Surat kepada Redaksi Wall Street Journal:
Kevin D. Williamson menemukan adanya "lima kelompok sayap kanan anti-Trump" dalam tulisannya bertajuk ["Where Do Never Trumpers Go From Here?" yang diterbitkan pada 11 Oktober]. Dapatkah Penentang Trump ini (baca: Daniel Pipes), yang meninggalkan Partai Republik ketika Donald Trump dicalonkan menjadi presiden, menunjuk kepada kelompok sayap kanan anti-Trump yang keenam? Yaitu, kami yang keras menolaknya menjadi presiden namun memilihnya.
Orang bisa saja menganggap bahwa sebagai manusia, Trump itu menjijikkan. Menganggapnya sangat tidak cocok untuk jabatan presiden. Mereka pun karena itu bersuka cita atas tuntutan hukum yang dilancarkan terhadapnya. Akibatnya, mereka berputus asa terhadap gerakan kaum konservatif. Namun, setelah dihadapkan pada pilihan berwajah ganda (binary), mereka tetap menyimpulkan, bahwa Trump justru lebih baik daripada Kamala Harris. Secara pribadi, saya memiliki dua alasan utama untuk melakukannya.
Pertama, masing-masing kita mengetahui masalah prioritas Trump. Prioritas saya adalah perang budaya dan kebijakan luar negeri (bukan ekonomi atau aborsi misalnya). Pada setiap masalah budaya, mulai dari persoalan toilet umum hingga rasisme sistemik, pandangan Trump (dan para calon hakim yang disiapkannya) jauh lebih dekat dengan pandangan saya. Persoalan hubungan luar negeri lebih kompleks lagi. Harris lebih baik dalam hal Ukraina dan NATO. Tetapi, Trump lebih baik dalam hal Iran dan Israel. Secara keseluruhan, saya lebih menyukai kebijakan Trump.
Kedua, meski kita cenderung melihat pemilihan presiden sebagai adu tembak menegangkan yang sulit ditentukan pemenangnya antara dua orang, namun tim kepresidenan yang besarlah yang mengelola tiga juta karyawan cabang eksekutif. Di sini pun, kubu Republik lebih dekat dengan pandangan saya daripada dengan kubu Demokrat.
Oleh karena itu, meskipun secara emosional saya mengidentifikasi diri sebagai orang yang tidak pernah mendukung Trump, saya secara praktis memilih Trump.
Hormat saya,
Daniel Pipes