Dalam sebuah artikel Middle East Quarterly tahun 1997, berjudul "Pangeran Charles dari Arabia," Ronni L. Gordon dan David M. Stillman mengamati sebuah bukti bahwa Pangeran Charles dari Inggeris mungkin saja menjadi pemeluk rahasia agama Islam. Mereka lalu melacak pernyataan-pernyataan publik sang pangeran (sperti upayanya membela hukum Islam, memuji status wanita Muslim, melihat dalam Islam solusi bagi Inggeris Raya yang sakit) dan berbagai aksinya (membentuk panel terdiri dari 12 "manusia bijak" untuk menasehatinya seputar agama dan kebudayaan Islam). Kemudian kedua penulis menyimpulkan bahwa "Jika Charles terus-menerus memuji Islam sembari merendahkan budayanya sendiri" maka kenaikannya ke tahta kerajaan bakal benar-benar mengantarkannya kepada suatu "monarki jenis yang lain."
Pangeran Charles, seorang calon Muslim? |
Semua ini memasuki benak saya ketika membaca artikel berjudul "Charles Cepat Putus dengan Kaum Beriman di Muscat" dalam suratkabar berbasis di Dubai hari ini, Gulf News. Harian itu melaporkan sejumlah aktivitas Charles selama lima hari kunjungannya baru-baru ini ke Oman:
- Dia berjalan keliling ke Masjid Agung Sultan Qaboos hampir selama dua jam kemudian "memperlihatkan minat yang sangat serius untuk mempelajari sejumlah bagian masjid termasuk ruangan doa utama." Jurubicara Charles lantas menjelaskan, "Pangeran sangat serius datang ke masjid ini guna melihat bangungan fantastik ini dengan arsitekturnya yang mengagumkan dan membuatnya tertarik sekali. Pangeran memang sangat mencintai arsitektur Islam. Saya pikir tidak ada contoh lebih baik dari masjid ini."
- Dia menghabiskan banyak sekali waktu di pameran kaligrafi Islam termasuk mengadakan rapat bersama Sheikha Aisha Al Siaby, Kepala Otoritas Publik Industri Kerajinan Tangan serta Taha Al Kisri, Kepala Masyarakat Omani untuk Seni Bermutu guna mendiskusikan berbagai aspek kesenian Islam."
- Dia "cepat sekali mengakhiri dan meninggalkan sejumlah besar jemaat berbagai bangsa ketika dia duduk dengan tangan terlipat di lantai di tempat terbuka. Dia pun makan kurma kemudian minum jus sesuai seruan Iftar."
Charles dengan butiran-butiran keringat dan Camilla dengan syalnya. |
Tentu, tidak satu pun penjelasan itu menjadi bukti bahwa Pewaris Kerajaan Inggeris Raya itu berpindah agama. Namun, berbagai tindakannya sangat cocok, khususnya karena dia pun menjalankan puasa Ramadhan (Nopember 2003).
Penambahan 21 Juni 2004: Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei akan menganugerahkan hadiah sebesar 50.000 dolar Amerika kepada Pangeran Charles dalam sebuah upacara di London, 24 Juni nanti. Sang pangeran dipilih oleh sebuah juri internasional dari Pusat Kajian Islam Oxford karena sumbangannya terhadap pemahaman Islam di Barat. Dialah orang pertama non-Muslim yang bakal menerima hadiah yang mulai ditetapkan pada 1992 itu. Para pemenang lain termasuk Youssef Al-Qaradawi, Abdul Fattah Abu Ghuda dan Adnan Mohd Zarzar.
Penambahan 18 Desember 2004: Pangeran Charles terjebak di tengah isu teologis Islam yang juga menyarankan dia beralih memeluk Islam. Jika itu bukan kasusnya, maka apakah dasarnya sehingga dia memberi opini tentang hukum Islam yang mempersyaratkan bahwa orang yang murtad dari Islam dapat dieksekusi mati? Jonathan Petre dari Daily Telegraph, sebuah harian yang berbasis di London, melaporkan dari pertemuan khusus para pemimpin Kristen dan Muslim di Clarence House terkait topik-topik yang disponsori sang pangeran, Desember lalu. Jelas bahwa dia tidak mendapatkan hasil yang diharapkannya. Seorang peserta Kristen mengatakan Charles "sangat, sangat tidak senang" dengan hasil pertemuan itu. Mungkin karena kalangan Muslim yang hadir dalam pertemuan itu tidak puas dengan keterlibatan sang pangeran di depan publik terkait topik ini.
Penambahan 14 Juli 2005: Dan apakah yang harus dikatakan pangeran yang baik itu tentang pembunuhan oleh kaum Islamis terhadap 55 orang di London sepekan silam? Dia justru membuat tulisan berjudul "True Muslim Must Root Out The Extremist" (Kaum Muslim Sejati Harus Keluarkan Kaum Ekstremis) untuk harian Mirror:
Sejumlah pengaruh jahat yang sangat mendalam masuk dan tertanam kuat dalam otak kaum muda yang rentan menerima pengaruh-pengaruh ini… Sejumlah orang mungkin berpikir, penyebabnya adalah Islam. Apa saja bisa jadi, tetapi bukan itu. Ini adalah penyimpangan dari Islam tradisional. Sebagaimana saya pahami, Islam mengkotbahkan kemanusiaan, toleransi dan kesadaran berkomunitas…Aksi-aksi ini tidak terkait dengan iman sejati apapun.. Sangat penting bahwa tiap orang menolak godaan untuk mengecam komunitas Muslim atas tindakan minoritas kecil dan jahat ini. Jika saya menyerah pada godaan, maka para pembom itu sebetulnya sudah meraih tujuan mereka. Jadi, dalam pandangan saya, adalah tugas dari setiap Muslim sejati untuk mengecam kekejaman itu sambil mengeluarkan siapa saja dari mereka yang mengkotbahkan dan mempraktekkan kebencian yang pahit getir ini.
