Judul yang diterbitkan dalam Boston Globe : "Democratic Party not to blame for Republican chaos"
Sebagai orang yang sejak lama menjadi anggota Partai Demokrat, saya tersinggung dengan sejarah politik Amerika yang mementingkan diri sendiri seperti yang ditulis Daniel Pipes dalam artikel bertajuk, "Angry conservatives, explained" (dalam Opini, Boston Globe yang diterbitkan 1 Maret).
Sejak awal abad ke-20, Amerika Serikat diuntungkan oleh kepemimpinan dua partai politik: Partai Republik dan Partai Demokrat; Partai Demokrat peduli dengan soal pemangkasan biaya dan ruang lingkup pemerintahan sementara Partai Demokrat peduli dengan kepastian bahwa pemerintah punya ruang lingkup kekuasaan yang dibutuhkan untuk menghadapi masalah negara. Persoalan yang menjadi keprihatinan itu merupakan filosofi yang masuk akal sehingga tidak ada pihak yang perlu merasa defensif tentang prioritasnya.
Sejarah yang seharusnya ditulis Pipes terlampau penuh dengan upaya menutupi kesalahan Partai Republik secara refleksif yang perlu dianggap serius. Tetapi saya ingin bertanya kepada Pipes dengan satu kalimat: Dia mengatakan, "Dua masa jabatan Presiden Barack Obama belakangan mengukuhkan bergesernya orientasi politik Partai Demokrat ke kiri." Pernyataan ini keliru. Obama adalah seorang anggota Partai Demokrat moderat yang benar-benar berada di arus utama politik Amerika. Rencananya untuk pemerintahan tidak terlalu ambisius dibandingkan dengan rencana Presiden Lyndon Johnson, Presiden Harry Truman, atau Presiden Franklin Roosevelt. Upaya menyalahkan Obama atau Partai Demokrat atas kekacauan di Partai Republik karena itu adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab.
Banyak anggota Partai Demokrat merasa seperti penghuni apartemen kecil yang menyadari bahwa teman sekamar mereka agaknya sedang menjadi gila. Lihat saja kasus ketika Robert F. Kennedy Jr. yang menjadi Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan serta Elon Musk memecat pegawai pemerintah tanpa alasan sehingga kita pun bertanya-tanya, ke mana arahnya? Seberapa burukkah keadaan ini?
Tolong, jangan menuding Partai Demokrat atas kekacauan itu, bahkan secara tidak langsung sekalipun.
Stuart Gallant
Belmont
Dalamnya akar gerakan MAGA dalam sejarah Partai Republik
Opini Daniel Pipes menimpakan kesalahan atas bangkitnya gerakan Membuat Amerika Kembali Berjaya (Make America Great Again---MAGA) pada Demokrat. Konon menurut dia, Partai Demokrat yang bergerak ke kiri setelah masa jabatan presiden Bill Clinton justru meradikalisasi Partai Republik dan mendorong mereka untuk "bersikap tidak baik" lalu mendukung "Trump yang tidak moderat."
Argumen ini sungguh picik. Pipes pasti tidak ingat bahwa Newt Gingrich, anggota DPR AS dari kelompok minoritas selama masa jabatan Presiden Clinton yang menginstruksikan sesama anggota Partai Republik untuk menggunakan istilah-istilah yang sarat makna seperti "radikal," "sakit," dan "pengkhianat" untuk menggambarkan Partai Demokrat. Mungkin dia lupa betapa retorika keras ini membantu membawa Republik menuju kemenangan yang tidak seimbang dalam Pemilu paruh waktu pertama Pemerintahan Clinton. Atau dia lupa bagaimana penerus Gingrich, yaitu Tom "The Hammer" DeLay, yang belakangan mendorong Clinton dimakzulkan, dengan mengabaikan rekan-rekannya yang lebih suka mengkompromikan suara kecaman mereka.
Pipes juga abai untuk tidak menyebutkan bahwa sejak Clinton meninggalkan Washington, Partai Republik pernah memegang jabatan presiden selama 13 dari 25 tahun sekaligus menjadi mayoritas dalam Kongres selama sekitar dua pertiga periode tersebut. Partai Republik juga unggul dalam nominasi peradilan federal. Karena itu, sulit untuk melihat era pasca-Clinton sebagai era yang didominasi oleh "kaum kiri yang berhasil kembali bangkit."
