Judul yang ditampilkan oleh Global Review : "Interview with Daniel Pipes about the Hamas Attack: "The Delusion That Enrichment Can Tame Palestinians Goes Back to the Very Origins of Zionism and Persists Despite Never Succeeding"
Global Review: Apakah serangan Hamas itu sudah bisa diduga sebelumnya?
Daniel Pipes: Mengingat sejarah dan ideologinya, memang sudah bisa diduga bahwa Hamas akan kembali menyerang Israel. Namun besaran dan sifat serangannya benar-benar sangat mengejutkan. Peristiwa ini mirip dengan Tragedi 11 September 2001 (baca: ketika para teroris menyerang menghancurkan menara kembar Kantor Perdagangan Dunia di New York). Dalam arti bahwa pada kedua peristiwa itu, para jihadis melaksanakan ide yang sebelumnya tidak pernah orang bayangkan. Ngomong-ngomong, hal ini menyebabkan Pemerintah Korea Selatan mempertimbangkan kembali pengaturan perbatasannya dengan Korea Utara.
Pertahanan Korea Selatan pada 2019 di Zona Demiliterisasi di Propinsi Gangwon. |
GR: Apakah serangan itu terkait dengan upaya untuk mencegah normalisasi Israel dengan Arab Saudi dan dengan duo Itamar Ben Gvir dan Bezalel Smotrich, guna meningkatkan kekerasan di Tepi Barat. Ataukah ia juga terkait dengan tuntutan Teheran, yang hingga kini (sudah mencapai 50 tahun 1 hari) atau ada persoalan semacamnya?
DP: Mungkin ada kaitannya dengan semua ini. Kita tidak tahu alasan soal waktunya. Bisa saja karena persiapannya sudah ada.
GR: Apakah Israel terkejut karena kegagalan intelijennya atau karena koalisi yang berkuasa terlalu terobsesi dengan masalah lain. Terutama reformasi peradilan dan kesepakatan dengan Arab Saudi, sehingga mengabaikan peringatan dari badan intelijen?
DP: Semua laporan sepakat bahwa memang terjadi kegagalan intelijen besar-besaran.
GR: Apakah lembaga keamanan Israel terlalu memusatkan perhatian pada Iran dan Hizbullah, dengan melihat mereka sebagai ancaman utama, sehingga melupakan Hamas?
DP: Tidak, saya yakin masalah sebenarnya adalah kesalahpahaman tentang sifat Hamas. Badan keamanan yakin Hamas dapat ditangani lewat ekonomi. Khayalan bahwa upaya untuk memperkaya warga Palestina itu dapat menjinakkan mereka itu sudah ada sejak awal mula Zionisme dan masih ada meski tidak pernah berhasil.
GR: Apakah Israel, dengan sistem pertahanan berteknologi tingginya, pesawat tempur F-35, dan senjata nuklirnya, memiliki rasa aman palsu yang membuat mereka tidak siap menghadapi perang asimetris (baca: perang gaya baru non-militer)?
DP: Ya, dan Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces ---IDF) sudah berubah menjadi kekuatan yang benar-benar defensif dalam menghadapi Palestina, seperti yang dijelaskan secara menarik oleh Lazar Berman.
GR: Apakah arti Israel Victory dalam konteks yang sekarang ini?
DP: Konteksnya mudah. Ia berarti membasmi Hamas habis-habisan, menghapusnya sepenuhnya dari Gaza
GR: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan warga Gaza supaya keluar dari Gaza. Tetapi ke mana mereka harus pergi?
DP: Itulah yang sulit. Setelah peringatan itu, seorang jurubicara IDF (Israel Defense Force) memperlihatkan peta lalu menginstruksikan warga di mana harus mengungsi. Saya tidak bisa pastikan apakah tempat pengungsian yang diusulkan benar-benar menyediakan tempat berlindung atau tidak. Saya kira tidak. Pasukan Israel perlu memprioritaskan upaya untuk meminimalkan korban sipil.
GR: Apakah menurut Anda serangan darat IDF di Gaza akan berlarut-larut, terutama mengingat Hamas sudah mempersiapkan perang selama bertahun-tahun, termasuk sistem terowongannya yang canggih?
DP: Lamanya perang itu tergantung pada sejauh mana IDF itu teliti. Jika IDF bergerak dari rumah ke rumah, seperti di Jenin pada 2002, maka operasi ini akan lebih lambat dan memakan banyak biaya dibandingkan jika dilakukan dengan cara peledakan. Hal ini pada gilirannya bergantung pada tingkat kemarahan di Israel.