Komentar: Pernyataan itu bagi saya terdengar seperti permintaan maaf yang dikocok oleh Dewan Muslim Inggeris dan lembaga Islamis lainnya.
Penambahan 2 Agustus 2005: Pada waktu pemakaman Raja Fahd di Riyadh, Kantor Berita Associated Press melaporkan, "Orang non-Muslim tidak diijinkan menghadiri pemakaman." Sebegitu jauh yang dapat saya kisahkan, Charles memang tidak mengikuti upacara itu (Pasti pers akan ramai jika dia bergabung dalam acara itu). Kita dapat menyimpulkan bahwa apapun iman terdalamnya, dia tidak menampilkan diri sebagai seorang Muslim di tempat publik. Ringkasnya, dia bukan penganut Muslim saat ini.
Penambahan 4 September 2005: Dalam sebuah surat yang bocor ke suratkabar Daily Telegraph, Pangeran Charles terlihat mengaku mengalami hubungan yang buruk dengan George Carey, Uskup Agung Canterbury saat itu, berkenaan dengan sikapnya terhadap Islam. Yang benar-benar dipertengkarkan adalah niatnya terdalam untuk menjadi raja sekaligus gubernur tertinggi Gereja Inggeris, untuk memastikan gelar yang berlangsung berabad-abad sebagai Pembela Iman lantas menggantikannya dengan pembela iman dan Pembela Ilahi. Surat itu memperlihatkan reaksi sang uskup agung;
Saya berharap anda sebaiknya bertemu dengan uskup agung. Bukannya sungguh-sungguh menghargai apa yang saya capai dengan membicarakan hal-hal "Yang Ilahi" dan merasa bahwa saya berbicara jauh lebih banyak tentang Islam ketimbang tentang Kekristenan sehingga cemas dengan perkembangan saya sebagai seorang Kristen.
Menurut para ajudan bangsawan, Charles memang terlampau menghargai cara pandang Lord Carey sehingga menanggapi perasaan itu.
Penambahan 29 Oktober 2005: "Prince Charles to plead Islam's cause to Bush" (Pangeran Charles Berniat Bela Islam Karena Bush), tulis headline harian Sunday Telegraph. Tulisan karya Andrew Alderson itu mengisahkan bagaimana Pangeran Wales;
Akan mencoba meyakinkan George W. Bush dan warga Amerika tentang jasa-jasa Islam pekan ini karena dia berpikir Amerika Serikat sudah tidak toleran terhadap agama itu sejak 11 September 2001. Sang pangeran yang meninggalkan negaranya, Selasa, untuk perjalanan delapan harinya ke Amerika Serikat itu mengungkapkan keprihatinannya yang khusus kepada pendekatan Amerika yang "bertentangan" dengan negara-negara Muslim dan tidak menghargai kekuatan-kekuatan Islam.
Nampaknya, dia "inginkan masyarakat Amerika—termasuk Bush – untuk bersama-sama menyukai Islam seperti dia."
Penambahan 2 Nopember 2005: Bahwa tulisan Daily Telegraph yang dikutip dalam tambahan sebelumnya mungkin berdampak jauh bahkan hingga Gedung Putih. Bagaimanapun, George W. Bush punya sedikit semangat yang siap untuk sang pangeran yang baik itu dalam sambutannya kepadanya dan Camilla pada jamuan kenegaraan:
Pada bagian pertama abad ke-20, negara-negara kita berdiri bersama untuk menjamin bahwa fasisme tidak bertahandi Eropa. Pada paruh kedua abad ke 20, kita bekerja keras mengalahkan ideologi totalitarian komunisme. Dan kini, kita bahu membahu berjuang melawan sebuah ideologi kebencian dan sikap antitoleransi guna menjamin bahwa abad ke-21 bakal menjadi abad kebebasan dan harapan.
Charles tidak menanggapi komentar ini. Sebaliknya, dia membatasi jawabannya pada berbagai proyek bagi kaum kurang mampu serta kenangan-kenangannya yang menyenangkan tentang Winston Churchill.
"Pangeran datang karena dipanggil " (gambar oleh Roman Gann, National Review, Nov. 21, 2005). |
Penambahan 3 Nopember 2005: Ali Sina mengemukakan alasanmengapa Charles menyukai Islam, yang memperlihatkan bahwa dia mungkin sudah lelah dengan sistem demokrasi di negaranya; "Apakah dia diam-diam iri hati kepada sistem pemerintahan Islam, di mana para penguasanya berkuasa mutlak bahkan menerapkan moralitas pada orang-orang taklukan mereka?"