Pipes memperkirakan gerakan MAGA akan segera mati. Saya harap dia benar. Tetapi dalamnya akar gerakan MAGA dalam Partai Republik membuat saya skeptis.
Arthur Goldsmith
Brookline
Penulis adalah profesor emeritus pada University of Massachusetts Boston.
Melacak kebangkitan Trump dan penghapusan jejak yang pantas ditertawakan
Artikel apa pun yang hendak menjelaskan kebangkitan Presiden Trump tanpa menyebutkan persoalan supremasi kaum kulit putih atau rasisme seharusnya ada di bagian komik. Tidak ditempatkan dalam halaman Opini. Mengenai prediksi Pipes bahwa "situasi abnormal" ini tidak bakal bertahan selama satu dekade, dan jika kalian berpikir kita dapat bertahan 10 tahun lagi, maka kalian benar-benar tidak memperhatikan tulisannya.
Chris Kelly
Reading
Pertimbangan yang pantas dipertanyakan karena mendukung Trump
Daniel Pipes telah bergabung dengan kelompok anggota Partai Republik "tradisional" yang berupaya membenarkan keputusan mereka untuk memilih Donald Trump sebagai presiden. Penjelasannya: "Kaum Kiri yang memaksa saya melakukannya." Namun, kalimat sederhana "Saya minta maaf" akan lebih bisa diterima.
Pipes — seperti banyak anggota Partai Republik pendukung Reagan lain yang frustrasi dengan ketidakmampuan presiden tersebut untuk sepenuhnya mengubah negara — melihat dalam diri Trump dan gerakan MAGA sebagai peluang untuk mendapatkan negara yang mereka inginkan. Sebaliknya, mereka memberi kita semua skenario mimpi buruk tentang Republik demokrasi yang sekarat.
Pipes — dan siapa pun yang memperhatikan terhadap persoalan ini — tahu siapa Trump pada tahun 2016. Kita tahu dia pernah menyerukan eksekusi lima pemuda kulit hitam sebelum mereka dinyatakan bersalah karena menyerang seorang wanita kulit putih, dan menegaskan kembali seruannya setelah mereka dibebaskan. Kita tahu dia pernah menghabiskan waktu bertahun-tahun melecehkan presiden yang sedang menjabat, bersikeras mengatakan bahwa dia bukan warga Negara AS. Kita tahu dia adalah seorang pengusaha yang mementingkan diri sendiri, haus akan publisitas, dan rentan bangkrut.
Setiap orang bijaksana— dan saya duga Pipes itu bijaksana, Mitch McConnell dan John Roberts — tahu soal ini. Alih-alih memberi suara sesuai kebijaksanaan mereka di dalam bilik suara, di Senat, atau di Mahkamah Agung, tetapi justru memilih mendukung Partai Kawakan yang Agung (Grand Old Party ---GOP), teori eksekutif kesatuan, atau tujuan lain apa pun yang mereka sukai. Dan kita, rakyat, harus menghadapi konsekuensinya untuk waktu yang lama.
Marilse Rodriguez-Garcia
Belmont
Krisis tidak akan berakhir hanya dengan angan-angan
Sementara Daniel Pipes kini menjauhkan diri dari Presiden Trump, pengakuannya bahwa ia dua kali memilih Trump— meski Trump itu korup —memperlihatkan kontradiksi yang tak mampu dia jelaskan. Dengan membingkai ekses MAGA sebagai fase sementara yang akan "berakhir" dalam satu dekade, Pipes mengabaikan ancaman langsung terhadap lembaga-lembaga demokrasi dan peran yang dimainkan para pendukung seperti dirinya dalam menguatkan gerakan ini.
Demokrasi tidak dapat memperbaiki diri sendiri. Demokrasi membutuhkan pertahanan aktif yang mendesak. Pernyataan pasif Pipes bahwa waktu akan memulihkan hal yang sopan justru mengabaikan pelajaran sejarah: Ekstremisme itu menyebar kecuali jika dilawan. Pernyataannya bahwa dia lepas membebaskan diri dari GOP akan terdengar hampa tanpa akuntabilitas akibat keterlibatan masa lalunya atau komitmen untuk melawan otoritarianisme saat ini.
