, karena Ikhwanul Muslimin akan kehilangan legitimasinya dan satu-satunya alasan keberadaannya."
Penipuan kedua menyangkut praktek IM yang mengarahkan paranya anggotanya untuk secara formal memutuskan hubungan dengannya lalu membangun cabang yang tampaknya tidak berhubungan. Tiga perwira (The Free Officers ) "yang melakukan kudeta tahun 1952" yang mengakhiri monarki Mesir. Berbagai organisasi Salafi Mesir pun lalu membuat IM terlihat moderat. Hamas begitu berhasil menanamkan konflik Palestina-Israel dengan kekerasan sehingga menjadi "model" bagi waralaba IM lainnya. Al-Jamaʻa al-Islamiya dan Ikhwanul Muslimin, pernah dicatat Anwar Sadat sebagai "satu dan sama." Rifʻat Qumsan, seorang jenderal Mesir, memasukkan lebih banyak kelompoklagi dan menyatakan bahwa
Janganlah kita terkecoh dengan nama-nama seperti Daesh [ISIS], Nusrat al-Haq, Nusrat al-Islam, Hamas, dll. Mereka semua itu satu. Bisa kita katakan bahwa Ikhwanul itu bingkai bagi semua organisasi ini. Baik yang disebut damai, seperti Jamʻat al-Tabligh wa'l-Daʻwa, atau yang paling kejam, seperti Al-Qaeda, Tanzim al-Jihad, dan Daesh.
Pola "mewaralabakan model terorisme Ikhwanul" ini membuat IM menjadi ancaman yang jauh lebih besar daripada jika bertindak sebagai organisasi yang tunggal (solitary), terutama karena setiap cabang mengoperasikan Aparat Rahasianya sendiri.
Penipuan ketiga berkaitan dengan infiltrasi. Unit Aparatur Rahasia yang menangani urusan intelijen secara sistematis "menyusup dan secara internal menumbangkan partai politik, militer, badan intelijen, media, sistem pendidikan, organisasi pemerintah dan non-pemerintah dan kelompok berpengaruh lainnya." Pemerintah Mesir telah menjadi target utama kampanye ini. Lembaga lainnya termasuk organisasi amal, Partai Komunis Mesir dan Universitas al-Azhar.
Memang, Universitas Al-Azhar berperan dalam menyebarluaskan pesan IM. Berawal dengan "legitimasi teologis untuk membuat kaum kafir merasa sakit." Misalnya, "Kaum Muslim diijinkan untuk membunuh orang murtad serta memakan jenasahnya [termasuk] membunuh pejuang [kafir], bahkan jika mereka itu anak-anak atau perempuan sekalipun. Diijinkan untuk memakan mereka karena orang-orang kafir tidak [diberi] perlidungan." Dengan pendidikan yang demikian, IM nyaris tidaklah mengejutkan orang untuk menyadari bahwa para jihadi kerapkali "menyembunyikan manifesto terorisme mereka sebagai tesis master dan doktor" di Universitas Al-Azhar. Akibatnya, "Beberapa jihadi paling brutal dunia memperoleh pendidikan (training) relijius formal mereka "pada salah satu dari banyak masjid, sekolah, pusat pendidikan dan universitas di seluruh penjuru dunia yang berafiliasi dengan al-Azhar. Burhanuddin Rabbani, yang perperan penting memajukan Islamisme di Afghanistan menawarkan contoh seperti itu.
Secara mendetil Farahat membahas kasus Umar Abdul Rahman yang dikenal sebagai Sang Sheikh Buta. Diingat di dunia Barat karena menghabiskan beberapa dekade di dalam penjara menyusul hasutan jihadnya menentang keberadaan monumen Kota New York, Farahat lantas mengatakan bahwa Umar Abdul Rahman punya peran yang jauh lebih besar, sehingga menyebutnya sebagai "teolog paling berpengaruh bagi kelompok-kelompok militan Sunni selama lima belas tahun silam." Juga sebagai "Godfather jihad Islam." Secara khusus, dia adalah "pendiri ideologis" al-Jamaʻa al-Islamiya dan al-Qaeda, yang sama-sama disebutnya dalam tesis doktoralnya. Farahat juga melaporkan bahwa Umar Abdul Rahman mendapat "dukungan kelembagaan dan legitimasi teologis langsung dari Universitas Al-Azhar untuk aktivitas ini dan bahwa dia "tidak bisa membangun gelombang terorisme lintas negara yang masif ini tanpa Al-Azhar. Akhirnya, Farahat berspekulasi bahwa Al-Azhar "secara langsung terlibat" dalam pendirian al-Qaeda.