Penambahan 5 Nopember 2005: Julie Burchill yang berlidah tajam mengajukan pertanyaan dalam "Mengapa tidak menyukai Islam jika anda Pangeran Wales."
Saya bertanya-tanya mengapa Pangeran Charles berupaya memperbesar kekuasaan Islam yang teokratis, bukanIsrael yang pluralis namun rawan diserang? Islam sudah mengontrol begitu banyak tanah dan kekayaan namun masih akan membunuh dan membunuh lagi agar bisa mendapatkan lebih banyak lagi. Mengapa dia tidak mencurahkan banyak tenaga untuk membela orang-orang Kristen yang disiksa dan dibunuh, yang menderita demi iman mereka di bawah rejim-rejim Islam?
Dia lantas menjadi pertanyaannya sendiri, nyaris sama seperti dilakukan Ali Sina:
Baiklah, saya pikir saya tahu mengapa: karena menganut Islam merupakan satu cara kaum pria yang ingin tampak liberal dan tercerahkan agar mampu meningkatkan pemikiran-pemikiran reaksioner mereka. Pemujaan terhadap monarki, penindasan terhadap kaum wanita serta tidak demokratis—bukan hal yang membuat Charles suka!
Penambahan 13 Nopember 2005: Upaya Charles mempromosikan Islam menyebabkan Ibu Suri tampak tidak baik di mata Al-Qaeda. Dalam sebuah video yang baru diluncurkan, orang nomor dua organisasi tersebut, Ayman al- Zawahiri menyebut Ratu Elizabeth II sebagai "satu musuh Islam paling parah" dan mengecamnya untuk apa yang disebutnya, "Hukum Pasukan Salib Inggeris." Selain itu, dia mengkritik kaum Muslim Inggeris yang "bekerja demi kenikmatan Elizabeth, pemimpin Gereja Inggeris" serta mengejek mereka karena mengatakan (kata-katanya, bukan kata mereka): "Kami warganegara Inggeris, tunduk kepada hukum pasukan salib dan bangga karena kami tunduk …kepada Elizabeth, pimpinan Gereja Inggeris."
Penambahan 19 Januari 2006: Pangeran Charles kini diangkat sebagai pelindung Festival Budaya Muslim. Website penyelenggara festival menjelaskan peristiwa itu merupakan perayaan "ekspresi budaya yang kaya dan artistik dari masyarakat Muslim." Dalam statusnya sebagai pelindung festival, Charles akan mengunjungi Sheffield dalam waktu dekat, melihat-lihat pameran di sana. "Istana dan Masjid: Harta Benda Islam Timur Tengah," jadi penyelenggara festival. Konon pangeran sangat serius melihat pameran. Dia pun dijadwalkan akan menemui kelompok-kelompok sekolah dan masyarakat kemudian menonton pertunjukan yang dimainkan sekelompok wanita dan gadis Muslim.
Penambahan 26 Januari 2006: Pangeran Wales mengungkapkan kegembiraannya hari ini dalam sebuah konperensi di London, tentang Bank Shariah Inggeris, menandai 30 tahun perayaan ulang tahun Bank Pembangunan Islam (IDB). "Saya yakin, berkat dukungan Bank Pembangunan Islam, karya-karya cinta kasih saya akan mampu mengembangkan usahanya untuk menyelesaikan tantangan-tantangan yang kita hadapi di kota-kota Inggeris dan membantu kalangan muda Inggeris yang merasa sedikit atau tidak memiliki pegangan dalam masyarakat agar bisa berperan penuh dalam urusan-urusan negara dengan mempromosikan pembangunan masyarakat dan semangat kewirausahaan."
Mar. 21, 2006 update: Charles membahas kontroversi seputar kartun Nabi Muhammad, dengan hadirin lebih dari 800 ilmuwan Islam di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Harian Time (London) menyebut pembicaraan itu sebagai "pidato 30 menit yang serius dan penuh semangat" sehingga "usaha dan luapan kemarahan mengerikan baru-baru ini atas kartun Denmark itu memperlihatkan adanya bahaya yang muncul karena kita gagal mendengar dan menghargai apa yang berharga dan suci bagi pihak lain. Dalam pandangan saya, tanda nyata suatu masyarakat beradab adalah penghargaan yang diberikannya kepada kaum minoritas dan orang-orang asing."
Penambahan 25 Maret 2006: Sebagai orang Barat pertama yang memberikan sambutan di Universitas Islam Al Imam Mohammad Bin Saud di Riyad, Saudi Arabia, Charles (seperti dalam kasus Desember 2004—melihat catatan tambahan di atas) memilih memberikan sejumlah nasihat kepada kalangan Muslim seputar upaya memodernisasi agama mereka. Perhatikan kata "kita" dalam kutipan berikut ini: "Saya pikir, kita perlu menemukan dalamnya, lembutnya, dan keramahtamahan imajinasi dan penghargaan terhadap kebijakan yang begitu mewarnai Islam pada masa-masa jayanya." Dia juga mengatakan kaum Yahudi dan Kristen seharusnya belajar dari ajaran Islam:
Hal yang sangat membedakan masa-masa agung perjalanan iman sesungguhnya adalah karena dipahami, demikian juga teks-teks suci …arti firman Allah untuk semua masa dan artinya untuk masa kini… itulah keagungan Islam untuk memahaminya secara penuh dan menantang. Ini yang anda… bisa berikan sebagai contoh bukan saja kepada Islam tetapi juga kepada anak-anak Abraham yang lain.