GR: Daya tawar apakah yang diberikan oleh tawanan Israel kepada Hamas?
DP: Saya cenderung meramalkan "daya tawar itu tidak banyak." Betapapun berharganya setiap jiwa manusia, lembaga politik tidak ingin digoyahkan oleh semakin anyak orang yang tewas, entah tahanan atau tentara.
GR: Akankah Hizullah bergabung dalam perang ini?
DP: Persoalan itu benar-benar tidak bisa dipastikan. Saya menduga ada perdebatan sengit sedang terjadi di antara para pemimpin Hizbullah dan dengan Teheran untuk memutuskan persoalan ini. Jika saya harus bertaruh, saya akan katakan Hizullah tidak akan bergabung dalam perang ini karena kemarahan yang bergejolak di Israel akan menghalanginya.
GR: Apakah prediksi Anda mengenai dampak pembantaian ini terhadap politik Israel: apakah bakal dibentuk pemerintahan darurat, ada upaya untuk mengesampingkan reformasi peradilan, dan berakhirnya karir politik Netanyahu?
DP: Pemerintahan darurat sudah dibentuk pada 11 Oktober dan hampir tidak ada yang menyadarinya. Namun ia merepresentasikan perkembangan politik besar dengan banyak implikasinya di luar Gaza; khususnya, koalisi yang berkuasa tidak lagi bergantung pada kelompok garis keras. Reformasi peradilan tampaknya sudah tidak berfungsi. Netanyahu sudah berusaha keluar dari persoalan sulit dan berbahaya pada 7 Oktober 2023. Berkuasa nyaris selama hampir lima belas tahun terakhir, dia tidak bisa lepas dari kesalahan atas bencana tersebut. Saya yakin karier politiknya akan berakhir.
Pengumuman pemerintah darurat Israel pada 11 Oktober. Menteri Pertahanan Yoav Gallant (Kiri), Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Kepala Kesatuan Nasional Benny Gantz. |
GR: Bagaimanakah serangan ini berdampak terhadap Kesepakatan Abraham, kemungkinan terjadinya kesepakatan Saudi-Israel dan Koridor Ekonomi India-Timur Tengah Eropa (India-Middle East Europe Economic Corridor ---IMEC)?
DP: Reaksi keras Israel mengguncang Perjanjian Abraham. Tetapi saya erharap perjanjian itu tidak akan dilanggar. Kesepakatan Saudi akan ditunda tetapi tidak dihentikan. IMEC merepresentasikan tidak lebih dari satu keinginan saat ini.
GR: Apa tanggapan masyarakat non-Barat (Rusia, Cina, negara-negara mayoritas Muslim, dll.) terhadap pembantaian tersebut?
DP: Sebuah survei yang dilakukan oleh Washington Institute for Near East Policy (WINEP) pada tanggal 11 Oktober menemukan bahwa "Di seluruh dunia, perwakilan dari sekitar seratus negara mempunya beragam reaksi terhadap perang itu. Setidaknya empat puluh empat negara secara terbuka menyatakan kecaman mereka yang tegas Hamas dan secara eksplisit mengecam taktiknya sebagai terorisme." Ini merupakan dukungan yang sangat kuat bagi Israel.
GR: Mungkinkah perang Hamas mempengaruhi poros AS menuju Asia?
DP: Hal ini untuk sementara mengembalikan perhatian orang kepada Timur Tengah. Tetapi saya perkirakan tren jangka panjang yang menjauhi kawasan ini akan terus berlanjut.
GR: Apakah Langkah-langkah konkrit yang harus diambil pemerintah negara-negara Barat dalam menanggapi serangan Hamas?
DP: Saya mulai dari mana untuk membahas persoalan ini. Sebagai langkah permulaan: dengan mendesak Israel untuk menghancurkan Hamas. Menghentikan semua bantuan kepada Otoritas Palestina (PA). Menjatuhkan sanksi kepada Türki dan Qatar atas bantuan mereka kepada Hamas.
GR: Langkah apa yang khususnya harus diambil oleh Jerman?
DP: Langkah-langkah Jerman itu sama dengan langkah-langkah negara-negara demokrasi lainnya. Namun lebih dari itu. Hal itu mengingat utang khas Jerman yang tidak berubah kepada orang Yahudi.
Topik Terkait: Konflik & diplomasi Arab-Israel
receive the latest by email: subscribe to daniel pipes' free mailing list
The above text may be cited; it may also be reposted or forwarded so long as it is presented as an integral whole with complete information provided about its author, date, place of publication, and original URL.