Dalam sebuah artikel yang tidak diterbitkan hari ini dalam Harian Daily Mail, London, David William melaporkan adanya daftar yang diajukannya atas nama Menteri Dalam Negeri Inggeris, David Blunkett untuk Komisi Banding Imigrasi Khusus (Special Immigration Appeals Commission). Daftar ini "mengakui bahwa Inggeris merupakan tempat aman bagi pendukung terorisme di seluruh dunia dan...mengatakan Inggeris tetap sebagai 'pertahanan penting' untuk mendukung terorisme." Yang paling mengerikan bagi William adalah ada daftar serangan yang dituduh didukung oleh kaum Islamis yang berdiam di Inggeris sebagai berikut;
- 1995/96, serangan teror yang dilakukan seorang keturunan Aljazair atas berbagai kota Perancis.
- 1997, serangan di Aljazair;
- 1998, bom bunuh diri atas Kedutaan Besar AS di Kenya dan Tanzania;
- 1998, serangan berencana atas Kedutaan Besar AS di ibukota Albania, Tirana;
- 1998, serangan-serangan di Yordania;
- 1999, upaya melancarkan serangan atas Bandara Internasional Los Angeles;
- 2000, pemboman berencana di Strasbourg;
- 2001, serangan berencana di Paris;
- 2001, pembunuhan terhadap pemimpin Afghan Northern Alliance (Aliansi Afghanistan Utara), Ahmad Shah Masood;
- 2001, pembajakan pesawat yang diikuti dengan aksi bunuh diri yang mengerikan oleh Al Qaeda, 11 September di New York dan Washington;
- 2002/2003, serangan berencana yang dilancarkan para teroris kelahiran Afrika Utara di Inggeris.
Williams menghapuskan contoh lain terorisme yang berbasis Inggeris.
- Yaman: Sejumlah kaum muda Muslim Inggeris (termasuk Mohammed Mustafa Kamel, puera Abu Hamza al-Masri), terlibat dalam sebuah penangkapan tawanan pada 1999 yang berujung pada kematian empat orang.
- Israel: Sebuah serangan dilancarkan oleh Asif Muhammad Hanif di Mike's Place di Tel Aviv pada 30 April 2003 yang menewaskan 3 orang dan melukai 50 orang.
- Pakistan: Ahmed Omar Saeed Sheikh terlibat dalam berbagai aksi terrorisme di Pakistan, termasuk pembunuhan atas Daniel Pearl.
- India: Sekali lagi, Ahmed Omar Saeed Sheikh aktif di India, khususnya dalam sebuah aksi penculikan para turis Barat di India, pada 1994.
- Amerika Serikat: berupaya meledakan sebuah pesawat jet penumpang American Airlines, Desember 2001.
- Kenya: Polisi anti-terorisme menangkap lalu mendeportasi Graham Andrew Adam, seorang warga negara Inggeris yang beralih menganut Islam pada usia 18 tahun. Dikenal sebagai Ahmad Halid Adam, dia dicurigai memiliki senjata illegal, termasuk granat tangan (19 Desember 2007).
Komentar: Ini membuat sedikitnya 12 negara pernah menderita aksi penghancuran sebenarnya atau terencana yang muncul dari Kerajaan Inggeris. Negara-negara itu adalah; Afghanistan, Albania (berupaya melakukan aksi), Aljazair, Perancis, Israel, Yordania, Kenya, Pakistan, Tanzania, Amerika Serikat, Yaman. Saya akan terus menambahkan kaum Islamis berbasis Inggeris yang menyasar negara-negara lain dalam daftar ini . (22 Mei 2003).
- Irak: dalam artikel yang diterbitkan Harian Times (London), soal 70 Muslim Inggeris yang bergabung dengan pejuang Irak" memberikan gambaran umum tentang persoalan ini. (26 Juni 2005).
- Bangladesh: Seorang warga Inggeris yang hanya dikenal dengan nama Faisal mendirikan sebuah panti asuhan yang dirazia oleh petugas keamanan lokal karena panti asuhan itu digunakan sebagai kamp pelatihan dan pabrik senjata kaum teroris Islamis. (25 Maret 2009).
Dalam berbagai perkembangan lain:
Pemutakhiran 9 Agustus 2004: Saya menganalisis sisi lain persoalan ini, karena Inggeris tidak disasar oleh kaum Muslimnya sendiri, artinya yang berdiam di negerinya, dalam sebuah artikel, "Does a "Covenant of Security" Protect the United Kingdom?" (Apakah "Perjanjian Keamanan" Melindung Kerajaan Inggeris?")