Pangeran Charles menemui anak-anak di Dasar Islam milik Yusuf Islam, London. |
Berbicara tentang pendidikan Islam, berikut ini tulisan yang sudah perbaiki berdasarkan berita media massa. Kembali kepada Maret 2000, kala Pangeran Charles mengunjungi Sekolah Dasar Islamia di barat daya London. Ini sekolah Muslim perdana yang dibiayai negara, didirikan dan dipimpin oleh Yusuf Islam (alias Cat Stevens), seorang Islamis yang pernah mengancam kehidupan Salman Rushdie selama kontroversi novel Satanic Verses berkembang luas dan sejak itu dilarang masuk ke Amerika Serikat. Sang pangeran mengatakan kepada anak-anak: "Kalian semua adalah para duta besar dari sebuah iman yang kerap banyak disalahpahami. Saya yakin Islam memiliki banyak ajaran untuk mengajarkan masyarakat-masyarakat sekular yang luas berkembang seperti masyarakat kita di Inggeris."
Penambahan 31 Oktober 2006: Ada reaksi keras terhadap laporan kantor berita Kuwait yang mengatakan, "Selasa lalu, Pangeran Charles mengatakan bahwa persoalan dunia dapat diselesaikan dengan mengikuti ajaran-ajaran Islam, karena Islam merupakan agama damai dan penuh semangat persaudaraan," Tetapi setelah diamati, sambutan yang dipertanyakan itu, yang disampaikan di Universitas Wanita Fatima Jinnah di Rawalpindi, Pakistan, pernyataan itu tidak ditemukan. Semua yang dilakukan Charles adalah mengutip Al-Qur'an dengan cara menyenangkan dalam konteks sebuah diskusi bergaya new-age, era baru tentang Planet Bumi:
Kelangsungan hidup planet ini (baca: bumi) tergantung pada pemahaman anda sekalian bahwa anda dapat meraih persatuan melalui keberagaman; bahwa anda sekalian, nyata-nyata membangun berdasarkan tradisi-tradisi yang hidup dan tidak lekang oleh waktu yang merupakan bagian budaya anda yang unik dan masih menjadi "modern." Juga akan tergantung pada kesadaran kalian semua bahwa krisis planet yang kini dihadapi begitu mendalam begitu pesat dampak perkembangannya sehingga kita tidak bisa terus bertikai antarkita ketika kita merusak dunia sekitar pada tingkat yang benar-benar mengerikan. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur'an, "Hanya mereka yang memberikan perhatian memiliki hati; hanya mereka yang melihat (atau melihat tanda-tanda) yang memilki hati. " Sudahkah kalian semua melihat tanda-tanda? Akankah anda semua meyakini apa yang dikatakan hati kalian?
Penambahan 6 Nopember 2006: Umree Khan melaporkan dalam Harian Guardian dengan tulisan berjudul, "Mengapa Kaum Muslim Mencintai Para Bangsawan" berkenaan dengan tanggapan kaum Muslim terhadap Pangeran Charles dan keluarganya;
Sejalan dengan lawatan Pangeran Charles ke Pakistan, maka kini sudah tepat waktunya untuk merefleksikan keyakinan aneh kaum wanita Muslim atas kaum bangsawan, khususnya dia. Sikap ini mungkin bernada paradoks, tetapi tidak mengejutkan. Karena ketika para menteri Buruh berbaris antri meminta para wanita yang sopan melepaskan jilbab mereka, ada perasaan khusus yang timbul terhadap seorang pangeran yang tutur katanya di depan publik tentang masalah itu ditandai dengan semacam fobia Islam yang canggung.
Kunjungan Charles dan Camilla ke Pakistan merupakan perjalanan penting bagi ibu saya. Dia begitu terobsesi dengan keluarga bangsawan. Banyak kaum ibu bersikap demikian, Sungguh, anda tidak bisa bayangkan betapa besarnya pandangan tentang kaum bangsawan bagi kaum wanita Bangladesh. Sahabatku Koruna berkisah kepada saya, "Kau pikir ibumu terobsesi, tetapi saya bertaruh, dia tidak punya koper penuh dengan perlengkapan ala keluarga bangsawan seperti tante saya." Tentu saja ibu saya punya. Kami memiliki semua perangkat; piring, mangkuk perebus telur, karya-karya tentang Diana dan Charles di ruang tamu. "Ya," Koruna menjawab, "persoalannya, seluruh isi koper itu berada di sebuah desa penuh lumpur di Bangladesh?"
Ribuan rumah tangga di anak benua itu memang bangga dengan kisah megah bangsawan. Banyak kasus yang sama terjadi di negara-negara Islam Pakistan dan Bangladesh yang tidak punya pendirian termasuk juga di India.
Sebuah penelitian yang dilakukan seorang rekan dari Asia mengukuhkan situasi sulit yang membuat kening kita berkerut. Yaitu adanya pemujaan terhadap bangsawan, khususnya, dengan Diana sebagai ikonnya, yang ditopang oleh para wanita Muslim di seluruh dunia.