Infiltrasi memberikan keuntungan yang sangat luar biasa. "Beberapa dekade infiltrasi memungkinkan anggota aktif Ikhwanul Muslimin untuk mengendalikan Qatar, Turki, Sudan, dan sebelumnya Mesir. Negara-negara Barat sangat terpengaruh oleh taktik destabilisasi Ikhwan termasuk Amerika Serikat, Inggris dan Jerman." Singkatnya, karena didanai oleh para pembayar pajak Mesir, al-Azhar "memiliterisasi mahasiswanya dan mengubah mereka menjadi jihadi." Farahat menyimpulkan bahwa tidak hanya orang kafir yang harus takut pada ajaran al-Azhar tetapi "semua Muslim juga dalam bahaya" dari mereka.
Dampak
Tindakan kekerasan jihadi IM yang patut dicatat termasuk pembunuhan Perdana Menteri (PM) Mesir Ahmad Maher Pasha pada tahun 1945, pembunuhan mantan PM Mahmoud Fahmi al-Nuqrashi pada tahun 1948, dan Presiden Sadat pada tahun 1981. Selain itu, organisasi itu pun nyaris membunuh Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser pada tahun 1954. Para anggota IM selain itu aktif berpartisipasi dalam pembakaran sebagian besar pusat kota Kairo pada tahun 1952.
Operasi Jihad Peradaban IM (Civilizational Jihad Operation) menggunakan cara yang sah untuk memperluas pengaruhnya. Menurut Farahat, operasi itu bahkan "lebih merusak" disbanding kekerasan. Mesir, rumah IM, adalah model Jihad Peradaban. Di Mesir, IM sejak akhir 1950-an "nyaris sepenuhnya mengendalikan Universitas al-Azhar," lembaga pendidikan berbasis Kairo yang menikmati prestise dunia di kalangan Muslim Sunni. Di Mesir sendiri, orang-orang al-Azhar secara efektif mengendalikan cabang legislatif pemerintah berdasarkan kemampuan mereka untuk merancang atau memeriksa kembali undang-undang sebelum dibawa ke parlemen.
Baik presiden pertama dan kedua Mesir, Mohamed Naguib dan Gamal Abdel Nasser, adalah anggota IM bawah tanah (Nasser bergabung di dalamnya pada tahun 1942). Nasser mungkin adalah "seorang totaliter yang berhasil meraih apa yang diinginkannya (totalitarian dilettante) yang mengadopsi ideologi sayap kiri yang ekstrim." Tetapi dia justru membebaskan semua jihadi IM dari penjara dan kemudian mempekerjakan Nazi Jerman untuk "membongkar sistem pendidikan Mesir dan secara ideologis menumbangkan negara." Nasser mengunjungi makam Banna pada tahun 1954 bersama presiden penggantinya Anwar Sadat. Di sana, mereka berdua sama-sama berjanji setia kepada pendiri IM. Nasser bersumpah, "Karena Tuhan adalah saksi saya, saya akan menjunjung tinggi nilai-nilai [Banna] dan melakukan jihad atas nama mereka."
Sadat sudah lama menjadi anggota IM. Begitu pula penggantinya Mubarak (yang bergabung pada 1944). Farahat menggambarkan yang terakhir sebagai seseorang yang "dipersenjatai dengan keberanian akibat ketidaktahuannya yang luar biasa, dengan sikap kaku sebagai petani yang penuh nafsu untuk berkuasa." Begitu lengkapnya penyusupan IM ke kalangan militer di bawah pemerintahan Mubarak sehingga Abbas Mukheimar, seorang mayor jenderal angkatan darat yang ditunjuknya untuk mengawasi pembersihan para perwira militer yang berafiliasi dengan IM atau organisasi penganut Islam radikal lainnya, sendiri justru anggota IM. Juga, selama pemerintahan Mubarak, IM, "perekrutan terorisme disponsori negara dan disiarkan sepanjang waktu di satelit komunikasi Serikat Radio dan Televisi milik pemerintah Mesir, Nilesat."
Muhammad Hussein Tantawi, pelaku kudeta pada 2011 atas nama IM, kemungkinan adalah anggota IM. Dengan demikian dewan militer yang dipimpinnya secara terbuka itu adalah penganut Islam radikal yang mendanai IM dan partai-partai politik Salafi yang berafiliasi dengannya. Tentu saja, Mohamad Morsi, yang memerintah Mesir pada 2012-13 secara terbuka menjadi anggotanya. Dan, memang, dia dipilih secara terbuka oleh IM untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Dalam penunjukan penting, Morsi menjadikan Abdel Fattah al-Sisi sebagai menteri pertahanannya, dengan mengandalkan fakta bahwa Sisi berasal dari keluarga kerajaan IM. Sebagai keturunan salah satu pendiri IM, Abbas al-Sisi.