Pemutakhiran 29 Agustus 2006: Nile Gardiner dari Heritage Foundation mengatakan bahwa Kerajaan Inggeris melahirkan "sebuah ancaman keamanan langsung bagi AS." Yang layak dicatat adalah permintaan Lindon LaRouche pada 2000 yang menuntut supaya ""Put Britain on the List of States Sponsoring Terrorism" (Memasukan Inggeris dalam Daftar Negara-Negara Pendukung Terorisme).
Pemutakhiran 4 September 2006: Peter Bergen & Paul Cruickshank memberikan argumentasi mereka dalam Harian New Republic bahwa terbongkarnya komplotan raksasa yang berencana melakukan aksi atas pesawat penumpang London sebulan lalu berarti bahwa dari sudut pandang Amerika, "dapatlah diperdebatkan bahwa ancaman terbesar atas keamanan AS tidak berasal dari Iran atau Irak atau Afghanistan --- tetapi agaknya dari Inggeris Raya, sekutu kita yang paling dekat."
Pemutakhiran 4 April 2007: Michael Chertoff, Menteri Urusan Keamanan Dalam Negeri MENGATAKAN serangan gaya 11 September 2001 bisa saja dilancarkan oleh kaum Muslim dari Inggeris atau Eropa yang merasa sebagai "warga negara kelas dua" dan teralienasi oleh "warisan colonial." Pemerintah AS pun bertekad membangu pertahanan esktra melawan para teoris "berkulit bersih" dari Eropa. "Kita perlu membangun lapisan-lapisan perlindungan. Saya tidak berpikir kita sepenuhnya ingin mengandalkan fakta bahwa pemerintah negara asing berniat untuk mengetahui bahwa salah seorang warga mereka itu mencurigakan dan berniat untuk datang ke sini."
Pemutakhiran 7 Februari 2009: "CIA warns Barack Obama that British terrorists are the biggest threat to the US" (CIA Ingatkan Barack Obama bahwa Teroris Inggeris Merupakan Ancaman Terbesar bagi AS) tulis berita utama Harian Sunday Telegraph (London). Berikut kutipan artikel yang dituliskan oleh Tim Shipman itu:
Kepala mata-mata Amerika memberitahu Presiden AS bahwa CIA telah melancarkan operasi luas di Kerajaan Inggeris yang bertujuan mencegah terulangnya serangan 11 September 2001 yang dilancarkan dari Inggeris. Mereka yakin para ekstremis Inggeris kelahiran Pakistan yang memasuki AS dengan visa waiver program (yang menegaskan bahwa pemegang paspornya bebas dari tuntutan hukum) paling mungkin menjadi sumber teroris lain yang spektakualer di tanah Amerika.
Pengarahan tentang persolan intelijen bagi Presiden Obama secara rinci menjabarkan tentang meningkatnya spionase Amerika yang dramatis di Inggeris. Di sana, CIA mencatat rekor dengan merekrut sejumlah informan dalam komunitas Pakistan guna mengawasi 2000 terduga teroris yang diidentifikasi oleh M15, dinas keamanan Inggeris. Sebuah sumber intelijen Inggeris mengungkapkan bahwa empat dari 10 operasi CIA yang mengagumkan memang didesain untuk menggagalkan serangan langsung atas AS kini dilakukan terhadap sasaran di Inggeris.
Aktivitas CIA yang meningkat dramatis di Kerajaan Inggeris menyusuli terkuaknya Operation Overt pada 2006, sebuak komplotan yang diduga berniat membom pesawat penumpang. Pejabat intelijen Inggeris mengungkapkan bahwa kepala CIA mengirim semakin banyak sumberdaya ke Inggeris Raya karena tidak siap menyaksikan warga Amerika tewas hanya karena M15 tidak mampu mengawasi semua terduga teroris, walau Dinas Keamanan berhasil mengungkapkan keberadaan komplotan tersebut. Sumberdaya manusia M15 bakal berlipat dua menjadi 4.100 orang pada 2011 tetapi banyak kalangan komunitas intelijen AS tidak berpikir bahwa angka itu memadai.