Kaum konservatif yang menolak Trumpisme harus melakukan lebih dari sekadar memaklumkan diri sebagai "orang-orang yang tidak berafiliasi." Prinsip sejati menuntut keterlibatan, bukan pemisahan. Krisis yang dijelaskan Pipes tak bakal terselesaikan dengan sendirinya melalui angan-angan. Krisis menuntut tindakan segera untuk memulihkan norma-norma demokrasi, bukan pembaruan yang dinanti selama satu dekade.
Jordan Ryan
Decatur, Ga.
Jawaban Daniel Pipes terhadap para pakar:
Stuart Gallant tersinggung dengan pernyataan saya bahwa "dua masa jabatan Presiden Barack Obama kala itu mengonfirmasi perubahan Partai Demokrat ke arah kiri." Ia mengatakan pernyataan ini "keliru." Ia pun menganggap Obama sebagai "seorang Demokrat moderat yang benar-benar berada dalam arus utama politik Amerika." Setelah dipikir-pikir lagi, saya sepakat. Obama terlihat moderat jika dibandingkan dengan kaum radikal saat ini. Tetapi saat dipilih, ia benar-benar dianggap sebagai orang kiri ekstrem yang bergerak dari sikap Bill Clinton yang moderat. Oleh karena itu, Tea Party pun berkembang.
Arthur Goldsmith menegur saya karena menyamakan (dating) perilaku buruk Partai Republik dengan era Trump. Dia mengingatkan kita bahwa Newt Gingrich (yang digambarkannya sebagai "pemimpin minoritas DPR AS selama masa jabatan Presiden Clinton" tetapi yang lebih menonjol sebagai Ketua DPR) dan Tom DeLay yang menggunakan "retorika yang keras." Mungkin mereka melakukannya. Tetapi Gingrich dan DeLay sama-sama politisi konvensional yang bermain sesuai aturan permainan dengan cara yang jelas, tidak dilakukan oleh Trump.
Chris Kelly memindah tulisan analisis saya ke bagian komik surat kabar karena saya tidak menyebutkan "supremasi kulit putih atau rasisme." Bahkan dengan mengakui argumennya yang keliru bahwa Partai Republik mengemukakan pandangan seperti itu, saya berusaha menjelaskan bagaimana bisa "partai yang secara historis tenang yang diasosiasikan dengan ruang rapat dan klub pedesaan ini menjauhi politisi konvensional supaya bisa mendukung orang luar yang tidak bermoral, serakah, suka berperkara, egois, tidak konsisten, bertindak secara naluriah dan vulgar?
Saya memang tidak membahas bagaimana pandangan kaum rasis yang diduga mengarahkan Partai Republik kepada Trump. Terlepas dari semua kekurangannya, dia bukanlah orang yang rasis.
Marilse Rodriguez-Garcia menuduh saya berupaya membenarkan keputusan saya untuk memilih Trump sebagai presiden. Salah: tidak satu pun pernyataan dalam artikel mengatakan saya lakukan itu. Dengan kata lain, saya selalu memilih menentang Trump dalam pemilihan pendahuluan Partai Republik. Tetapi, tatkala berhadapan dengan calon presiden Kamala Harris, saya memilih Trump. Saya benci harus melakukannya, tetapi belum meminta maaf atas keputusan itu.
Jordan Ryan, secara kontradiktif, menyatakan bahwa saya kini ingin menjauhkan diri dari Trump. Pernyataan itu juga tidak akurat, seperti dijelaskan dalam paragraf di atas. Rasanya aneh bagaimana seorang pembaca melihat saya membenarkan pilihan suara saya untuk Trump dan yang lain melihat saya meminta maaf atas hal itu. Nah, kedua-duanya salah. Artikel saya bukan tentang Trump. Tetapi menjelaskan Trump melalui bangkitnya kaum konservatif yang marah.
Untuk mendapatkan artikel terbaru lewat email, berlanggananlah mailing list gratis daniel pipes.
Artikel di atas boleh dikutip; juga boleh diterbitkan ulang atau diteruskan kepada pihak lain asal disajikan sebagai satu kesatuan utuh dengan menyertakan informasi lengkap mengenai penulis, tanggal, media tempat artikel ini diterbitkan, dan URL artikel yang sebenarnya.