Kenny Gamble, Bennett and Vivian Levin, serta Pangera Charles berbincang tentang pembaruan kehidupan perkotaan. |
Penambahan 13 Mei 2007: Majalah internal Trains Magazine Amerika memuat sebuah artikel dalam edisinya hari ini berjudul, "Tamu sangat khusus naik kereta api," yang berkisah tentang Charles dan Camilla yang naik kereta api dari Philadelphia menuju New York dalam gerbong khusus milik Bennet Levin. Dalam gerbong, tulisan itu menginformasikan, "Charles memimpin diskusi meja bundar dengan enam ahli Philadelphia soal perbaikan hidup perkotaan." Dan siapa seharusnya para "pakar" itu selain Kenny Gamble (alias Luqman Abdul-Haqq) yang terkenal karena nama buruknya. Justru dialah yang terlihat sangat menonjol berbicara kepada pangeran?
Penambahan 26 Mei 2007: Stasiun televisi BBC mengumumkan penampilan perdana dunianya yang akan datang. Acara yang memperkenalkan karya baru dan utama Sir John Tavener The Beautiful Names (Nama-nama Indah) itu diselenggarakan 19 Juni, pukul 7.30 petang di Katedral Westminster. Orkestra simponi BBC di bawah bimbingan Jiří Bĕlohlávek bakal berkolaborasi dengan Paduan Suara Simponi BBC dan koor Katedral Westminster.
Nama-nama Indah menetapkan 99 nama Allah diambil dari Al-Qur'an dan dinyanyikan dalam bahasa Arab. "Inspirasi lagu ini muncul kepada saya bagai sebuah visi," urai Tavener, "dan musiknya muncul begitu saja segera setelah saya melihat kata-kata Arab." Dia memang bekerja dekat dengan ahli Arab, Michael Macdonald supaya menjamin ucapan dan tekanan kata Bahasa Arab diucapkan secara jelas. "suara memang membantu menciptakan musik." Aksi panggung selama 70 menit itu dibagi atas sebelas kelompok yang terdiri dari sembilan "zona nada." Zona-zona nada itu dimulai dengan seruan Allah yang keras. Ketika membicarakan referensinya yang sangat kuat kepada Islam namun belum dilakukannya, Tanner pun membicarakan masalah Sufisme, Hinduisme, Budhisme dalam pilihan struktur, instrumentasi dan penentuan nadanya.
Catatan tentang program Tavener mengungkapkan visi ini dalam rincian lebih luas. Tiket dijual seharga £24, £20, £16, £12, £6. Pementasan karyanya pun ternyata dipimpin oleh Yang Mulia Pangeran Wales.
Penambahan 11 Juli 2007: Dari sambutan pada pembukaan pameran, Dana Aga Khan Untuk Kebudayaan dengan tema Eksibisi "Semangat & Hidup" di Ismaili Centre di London kita bisa mengetahui :
Begitu banyak perhatian ditumpahkan pada perbedaan luar antara agama-agama. Nyaris secara refleks ini diterjemahkan dalam divisi-divisi yang nampaknya tak dapat dimasuki antara orang-orang. Orang-orang yang—jika tidak mengetahuinya—nyatanya terhubung dengan banyak pihak tetapi terpisahkan oleh kelompok yang agak sedikit. Dengan demikian, betapa menyegarkan bila kita diingatkan oleh pameran spiritualitas yang mengagumkan ini yang menjadi sumber kekuatan nyata iman kita dan untuk warisan dan tradisi yang kita miliki bersama.
Pangeran dan Camilla tonton "Penari" Darwis Yang Berputar. |
Penambahan 27, 2007: Dua pokok pemikiran dari catatan dalam artikel yang diturunkan Harian Times (London) karya Alan Hamilton, "Whirling dervishes' star turn caps Prince's homage to Islamic mystic."
- Ketika menulis dari Konya, Turki, seputar kunjungan Pangeran Charles ke tempat suci Mevlanda Jalal ad-Din Rumi dalam rangka perayaan 800 tahun kelahiran Rumi, Hamilton menyebutkannya sebagai catatan bahwa "kemarin, pangeran mengaku pernah melakukan kunjungan pribadi pada 1992 ke tempat suci tersebut."
- Setelah menyaksikan penari darwis berputar seperti gasing di sebuah pusat kebudayaan, dalam suatu sambutan Charles mengatakan, "Apapun itu, bagi saya kehidupan Barat telah rusak terpecah-pecah dan parsial." Timur, pada pihak lain, dia meneruskan, memberikan kepada kita "metafora bagi jiwa-jiwa." Kala itu, dia pun mengutip Al-Qur'an dan Hadith.
Penambahan 16 Desember 2007: Puteri Diana pun nyaris menjadi mualaf. Tentu, ada andil Dodi Fayad dalam hal ini, yang masih banyak diperdebatkan. Tetapi sebelumnya, dia terlibat selama dua tahun dengan Dr. Hasnat Khan, dalam apa yang tampaknya menjadi hubungan yang mendalam dan serius. Di sini, kita tahu bagaimana Ronni L. Gordon dan David M. Stillman menandainya pada 1997 dalam "The Charles of Arabia," Charles dari Arabia.