Pemutakhiran 1 Februari 2010: Berkenaan dengan topik terkait dampak Inggeris Raya terhadap kaum Muslim yang menghabiskan sejumlah waktu mereka di negeri itu, pengarang kenamaan Nigeria Wole Soyinka, 76 tahun, punya sejumlah kata pedas. "Inggeris jadi tempat pembuangan sampah (cesspit). Inggeris jadi ladang pembiakan kaum Muslim fundamentalis. Logika sosialnya hendak membiarkan semua agama untuk berkotbah secara terbuka. Tetapi ini tidak logis. Karena, tidak satupun agama lain yang mengkotbahkan kekerasan apokaliptik, yang berdasarkan wahyu. Dan tanah Inggeris mau mengijinkannya. Ingat bahwa ngeri itu merupakan tempat pembenihan komunisme juga. Karl Marx melakukan semua pekerjaan dalam berbagai perpustakaan di sana."
Soyinka secara tepat mencatat pentingnya fatwa yang dikeluarkan pada 1989 oleh Ayatollah Khomeini terhadap Salman Rushdie tetapi menganggapnya lebih berkaitan dengan persoalan ini sementara saya tidak:
Semuanya berawal kala dia mempunyai kuasa atas hidup matinya seorang penulis. Ini menjadi titik awal (watershed) antara agresi doktriner dan agresi fisik. Akibatnya, memang ada eskalasi. Kekuasaan atas hidup atau mati itu kemudian diteruskan secara ngawur kepada siapa pun kaum Muslim di dunia --- jika orang memberi mereka status baru. Al-Qaeda lahir dari fenomena ini. Proselitisasi Islam menjadi sangat dahsyat setelah peristiwa itu. Orang pun pergi ke Arab Saudi. Madrasah pun didirikan di mana saja.
Ketika memperhatikan bangganya masyarakat Inggeris terhadap sikap terbukanya, penulis yang kini bermukim di Amerika itu menambahkan, "saya ragu anda bisa melakukan semacam indoktrinasi sekolah di Amerika seperti anda lakukan di Kerajaan Inggeris... Kaum Muslim di sana itu terbuka, sebaliknya, di Eropa, mereka cenderung pergi ke sekolah-sekolah ghetto. Lebih aneh lagi, Soyinka mengatakan bahwa Nation of Islam (sebuah organisasi Islam di AS, JEL) menjadi antidote, anti-racun di Amerika Serikat, bagi kaum Islam fundamentalis" dan bahwa kaum Muslim di Amerika Serikat "harus pergi keluar negeri untuk mendapatkan ajaran-ajaran yang radikal," Hampir-hampir tidak bisa.
Pemutakhiran 3 Agustus 2010: Studi penting pertama topik ini, Islamist Terrorism: The British Connections, baru dikeluarkan oleh pusat kajian Centre for Social Cohesion, di London. Saya lalu mendiskusikannya dalam sebuah artikel hari ini berjudul, "Britain's New Export: Islamist Carnage" (Ekspor Baru Inggeris: Pembunuhan Oleh Kaum Islamis).
Pemutakhiran 14 Juni 2013: Sebuah studi yang baru disebutkan berupaya membahas terorisme berbasis Inggeris di seluruh dunia. Sebuah lembaga kajian, Henry Jackson Society lantas menerbitkan analisis tentang terorisme berbasis Eropa atas Amerika Serikat dalam tulisannya, The European Angle to the U.S. Terror Threat (Sudut Pandang Eropa Terhadap Ancaman Teror AS).
Pemutakhiran 24 Nopember 2013: Nick Lowles, yang menulis untuk lembaga kajian "HOPE Not Hope" memunculkan klaim yang membuat orang membelalakan mata. James Slack lalu merangkum tulisan itu dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Harian Daily Mail (London). Judulnya, "How French spies plotted to kill Abu Hamza on a London street" (Bagaimana Mata-Mata Perancis Berencana Membunuh Abu Hamzah di Sebuah Jalan di London). Lowles mengklaim bahwa dinas keamanan Perancis begitu prihatin dengan terorisme kaum Islamis atas rangkaian pertandingan sepabloka Piala Dunia pada 1998, sehingga berencanamelakukan dua aksi. Satu, menyandera Abu Hamzah yang kidal dan jahat itu lalu mengirimkannya ke Perancis, dan rencana lainnya membunuh dia di Inggeris Raya tetapi menuding kematiannya pada organisasi sayap kanan, Combat 18.***