Di bawah Morsi, banyak hal berubah secara radikal. IM menjadi "jihadi terbuka. Kelompok itu memasang tenda atau kamp penyiksaan dan pembunuhan di seluruh Mesir. Di sana, mereka menculik, menyiksa, dan membunuh pengunjuk rasa dan terkadang warga sipil secara acak." Lebih buruk lagi, organisasi itu menyusun rencana untuk memusnahkan masyarakat Mesir secara massal, baik Kristen maupun Muslim, sesuai dengan doktrin eskatologis Banna untuk memusnahkan populasi Muslim sebagai korban darah, yang disebutnya sebagai pajak darah (daribat ad-damm).
Namun, dengan ini, IM akhirnya bertindak terlalu jauh: "Penyiksaan dan pembunuhan yang luas tanpa pandang bulu yang dilakukan oleh Ikhwanul Muslimin melahirkan perlawanan yang luas terhadapnya." Memacu meledaknya unjukrasa politik terbesar sepanjang sejarah pada 30 Juni 2013. Unjukrasa itu segera diikuti oleh revolusi yang dipimpin oleh Sisi, yang naik ke puncak kekuasaan dengan memanfaatkan gelombang popularitas yang massif. Kemudian, nyaris melawan hampir semua harapan, Sisi pun malah mendadak menyerang MB sehingga menjadi presiden pertama Mesir yang anti-IM. Ketika IM menolak menerima kenyataan ini lalu menggerakkan gelombang kekerasan menentang rezim baru, Sisi pun menanggapi dengan menetapkannya sebagai organisasi teroris pada Desember 2013.
Dari tahun 1952 hingga 2012, pengaruh Ikhwanul Muslimin di Mesir berarti bahwa sebagian besar lembaga pemerintah hanyalah "lembaga-lembaga hiasan (decorative structures) [yang dimaksudkan] untuk memberi kedok modern yang dangkal pada negara itu."
Secara keseluruhan, "Dari tahun 1952 hingga 2012, setiap transisi kekuasaan Mesir dihasilkan dari kudeta oleh perwira [militer] yang tergabung dalam Ikhwanul Muslimin." Lebih dari itu, untuk sebagian besar masa ini, mereka "menjadi kekuatan di balik pengambilan keputusan" yang memang, "mendominasi negara." Selama waktu ini, pengaruh IM di Mesir berarti bahwa sebagian besar lembaga pemerintah hanyalah "struktur dekoratif [yang dimaksudkan] untuk memberikan kedok modern yang dangkal pada negara itu," bahkan ketika IM benar-benar memerintah sekalipun. Juga, IM hanya berpura-pura melawan pemerintah selama periode enam puluh tahun itu, padahal sebenarnya bertindak sebagai "oposisi semu yang disponsori pemerintah" yang sejauh ini disubsidi pemerintah melalui perusahaan bisnisnya.
IM juga memegang kekuasaan yang luas di luar Mesir. Amin al-Husseini, mufti Yerusalem, membantu IM membangun dirinya di daerah Mandat Palestina dan Transyordania. Di Afghanistan, IM "memainkan peran yang sangat penting" dalam perang Soviet-Afghanistan dengan membantu jihadi dari Timur Tengah untuk mencapai Afghanistan. Di tengah perang itu, pada tahun 1985, tiga pemimpin IM (Abdullah Azzam, Osama bin Laden, Ayman al-Zawahiri) mendirikan sebuah organisasi yang kemudian pelahan berubah menjadi al-Qaeda. Para tokoh IM lainnya memiliki peran kunci dalam mendirikan Taliban. Di Sudan, Omar al-Bashir merebut kekuasaan pada tahun 1989, menjadikan dirinya "anggota pertama Ikhwanul Muslimin secara terbuka dan resmi untuk memerintah sebuah negara." Di Tunisia, kudeta IM menggulingkan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali pada tahun 2011, yang mengawali "Musim Semi Arab" (Arab Spring). Yang paling luar biasa adalah Farahat menemukan banyak indikator yang menunjukkan bahwa orang kuat Turki, Recep Tayyip Erdoğan adalah Jenderal dan Pemandu Rahasia IM serta Ketua Aparat Internasionalnya. Di bawah kepemimpinannya, "Turki menjadi pusat komando dan kendali untuk terorisme Islam," sementara Istanbul menjadi "tempat perlindungan yang aman bagi perekrutan teroris, penyelundupan jihadi masuk dan keluar dari Turki dan merencanakan serangan teroris internasional."