Pantas dicatat bahwa Pangeran Charles bukan satu-satunya keluarga bangsawan yang terkait dengan dunia Muslim. Mantan istrinya, Lady Diana kerapkali berurusan dengan Hasnat Khan, seorang ahli bedah jantung yang berbasis di London. Seperti Charles yang mengenakan ikat kepala doa Muslim, Lady Di pun mengenakan shalwar kameez selama berkunjung ke tengah keluarga Khan di Pakistan. Harian London, Sunday Mirror melaporkan bahwa keluarga Khan menyetujui kemungkinan menikahi ratu 35 tahun yang janda itu. Dan tentang anak-anak mereka, kutip sang ratu (melalui seorang "teman") dia berharap Khan menjadi ayah tiri bagi dua anaknya, Pangeran William dan Harry. Sementara perceraian Diana dari warisan tahta Kerajaan Inggeris secara pribadi menangggalkan status keluarga bangsawan, namun anak-anaknya tetap menjadi pewaris utama tahta kerajaan dengan seorang ayah tiri penganut Muslim.
Rincian lebih jauh muncul seputar kemungkinan dia menjadi mualaf, melalui sebuah wawancara dengan ayah Khan, Abdul Rasheed Khan. Berikut ini, sejumlah kutipan dari sebuah artikel yang diterbitkan Sunday Telegraph karya Massound Ansari dan Andrew Alderson:
Dr. Hasnat Khan, seorang Muslim, mengakhiri hubungannya dengan Ratu hanya beberapa bulan sebelum "kematiannya" setelah menyimpulkan bahwa perkawinan antara mereka akan berakhir gagal. Dr. Khan memberi tahu keluarganya: "Jika saya menikahi dia, maka perkawinan kami tidak bakal berlangsung lebih dari satu tahun. Secara kultural kami beda satu sama lain. Dia dari Venus dan saya dari Mars. Bilamana perkawinan itu terjadi, maka ia seperti perkawinan dari dua planet yang berbeda."…Khan mengatakan puteranya sudah menjelaskan kepadanya bahwa Diana adalah seorang yang "mandiri" dan "ramah." Tetapi dengan menambahkan perbedaan agama antara mereka, maka itu berarti anaknya tidak mampu melihat hubungan mereka abadi, walau mempertimbangan untuk meminta dia menikahinya .
Pelacakan lebih jauh atas kematian sang putri terdengar jelas pekan lalu dari salah satu teman terdekatnya, Rosa Monckton. Menurut Monckton, Diana sama sekali tidak berencana menikahi Dodi Fayed yang meninggal bersama dia dalam kecelakaan mobil di Paris,10 tahun silam dan bahwa dia masih tergila-gila pada Dr. Khan. Monckton mengatakan sang puteri merasa "sangat galau dan terluka" ketika Dr. Khan memutuskan hubungan mereka, pada musim panas 1997. "Lady Di sangat mencintai dia. Dia berharap mereka bisa memiliki masa depan bersama. Dia ingin menikahinya," ungkap Monckton dalam suatu dengar pendapat…Bisa dipahami bahwa pada satu titik, sang ratu ingin menjadi mualaf agar bisa menikahnya tetapi membuang pemikiran itu ketika Dr. Khan memutuskan bahwa hubungan mereka tidak bisa berlangsung lama.
Menurut Monckton, dia dan Diana
lama mendiskusikan kehidupan cinta sang puteri selama liburan bersama mereka di Greek Island, dua pekan sebelum Diana meninggal dunia. Sang puteri menghabiskan jauh lebih banyak waktu berbincang tentang Hasnat Khan ketimbang tentang Dodi. Monckton mengatakan: "Jelas bagi saya bahwa dia benar-benar kangen dengan Hasnat dan saya pikir Dodi merupakan pengalihan dari luka yang dia rasakan akibat terputusnya hubungan mereka."
Komentar: Nampaknya, William and Harry sudah sangat dekat untuk menjadi "pewaris utama tahta Inggeris dengan seorang ayah tiri Muslim."
Penambahan 14 Januari 2008: Banyak sekali berita seputar tewasnya Lady Di yang berasal dari Paul Burrell, kepala pelayan kerajaan yang diminta memberikan kesaksian.
Pertama, ibunda Diana, Frances Shand Kydd, mengeluarkan kata-kata kasar terkait hubungan puterinya dengan pria Muslim. Diana sebaliknya berniat menyelesaikan konflik dengan ibunya dan memberi tahu pihak pengadilan Inggeris soal itu. Burrell melaporkan bahwa dalam pembicaraan antara keduanya, enam bulan sebelum Diana tewas, Kydd, sang ibunda "menyebut sang ratu sebagai pelacur. Dikatakannya dia pergi keluyuran dengan pria Muslim berkulit gosong dan dia pun memalukan. Dia juga mengatakan hal-hal jorok lain tentang Diana." Diana menanggapinya dengan bersumpah tidak akan berbicara dengan ibunya lagi.
Kedua, Burrell memberitahukan rencana Diana untuk menikahi Hasnat Khan.
