Dewan Islam Spanyol menulis surat kepada Paus Benediktus XVI. Isinya, meminta Paus supaya mengizinkan umat Muslim menjalankan sholat di dalam Katedral Cordoba. Alasannya, bangunan itu awalnya adalah masjid sebelum diubah menjadi gereja pada abad ketiga belas. "Apa yang kami inginkan bukanlah untuk mengambil alih tempat suci itu," demikian bunyi surat Dewan Islam, "tetapi untuk menciptakan di dalamnya, bersama Anda dan agama lain, sebuah ruang ekumenis unik di dunia yang bakal menjadi sangat penting dalam upaya menghadirkan perdamaian bagi kemanusiaan."
Dewan Islam mengambil inisiatif ini setelah imam senior Katolik mengumumkan bahwa mereka "tidak merekomendasikan" langkah ini. Dan memang, mereka sendiri pernah menyatakan tidak siap untuk mengizinkan katedral digunakan bersama agama lain. Pada tingkat operasional, para penjaga keamanan di katedral dikatakan sering mencegah umat Islam sholat di dalam masjid abad pertengahan yang mengelilingi struktur gerejanya.
Gereja Santo Yohanes, yang berada di dalam lingkungan Masjid Umayyah di Damaskus. |
Sekretaris Jenderal Dewan Islam, Mansur Escudero lantas mengeluh. Katanya, beberapa kalangan dalam lingkungan Gereja merasa terancam oleh populasi Muslim Spanyol yang terus bertambah. "Ada unsur-unsur reaksioner dalam tubuh Gereja Katolik. Ketika mereka dengar tentang pembangunan masjid atau pengajaran Muslim di sekolah negeri atau tentang jilbab, mereka melihatnya sebagai tanda bahwa kami sedang tumbuh dan mereka menentangnya."
Komentar: Tuntutan umat Muslim semuanya sangat masuk akal, tetapi hanya jika mereka sendiri pun mengizinkan ada hak timbal balik kepada umat Kristen. Misalnya, Masjid Umayyah di Damaskus yang dibangun di atas gereja era Bizantium dan hingga kini berisi tempat suci yang konon berisi kepala Yohanes Pembaptis; Umat Kristen harus diizinkan berdoa di sana. Atau gereja termegah era Bizantium Hagia Sophia di Istanbul, yang selama berabad-abad menjadi masjid dan sekarang menjadi museum, juga harus diijinkan untuk ibadat Kristen. Vatikan telah membuat sikap untuk timbal balik sebagai batu penjuru hubungannya dengan umat Muslim, dan ini sepertinya tempat yang mudah untuk mulai menerapkan kebijakan itu. (26 Desember 2006)
Tambahan 26 Desember 2006: Perselisihan ini cocok dengan satu konteks yang lebih luas. Karena itu, saya merangkumnya dalam sebuah artikel saya pada tahun 2001. Saya katakan: Umat Muslim
terbiasa menekankan supremasi Islam lewat arsitektur, pembangunan masjid di atas monumen agama lain (seperti di Yerusalem dan Ayodhya). Atau dengan merebut bangunan-bangunan itu menjadi milik mereka (seperti Kaabah di Mekah dan Gereja Hagia Sophia di Konstantinopel).
Pemutakhiran 19 Maret 2007: Seorang pembaga, "gus3," mengingatkan saya bahwa ada masjid, dibangun di atas (bekas) Biara Visigothic di San Vicente. Sebetulnya, biara itu sendiri dibangun di atas sebuah kuil Romawi yang didedikasikan kepada Dewa Janus. Orang mengira bahwa umat Kristen tidak diperbolehkan berdoa di masjid atau para pemuja Dewa Janus tidak boleh berdoa di gereja.
Pemutakhiran 11 April 2007: Pembaca lain, "Marcus," memanfaatkan pemikiran ini dengan logika ekstrimnya yang mengagumkan, tulisnya, "Para pembangun masjid memanfaatkan tiang-tiang beton Romawi dan Visigoth untuk membangun masjid. Jadi... ketika bangunan itu menjadi masjid, umat Muslim tidak bisa secara khusus mengklaim tempat itu. Saya kira jika puing-puing kultus Dewa Yupiter Romawi itu senang membuat klaim, maka kita harus dengarkan mereka."