Ketika kaum Muslim berimigrasi ke Barat meningkat, aktivitas IM pun meningkat pula di sana. Seperti biasa, dia mengandalkan struktur ganda sebuah organisasi terbuka. Ia mengoperasikan sekolah, masjid, dan sejenisnya yang berwajah tampak ramah dan pada saat yang sama mengoperasikan organisasi rahasia yang mendirikan, mendanai, sebagian atau seluruhnya mengoperasikan kelompok jihad kekerasan. Syekh Buta, Omar Abdel-Rahman, mungkin adalah contoh IM yang terkenal paling jahat dari jenis yang terakhir.
Kebijakan Politik AS
Ketika beralih kepada soal kebijakan AS, Farahat pun kecewa ketika menemukan bahwa IM berhasil menipunya: "istilah terselubung menjadi faktor penyumbang penyusupan terhadap Pemerintah AS, yang berdampak pada adanya kebijakan yang mendukung Ikhwanul Muslimin." Dia karena itu menawarkan panduan penggunaan bahasa IM untuk membantu memperbaiki masalah ini. Kebenaran (truth) berarti syariat dijalankan. Kebebasan (freedom) berarti bebas dari pelanggaran terhadap syariat. Tirani berarti menentang syariat. Adil (justice) berarti Syariah berada di atas setiap aspek kehidupan. Damai (peace) berarti menerima kekuasaan kaum Muslim. Kebangkitan kembali Islam (Islamic revival) berarti semua orang di bumi tunduk kepada Allah. Terminologi Islam yang dikodekan ini, terjalin dengan infiltrasi, simpulnya, " memungkinkan kelompok jihad paling kejam di dunia itu untuk mendapatkan kekuasaan di Amerika."
Dia juga menemukan bahwa Washington telah meninggalkan pendekatan lamanya terhadap perdamaian melalui kekuatan dengan "strategi mempekerjakan jihadi yang menjadi tentara bayaran abad kesembilan belas Jerman-Utsmaniyah untuk melaksanakan kebijakan yang rusak." Strategi ini berkonsekuensi menghancurkan: kebijakan Barat yang salah arah vis-à-vis IM
menyebabkan ratusan ribu orang mati dan 2,7 juta orang terlantar akibat tindakan rezim Ikhwanul Muslimin di Sudan saja. Lebih jauh lagi, berbagai kerusuhan dan protes yang meletus di Timur Tengah pada tahun 2011 adalah akibat langsung dari kebijakan lunak AS terhadap Ikhwanul Muslimin.
Selama satu dekade terakhir, Farahat berpendapat, kebijakan AS yang keliru "mengakibatkan ratusan ribu nyawa hilang dan jutaan orang di Timur Tengah terlantar."
Untuk mempertahankan "keamanan dan supaya kebebasan bisa berkembang secara internasional," ia berpendapat, Washington "harus menjadikan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi kriminal" dengan menetapkannya sebagai organisasi teroris. Melakukannya demikian, ia bukan saja sekedar memperjelas identitas musuh, tetapi juga membantu membuat perbedaan penting antara kaum Muslim dan penganut Islam radikal (Islamist). Ikhwanul Muslimin "telah menodai agama mereka sendiri dengan menjadikan terminologi teologis sebagai senjara serta meracuninya dengan definisi kekerasan dan teror yang asing bagi mayoritas kaum Muslim yang sangat besar." Buku The Secret Apparatus pun berakhir dengan kata-kata bijak ini: "Kalian bersama mayoritas Muslim dengan setiap individu yang penuh damai di bumi, atau kalian bersama Ikhwanul Muslimin."
Penelitian atas Ikhwanul Muslimin selama lebih dari dua dekade membuat Cynthia Farahat memberikan apresiasi yang mengerikan atas prestasi organisasi itu sebagai "salah satu kegiatan kriminal paling rumit di dunia." Buku garapannya menjadi kasus menarik untuk melihat IM. Bukan sebagai salah satu dari banyak organisasi Islam yang saling bersaing tetapi sebagai pelopor bersejarah sekaligus sumber kesengsaraan yang tak terhitung jumlahnya.***
Pipes (DanielPipes.org, @DanielPipes) adalah presiden dari Middle East Forum (Forum Timur Tengah). Artikel di atas tampil dalam bentuk yang sedikit berbeda dari kata pengantar untuk buku The Secret Apparatus.
Topik Terkait: Mesir, Sejarah, Islam Radikal
The above text may be cited; it may also be reposted or forwarded so long as it is presented as an integral whole with complete information provided about its author, date, place of publication, and original URL