Burrell mengatakan, dia diminta berupaya mempersiapkan perkawinan rahasia (private) antara Diana dan Khan. Burrell pun melangkah jauh dengan berkonsultasi dengan seorang pastor Katolik seputar kemungkinan itu. Dia pun mulai mempersiapkan kamar-kamar di rumah Diana di Istana Kensington bagi Khan. Pasangan itu bubar beberapa pekan sebelum hubungannya dengan Dody Fayed dimulai. Tetapi Burrell memberi tahu tim pencari fakta bahwa dia yakin Diana masih "menyimpan sebuah lilin" untuk Khan sehingga hubungannya yang baru merupakan cara untuk membuat Khan cemburu.
Sebaliknya, dia tidak mempunyai "kesan bahwa Dodi Fayed merupakan "pria" dalam kehidupan Lady Di. Meski demikian, dia menggambarkan hubungan itu sebagai "masa sangat menyenangkan" bagi Diana.
Penambahan 4 Maret 2008: Hasnat Khan berbicara soal Diana kemudian ditafsirkan oleh Harian Daily Telegraph. Pembicaraannya memperlihatkan bahwa dia diperkenalkan kepada dua putera Diana, Pangeran William dan Harry. Khan mengatakan jika dia dan Diana "menikah, dia tidak mengharapkannya menjadi mualaf. Satu-satunya keprihatinannya adalah dengan agama apa mereka membesarkan anak-anak dari perkawinan baru mereka."
Penambahan 9 Februari 2010: " Pangeran Charles bersumpah di samping para penari putar darwis pada perayaan yang disponsori oleh Shaykh Hisham Kabbani" menuliskan judul dalam Harian Asian News. Berikut ini, sejumlah rinciannya:
Pangeran Charles menjadi tamu kehormaan pada perayaan budaya Muslim Sufi di Manchester United's Old Trafford. Di sana dia dihibur para penari putar berpakaian tradisional. Ketika memasuki ruangan yang tenang di stadium, Pangeran Charles disambut oleh para artis, pemimpin agama dan musisi. Dia menikmati musikalisasi pembacaan Al-Qur'an yang diiringi tarian para penari putar darwish dengan pakaian tradisional mereka.
Penambahan 16 Maret 2010: Dalam suatu kunjungan ke Polandia, Charles menempuh langkah yang sangat tidak biasa. Dia mengunjungi sebuah masjid kecil dari kayu, Masjid Tatar, di Kruszyniany. Tampak dia berbincang-bincang dengan imam di sana dan menikmati sejumlah makan tradisional Tatar, termasuk pirogue pierekaczewnik.
Pangeran Charles sedang berbincang dengan imam Masjid Tatar mosque di Kruszyniany, Polandia. |
Penambahan 10 Juni 2010: Charles mengatakan kita harus mempelajari kebijakan lingkungan hidup dari Islam. Anjuran itu disampaikannya dalam sebuah pidato selama satu jam tentang "Islam dan Lingkungan Hidup" di Teater Sheldonia Universitas Oxford atas nama Pusat Studi Islam Oxford. Rebecca English dari Harian Daily Mail, melaporkan; "pewaris tahta kerajaan mengatakan perusakan oleh manusia atas dunia itu bertentangan dengan Alkitab semua agama, khususnya kebijakan Islam." Dia "berbicara secara mendalam tentang penelitiannya sendiri atas Al-Qur'an yang dikatakannya menjelaskan kepada para pengikutnya bahwa tidak ada pemisahan antara manusia dan alam" dan mengatakan, kita harus selalu hidup dalam batasan-batasan alam kita." Dia juga mengatakan;
Fakta yang merepotkan adalah bahwa kita hidup di planet ini bersama ciptaan lain karena alasan yang sangat bagus. Dan bahwa, kita tidak dapat hidup sendirian tanpa ada jaringan hidup sekitar kita yang seimbang sekaligus ruwet. Islam selalu ajarkan hal ini sehingga mengabaikan pelajaran itu sama dengan melalaikan kontrak kita dengan ciptaan.
Penambahan 14 Maret 2013: Pangeran Charles belajar Bahasa Arab dan itu diakuinya dalam sebuah perjalanan ke Qatar. Harian The Daily Telegraph (London) mengisahkan kasus ini:
Pangeran berada di Doha mengikuti peluncuran Jaringan Alumni Inggeris-Qatar bagi warga Qatar yang belajar di berbagai universitas Inggeris. Pada kesempatan itu, dia mengatakan kekagumannya kepada sekelompok tamu: "Kalian semua sangat bagus berbicara Bahasa Inggeris."
Dr Mohammed Bin Saleh Al-Sada, kedua asosiasi yang baru dibentuk sekaligus menteri eneegi Qatar bertanya kepada sang pangeran, jika dia bisa berbicara bahasa Arab apapun, sang pangeran pun menjawab; "Saya pernah berjuang untuk belajar bahasa Arab tetapi menyerah. Pelajaran masuk lewat satu telinga dan keluar lagi lewat telinga lainnya." Dr. Al-Sada menimpalinya dengan berkata; "Memang tidak pernah terlambat untuk belajar."
Belakangan, seorang pembantu pangeran membenarkan bahwa pangeran baru-baru ini mendapat pelajaran bahasa Arab kemudian menambahkan; "Dia memang sangat tertarik dengan kawasan itu." Sang pangeran memang bisa berbicara bahasa Perancis dengan bagus, sedikit bahasa Jerman dan pernah belajar bahasa Welsh, bahasa dari sebuah kawasan di selatan Inggeris.