Pemutakhiran 1 April 2010: Mengapa saya tidak terkejut membaca berita utama ini dalam Harian Guardian (Inggris). Judulnya, "Two arrested after fight in Cordoba's former mosque: Trouble erupts as tourists break ban on Muslim prayers in Spanish cathedral which was once world's second biggest mosque"? Berikut beberapa rincian beritanya:
Bentrokan terjadi antara para turis Muslim dan penjaga keamanan yang dipekerjakan oleh uskup Katolik Roma pada Masjid Cordoba yang terkenal di seantero dunia. Aksi itu menyebabkan dua orang ditangkap dan penjaga keamanan terluka semalam. Keributan meledak ketika pengunjung berlutut untuk sholat di dalam gedung....Enam anggota sebuah kelompok yang terdiri lebih dari 100 Muslim dari Austria mulai sholat di antara tiang-tiang marmer dan lengkungan berwarna bangunan besar itu ketika penjaga keamanan memerintahkan mereka untuk berhenti. "Mereka sudah berencana melakukan provokasi sebelum terjadi apa yang menjadi episode kekerasan yang menyedihkan," kata kantor uskup dalam sebuah pernyataan.
Otoritas Katedral mengatakan para penjaga sudah mengajak pengunjung untuk bisa terus melihat-lihat bagian dalam bangunan seluas 24.000 meter persegi yang pernah menjadi masjid terbesar kedua di dunia itu, tetapi tanpa sholat. "Mereka membalas dengan menyerang penjaga keamanan. Dua di antara penjaga keamanan menderita luka serius," urai kantor uskup. Surat kabar-surat kabar lokal melaporkan bahwa belasan petugas polisi dipanggil masuk ke dalam gedung. Mereka juga diserang ketika mencoba menangkap kedua pengunjung tersebut. Surat kabar lokal Diario de Cordoba mengutip sumber-sumber polisi yang tidak menyebutkan namanya yang mengatakan bahwa sebuah pisau diambil dari salah satu dari mereka yang ditangkap.
Komentar: Masih belum ada kabar tentang para militan Kristen yang berdoa di Masjid Umayyah di Damaskus. Apalagi berselisih pendapat dengan penjaga di sana.
Pemutakhiran 5 April 2010: Betapa ironisnya bahwa ada sebuah "proyek yang dipimpin oleh Muslim yang direncanakan bernilai $100 juta (sekitar Rp 145 miliar) akan membangun sebuah fasilitas kelas dunia yang mempromosikan toleransi, yang merefleksikan kekayaan keragaman Kota New York "akan diberi nama Cordoba House. Tujuan pembangunan yang dinyatakan adalah hendak membangun kembali "atmosfir toleransi yang saling menghormati antaragama." Melihat perselisihan yang berkembang di kota itu, nama Cordoba tampaknya bakal menjadi nama yang sama salah.
Uskup Mgr. Demetrio Fernández dari Cordoba, dengan katedral di belakangnya. |
Pemutakhiran 13 Juni 2010: Spero News mengutip pernyataan Uskup Demetrio Fernandez dari Cordoba yang mengatakan bahwa "penggunaan bersama" Katedral Katolik merupakan "sebuah eufemisme yang berarti: umat Katolik keluar dari sana!" Menanggapi eufemisme ini, Fernandez menjawab: "Kami tidak akan tinggalkan, kecuali jika kami ditendang keluar karena selama 16 abad, sudah diselenggarakan ibadat Kristen di sini....sementara umat Muslim memang sudah pernah di sini tetapi selama empat setengah abad." Dia kemudian menjelaskan secara lebih rinci:
uskup memperlihatkan bahwa penting "untuk mengtahui bahwa di tempat umat Muslim menjalan sholat, tidak boleh ada lagi orang lain yang sembahyang di sana. Yang hendak dikatakannya adalah, jika saya mengijinkan umat Muslim sholat di Katedral Cordoba, maka kami bisa pergi keesokan harinya. Dengan demikian, mengijinkan umat Muslim sholat di Katedral sama dengan menyuruh umat Katolik untuk mengatakan selamat berpisah dan selamat malam. Itu tidak bertanggung jawab." Uskup Fernandez menyatakan bahwa "ada hal yang boleh dan yang tidak bisa dibagikan. Dan Katedral Cordoba tidak akan dibagikan dengan umat Muslim."
Artikel yang ditulis oleh Martin Barillas, seorang mantan diplomat AS, juga mencatat bahwa katedral semakin tidak aman sejak ada perselisihan April 2010 lalu.
