Pada, 26 Nopember 2003, Middle East Media Research Institute (Institut Penelitian Media Timur Tengah—MEMRI) meluncurkan kepada publik hasil penelitiannya berjudul, "Calon Presiden Bush untuk Komisi Kebebasan Agama Internasional, Prof. Khaled Medhat Abou Al-Fadl Memberi Peringatan Menentang Pemilihan Kembali Bush." MEMRI berhasil menemukan sebuah terjemahan wawancara Khaled yang diterbitkan 19 Oktober 2003 dalam sebuah majalah mingguan Mesir, October. Mingguan itu mengutip pernyataan Abou El Fadl yang mencemarkan nama baik George W. Bush sebagai "seorang fundamentalis religious Kristen" dan menyesalkan kenyataan bahwa berbagai organisasi Islam "sayangnya" sudah membantu dia mencapai Gedung Putih. Dia lantas mengingatkan adanya bahaya, "Jika Bush berusaha tetap bertahan [sebagai presiden] untuk periode kedua…karena kini dia tidak lagi peduli dengan masa depan politiknya sehingga dia bisa saja berspekulasi dengan kebijakan yang salah."
Di Washington, menentang seorang presiden yang sudah mengangkat anda memang tidak dianggap contoh yang salah. Tidak heran, Abou El Fadl langsung menanggapi publikasi MEMRI. Caraya, dengan mencela wawancara Majalah October sebagai "kekanak-kanakan" dan berbagai kutipan [MEMRI] sebagai "rekayasa yang sangat menyakitkan" yang "benar-benar tidak bisa dipercaya." Dia lantas tegas mengatakan bahwa berbagai kutipan yang dilakukan MEMRI tidak sesuai dengan wawancara yang diterbitkan dalam mingguan tersebut.
Persoalan muncul dari Katherine Mangu. Dalam artikelnya yang indah dalam Weekly Standard hari ini berjudul "Kekacauan Akibat Wawancara Muslim Moderat Khaled Abou El Fadl Misteris di Mesir," sebagian klaim itu memang benar. "Sejumlah paragraph dari wawancara," tulisnya, "sementara tidak sesuai dengan pribadi Abou El Fadl sebagai tokoh moderat pro-Barat, namun sesungguhnya menggemakan berbagai pernyataannya sebelumnya. Mangu Ward lantas merinci sikap konsisten ini dalam tiga bidang; organisasi Islam di Amerika, perang di Irak dan akhirnya misionaris Kristen di Irak.
Tetapi kesamaan itu berlangsung lebih jauh. Sebagai contoh, pada Juli 2002, Abou El Fadl menulis tentang "fanatisme evangelis menjelang atas pemeintahan yang sedang berkuasa, yang jelas menggambarkan kebijakan luar negeri dan legislasinya di dalam negeri." Pernyataan itu bernada sangat mirip dengan pernyataannya bahwa presiden adalah "seorang fundamentalis relijius Kristen" dalam wawancara Majalah October.
Pembicaraan Abuou El Fadl yang terus terang kepada media Mesir muncul sebagai sesuatu yang sangat mengejutkan, walau tidak luar biasa. Karena, para ahli studi Timur Tengah memang cenderung berbicara lebih terus terang di media berbahasa Arab ketimbang pada media yang berbahasa Inggeris. Martin Kramer mencatat contoh tentang pernyataan keras Rashid Khalidi dalam Televisi Al-Jazeera, kemudian menambahkan, "Saya perhatikan bahwa Khalidi tidak pernah membuat pernyataan dalam bahasa Inggeris yang bisa diperbandingkan, mungkin karena alasan ini. Pernyataan keras bisa menghancurkan reputasinya sebagai moderat yang membangun jembatan penghubung…Tetapi Khalidi, dalam media bahasa Arab, di Televisi Al-Jazeera, adalah benar-benar orang yang lain sama sekali." Dan hal yang sama rupanya terjadi pada Abou El Fadl dalam Majalah Mingguan October ( 13 Desember 2003).
Penambahan 21 Maret 2004: Saya mencurahkan artikel berskala penuh guna memperlihatkan agenda nyata sang proferor itu dalam tulisan berjudul, "Stealth Islamist: Khaled Abou El Fadl." (Islamis Siluman: Khaled Abou El Fadl).
Penambahan 4 Februari 2005: Dalam tulisan bertajuk "Khaled Abou El Fadl Reveals His Islamist Outlook," (Khaled Abou El Fadl Memperlihatkan Tinjaun Islamisnya) saya lebih jauh bukti tentang kecenderungannya.