Kisah media karya Gordon Rayner itu sedikit membicara sentuhan budaya lokal: "Semua wanita yang menghadiri resepsi mengenaikan pakaian hitam dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan shaila tradisional di atas kepala diikuti abayya yang menutupi tubuh. Semua pria di ruangan itu mengenakan pakaian tradisional mirip jubah berwarna putih dari leher hingga kaki dengan ghitra di kepala mereka yang diikat dengan pita yang disebut igul."
Pangeran Charles bertemu masyarakat Qatar yang kuliah di berbagai universitas Inggeris. |
Komentar: (1) Kita pantas bertanya-tanya mengapa pangeran bepergian menuju Qatar untuk kegiatan remeh seperti peluncuran Jaringan Alumni Inggeris–Qatar. Dia pun tampaknya bakal mengukuhkan kekuatan Qatar di Kerajaan Inggeris Raya atau perhatian Charles terhadap Timur Tengah atau kedua-duanya (2) Guna melihat hubungan antara belajar bahasa Arab dan menjadi mualaf, lihatlah blog saya yang agak panjang pada "The Arabist and Islamist Baggage of Arabic Language Instruction." (Beban Ahli Bahasa Arab dan Islamis Soal Pelajaran Bahasa Arab."
Penambahan 20 Agustus 2013: Sedikit menyimpang: Ezra Levant mencatat bahwa Justin Trudeau, Ketua Partai Liberal Kanada, hadir di Masjid Surrey Jamia di British Columbia selama sholat maghrib dengan mengenakan jalabiya Arab bahkan ikut sholat termasuk mengucapkan hingga selesai kalimat shahadat yang merupakan pengakuan iman Islam. Sementara itu, isterinya Sophie, "baru-baru ini memajang fotonya bersama ibu Trudeau, Margareth sebagai tanda hormat terhadap Hari Ibu. Dalam foto itu, kedua-duanya mengenakan jilbab Muslim yang menutupi rambut. Mengapa kau lakukan itu pada Hari Ibu—sebuah hari libur sekular tanpa ciri Islam atau etnis sama sekali? Mengapa menambahkan unsur Shariah?" Oh ya, penasehat kebijakan senior Trudeau kebetulan adalah Omar Alghabra, seorang Islamis yang sudah sangat dikenal oleh pembaca blog ini.
Levant memang menulis bahwa terlepas dari peristiwa itu lebih bernuansa pencitraan atau pura-ura, dia tidak berpikir Trudeau adalah Muslim.
Penambahan 18 Desember 2013: Kemarin, dengan sikap sangat berubah dan mengagetkan, Pangeran Charles memfokuskan diri diri pada masalah penderitaan kaum Kristiani di Timur Tengah di tangan kaum Islamis, ketika dia berkunjung ke cabang gereja Mesir dan Suriah di Inggeris.
Kita tidak dapat mengabaikan fakta bahwa kaum Kristiani di Timur Tengah terus menerus dengan disengaja diserang oleh militan fundamentalis Islamis. Selama 20 tahun, saya berjuang membangun jembatan penghubung antara Islam dan Kristiani guna menghilangkan sikap bodoh dan kesalahpahaman. Tentu, poin pentingnya adalah bahwa kita kini telah sampai pada krisis di mana jembatan sengaja dihancurkan dengan cepat oleh orang-orang yang berkepentingan untuk melakukan hal demikiran. Hal itu tercapai lewat intimidasi, tuduhan yang salah dan pembunuhan terorganisasi atas komunitas Kristiani di Timur Tengah masa kini. Secara literer. Agama Kristen lahir di Timur Tengah dan kita tidak boleh melupakan saudara-saudari Timur Tengah kita dalam Kristus.
Komentar: Haruskah ada sesuatu terjadi untuk membuka mata Charles terhadap bahaya Islamisme? Bagaimanapun, jika ada perubahan, maka dia jadi isyarat penting bagi Inggeris Raya.
Penambahan 18 Februani 2014: Charles sekali lagi mengenakan pakaian ala Muslim. Kali ini untuk terlibat dalam "tarian pedang" di Saudi Arabia.
Pangeran Charles ikut menari dalam Tarian "Arda" di Riyadh. |
Penambahan 1 Mei 2014: Kisah baru lagi tentang persoalan Salman Rushdie, kutip Martin Amis atas reaksi Pangeran Charles pada 1989 terhadap dekrit Khomeini yang melawan Rushdie:
Saya berdebat dengan Pangeran Charles pada sebuah jamuan makan malam. Dia katakan, dengan gayanya yang sangat khas, nampaknya bagi saya, "Saya minta maaf, tetapi jika seseorang menghina keyakinan terdalam orang lain, baiklah," blah blah blah… Dan saya katakan sebuah novel tidak dirancang untuk menghina siapapun. "Novel ditulis untuk memberikan kesenangan kepada para pembacanya," saya katakan kepadanya. "Sebuah novel pada dasarnya upaya menghibur dan novel itu sangat lucu." "Pangeran nampaknya memahaminya, tetapi saya kira pada malam berikutnya pada pesta lain, dia akan mengatakan hal yang sama.