Pemutakhiran 1 Oktober 2010: Serangan yang meledak di Cordoba itu tidak unik; sudah muncul berita dari Turki. Berita bahwa pemerintah telah mengesahkan permintaan Partai Gerakan Kaum Nasionalis (MHP) untuk menjalankan sholat di Katedral Sang Perawan Suci, sebuah gereja Armenia yang dibangun pada tahun 1001 di Ani, yang pernah menjadi ibukota sebuah kekaisaran Armenia abad pertengahan. Sebagai salah satu gereja terbesar masyarakat Armenia abad pertengahan, gereja itu satu-satunya bangunan peradaban Armenia abad pertengahan yang masih ada.
Katedral Perawan Suci sebuah gereja masyarakat Armenia yang dibangun pada tahun 1001 di Ani. Kini kawasan itu berada dalam Propinsi Kars Turki. |
Penambahan 4 November 2010: Rachel Donadio memperbarui perdebatan tentang Katedral Cordoba yang monumental untuk Harian New York Times hari ini. Dalam tulisannya bertajuk, "Name Debate Echoes an Old Clash of Faiths" (Perdebatan tentang Nama Gemakan Bentrokan Lama atas Agama).
Kini, papan-papan petunjuk seluruh kota Andalusia yang bercat putih ini mengacu pada monumen, sebuah situs Warisan Dunia UNESCO, sebagai "katedral-masjid" Córdoba. Tetapi terminologi itu kini dipertanyakan. Bulan lalu, Uskup Córdoba memulai seruan suatu provokatif agar kota itu berhenti menyebut monumen itu sebagai masjid agar tidak "membingungkan" para pengunjung.
Uskup Demetrio Fernández juga membicarakan soal gereja di Damaskus:
Tidak ada masalah mengatakan bahwa khalifah Muslim membangun bangunan (temple) ini untuk Tuhan. Tetapi sangat tidak pantas untuk menyebutnya masjid sekarang ini karena ia sudah tidak menjadi masjid selama berabad-abad sehingga menyebutnya masjid justru membingungkan pengunjung. Demikian juga, tidak pantas untuk menyebut Masjid Damaskus sekarang ini sebagai Basilika Santo Yohanes atau mengharapkan bahwa ia bisa menjadi sama-sama tempat peribadatan Muslim dan Kristen.
Juga pekan ini, Donadio melaporkan, "seorang hakim di Córdoba mendakwa delapan Muslim Austria karena mengganggu ketenangan ketika mereka memasuki "monumen" itu dalam kelompok-kelompok kecil pada Hari Jumat Agung tahun ini lalu mulai sholat dengan suara nyaring. Setelah itu, mereka bentrok dengan penjaga keamanan dan petugas polisi setempat mencoba menghentikan mereka."
Pemutakhiran 2 Sep. 2012: Sekelompok oknum Muslim mengubah bangunan agama-agama lain menjadi masjid mereka (pikirkan soal Kadral Hagia Sophia di Turki ) tetapi jangan coba-coba menggunakan bekas masjid. Itulah pesan yang datang dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan Pemerintah Turki mengenai festival anggur yang direncanakan 5-6 September di halaman Masjid Beersheva. Masjid yang dibangun pada era Kekaisaran Utsmaniyah itu kini menjadi museum arkeologi.
Dalam kata-kata dari Harian Today's Zaman, Sekretaris Jenderal OKI Ekmeleddin İhsanoğlu mengatakan:
melukiskan rencana baru-baru ini sebagai pelanggaran yang bisa berlanjut dengan kejahatan untuk menutup masjid dan mencegah umat Muslim sholat di sana. "Pelanggaran ini merupakan bagian dari serangkaian serangan yang sedang berlangsung terhadap tempat-tempat suci dan barang antik Islam di Palestina yang bertujuan hendak melenyapkan dan menodai mereka. Ini merupakan provokasi yang disengaja terhadap umat Muslim di semua bagian dunia."
Masjid Beersheva. |
Wakil Perdana Menteri Turki Bekir Bozdağ meminta Pemerintah Israel untuk "menghentikan pelanggaran ini." Presiden Direktorat Urusan Agama Mehmet Görmez juga menyerukan kepada Pemerintah Israel "untuk bertindak dengan akal sehat serta menghindari tindakan yang tidak terhormat itu terhadap rumah ibadat milik agama lain."
