Sebuah polling baru-baru ini diadakan terkait dengan soal "pengungsi" Palestina di Tepi Barat dan Gaza, di Yordania dan di Libanon. Pertanyaan yang diajukan adalah, "Dalam kondisi apakah kau bisa menerima untuk hidup bersama kaum Yahudi Israel secara damai dan aman?" Jawaban-jawaban mereka adalah sebagai berikut;
- Tepi Barat dan Gaza: Ya 20,3 persen; Tidak, 79.1 persen dan Tidak Tahu, 0.7 persen
- Yordania: Ya 9,7 persen; Tidak 85,5 persen dan Tidak tahu 4,7 persen
- Libanon: Ya 18,7 percent; Tidak 77,8 persen dan Tidak tahu 3.5 persen
Komentar:
(1) Persentase ini memperkuat pendirian saya---bahwa cukup banyak warga Arab---bahkan warga Palestina yang sudah melacak akar hidup mereka dengan tanah yang diduduki Isral --- bersedia hidup harmonis dengan Israel. Saya perkirakan, mereka membentuk seperlima dari masing-masing populasi warga Palestina, Arab dan Muslim, dengan banyak variasi mendasar dalam perkiraan yang menyeluruh ini.
(2) Fakta ini sangat penting, yang mengarah kepada basis masyarakat yang kini berkembang untuk hidup secara damai. Israel tak perlu menciptakan kelompok ini, tetapi justru memperbesar jumlahnya (24 Juli 2003).
Pemutakhiran 26 Agustus 2004: Sebuah studi oleh "Canada's Pro-Israel Muslims" (Kaum Muslim Kanada Pro-Israel) menemukan 20 persen dari mereka berpikir "Israel sudah bertindak benar hampir pada semua persoalan."
Pemutakhiran 26 Maret 2009: Eksistensi Palestina yang beriringan jalan (cohort) dengan pandangan pro-Israel bisa dilacak kembali lebih jauh dibandingkan yang disadari oleh sebagian besar pengamat politik --- tepat pada awal lembaga Zionis muncul. Untuk mengetahui latar belakang situasi pada masa Mandat Inggeris, lihat artikel saya hari ini berjudul, "Palestinians Who Helped Create Israel" (Warga Palestina Yang Bantu Membangun Israel).
Pemutakhiran 23 Desember 2009: Polling yang diadakan di Mesir dan Arab Saudi menemukan 26 persen dan 9 persen secara berturut-turut dari populasi yang disurvei yang menerima adanya Negara Yahudi Israel.
Pemutakhiran 12 April 2010: Ketika ditanya oleh peneliti dari Universitas An-Najah, "Apakah kau menerima pembentukan Negara Palestina di kawasan yang batas-batasnya ditentukan pada 1967 dengan cara menukar sejumlah lahan sebagai solusi terakhir bagi persoalan Palestina, ", sebuah sample wakil Palestina menjawab, 28,3 persen "ya", 66,7persen "tidak" dan 5 persen "tidak ada pendapat / tidak tahu."
Pemutakhiran 11 Mei 2010: Sebuah polling di Yordania dan Lebanon menemukan 9 persen dan 5 persen secara berturut-turut dari populasi mereka yang menerima Negara Yahudi Israel. Dengan menyatukan angka-angka ini dengan yang dilaporkan (di atas) pada 23 Desember 2009 lalu mempertimbangkannya berdasarkan besarannya maka kita akan menemukan bahwa nyaris tepat 20 persen populasi yang menerima Israel sebagai sebuah negara Yahudi
Pemutakhiran 9 Nopember 2010: Lembaga penelitian "Arab World for Research & Development" juga membuat polling pada 20 – 22 Oktober 2010. Sampelnya adalah 1.000 warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza. Lembaga itu menemukan hasil ini, dengan batas kesalahan + 3 percent:
- Sebanyak 12 persen mengatakan tidak kepada pertanyaan, "Jika para negosiator Palestina menyampaikan penyelesaian damai yang mencakup adanya Negara Palestina tetapi terpaksa berkompromi atas isu-isu kunci (seperti hak untuk kembali, soal Yerusalem, perbatasan, pemukiman dan lain-lain) untuk melakukannya, maka apakah anda mendukung hasil negosiasi mereka?
- Bagaimanapun, sebesar 45 persen mengatakan bahwa "solusi dua negara – dua negara bagi dua masyarakat: Israel dan Palestina berdasarkan resolusi PBB" adalah skenario yang paling realistis/dapat dicapai.
Pemutakhiran 15 Juli 2011: Ditanya tentang pernyataan Barack Obama bahwa "harus ada dua negara: Palestina sebagai Ibu Pertiwi bagi masyarakat Palestina dan Israel sebagai Ibu Pertiwi bagi masyarakat Yahudi," maka 34 persen responden menerima pernyataan itu. Sementara 61 persen menolakya, berdasarkan survei tatap-muka yang mendalam dalam bahasa Arab atas 1.010 anak muda Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza yang diadakan oleh lembaga polling Stanley Greenberg dan Palestinian Center for Public Opinion yang didanai oleh Israel Project. Untuk mengetahui lebih jauh masalah ini. (lihat http://www.jpost.com/Diplomacy-and-Politics/6-in-10-Palestinians-reject-2-state-solution-survey-finds www.jpost.com/Diplomacy-and-Politics/6-in-10-Palestinians-reject-2-state-solution-survey-finds).
Agaknya, orang berpikir bahwa menerima dua negara berarti menerima Negara Yahudi Israel. Sementara sebanyak 66 persen mengatakan bahwa tujuan warga Palestina seharusnya dimulai dengan solusi dua negara, lalu bergerak menuju semuanya satu negara Palestina. Jadi, jika orang mengambil 66 persen dari 34 persen, maka orang berakhir dengan 22 persen, yang sekitar angka yang biasa sebesar seperlima dari populasi.
Pemutakhiran 25 Juni 2014: Washington Institute for Near Eastern Policy mengadakan polling 15 – 17 Juni di Wtepi Barat dan Jalur Gaza. Di dalam sampelnya, ditanyakan dua pertanyaan yang sama dan ternyata mendapatkan dua hasil yang sama:
Jika kepemimpinan Palestina mampu menegosiasikan solusi dua negara dengan Israel, apa anda pikir bahwa...
Ini bakal mengakhiri konflik dengan Israel? Hasilnya 32 persen.
Perlawanan harus berlanjut hingga Palestina yang bersejarah dibebaskan? mencapai 64 persen.
Jika kepemimpinan Palestina menegosiasikan solusi dua negara dengan Israel, anda pikir bahwa...
Bakal menjadi tujuan akhirnya? Jawabannya 27 persen.
Bakal menjadi bagian sebuah "tahap-tahap program "untuk membebaskan semua Palestina yang bersejarah kemudian? Jawabannya 65 persen.