Pemutakhiran 5 September 2012: Akibat tekanan dari Presiden Israel, Shimon Peres, Walikota Beersheva memindahkan festival anggur yang direncanakan dari bekas halaman masjid.
Penambahan 14 Februari 2013: Ada kejutan besar pada 4 Februari lalu. Pengadilan Kriminal Cordoba membebaskan delapan Muslim yang dituduh melakukan kekerasan dalam Katedral Cordoba. Soeren Kern menyajikan latar belakang peristiwa ini (ia menelusuri sikap bermusuhan oknum Muslim yang baru dengan pernyataan bin Laden dari tahun 2004), konteks peristiwanya (seharusnya merupakan putusan bersalah yang mudah, mengingat banyaknya bukti perkara), implikasinya (yang mendorong penganut Islam radikal di Spanyol), kemungkinan motif hakim (Hakim Juan Luis Rascón adalah penganut paham multikultural berhaluan kiri). Dan, yang paling menarik, tanggapan Uskup Cordoba, Demetrio Fernández. Kern menjelaskan Sang uskup berkata,
Kekerasan baru-baru ini menunjukkan bahwa tidak mungkin untuk berbagi rumah ibadah dengan umat Muslim. Karena itu bisa disamakan dengan "berbagi istri di antara dua suami." Akibatnya, katanya, larangan agar umat Muslim tidak sholat di sana harus tetap diberlakukan. Fernández lalu bertanya: "Apakah mereka senang melakukan hal yang sama di salah satu masjid mereka? Sama sekali tidak. Saya pahami perasaan religius mereka dan mereka harus memahami perasaan kita juga. Perasaan religius adalah perasaan terdalam di hati manusia, jadi begitulah tidak mungkin untuk dibagikan."
Dia juga membuat perbandingan yang sama persis dengan yang saya lakukan di atas, terkait dengan Damaskus:
Dalam sebuah artikel dalam Surat Kabar Spanyol, ABC, Fernández membandingkan situasi di Córdoba dengan Basilika Santo Yohanes Pembaptis di Damaskus. ... Fernández mengatakan: "Kami tidak berpikir untuk meminta Masjid Damaskus, karena itu milik umat Muslim dan bagi mereka itu tempat yang penuh simbol. Sama juga dengan umat Kristen karena Basilika Santo Yohanes itu sangat penting bagi kami. Tetapi kami paham bahwa sejarah tidak bisa mundur. Ia hanya bergerak maju. Jadi, tak masuk akal meminta Katedral Córdoba untuk diubah menjadi masjid. Tidak masuk akal karena sejarah tidak bisa diubah. "
Pemutakhiran 10 April 2015: Eric Calderwood, seorang dosen studi Bahasa Arab di University of Illinois, menulis sebuah essay panjang tentang persoalan Cordoba. Tulisannya bertajuk "The Reconquista of the Mosque of Córdoba" (Pencaplokan Kembali Masjid Cordoba). Isi tulisan itu mengkritik pihak otoritas Katolik, namun dia tidak pernah menyinggung situasi timbal-balik di Damaskus, Istanbul atau di tempat lain. Tulisannya tidak ada konteksnya. Tidak ada kesadaran yang penuh pertimbangan. Tidak ada manfaatnya.
Pemutakhiran 29 Mei 2017: Hari ini saya membahas dalam National Review Online, soal Museum Cummer di Jacksonville, Florida yang mengelu-elukan hilangnya Katedral Hagia Sophia.
Pemutakhiran 17 Juli 2020: Mengantisipasi langkah Pemerintah Turki yang hendak mengubah Katedral Hagia Sophia sebagai museum, penguasa Sharjah Sultan bin Muhammad Al Qasimi, menuntut agar Katedral Cordoba kembali dijadikan masjid. (Bangunan itu adalah gedung Kristen sejak 1236). "Paling sedikit, kami menuntut Masjid Cordoba dikembalikan. Masjid itu diberikan kepada gereja. Karena pemberian itu bukan milik para pihak yang tidak pantas untuk mendapatkannya."
Pemutakhiran 24 Juli 2020: Di tengah publisitas yang luar biasa, Gereja Hagia Sophia dibuka kembali sebagai masjid hari ini setelah nyaris seabad sebagai sebuah museum.
Topik Terkait: Muslim di Eropa
Artikel Terkait: