Pada 1997 – 1998 lalu, pemerintah Israel di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Binyamin Netanyahu, menangkap dan memenjarakan seorang wanita muda. Tatiana Soskin (juga diucapkan dengan Tatyana Suskin), namanya. Langkah yang mendapat dukungan Washington itu dilakukan karena sang wanita muda itu memasang poster yang menggambarkan nabi kaum Muslim, Muhammad, sebagai babi di Hebron. Aksi itu menyebabkan pengadilan mendakwanya dengan berbagai kejahatan. Dia pun dijatuhi hukuman dua tahun penjara ditambah dengan satu tahun masa percobaan.
Menanggapi insiden itu, saya pun menulis artikel tentang kasus tersebut dengan judul, "[Hebron Pig Poster Incident:] How Clinton Adheres to the 'Rushdie Rules'" ([Insiden Poster Babi Hebron:] Betapa Clinton Patuhi 'Perintah Rushdie"'). Belakangan saya tinggalkan topik itu: yang tampaknya menjadi, insiden yang satu kali saja terjadi, sehingga lebih sebagai olahraga.
Poster karya Soskin dari tahun 1997. |
Tetapi tampaknya tidak demikian yang terjadi. Sebagai pendukung Soskin, Zvi Golan, kala itu menulis: "Saat sebuah museum di Tel Aviv memamerkan berbagai foto para pria telanjang terbungkus dalam tefilin dan pada saat yang sama, museum nasional Israel di Yerusalem memamerkan sesuatu yang berbau erotik yang diidentifikasikan dengan Eva Braun, Tatiana Soskin tengah berada di penjara. Penyebabnya adalah karena dia tidak menghina Yudaisme tetapi Islam." Karena itu, entri weblog itu akan menjabarkan topik tentang sikap standar ganda itu, satu untuk Yudaisme dan yang lainnya untuk Islam.
Untuk memulai entri weblog itu, saya masukan artikel Ben Kurtzer menulis berjudul, "In Israel There Is Free Speech for Some" (Di Israel, Ada Kebebasan Berbicara Bagi Segelintir Orang").
Hadiah Israel yang bergensi untuk bidang seni patung telah dianugerahkan kepada Yigal Tumarkin [yang ] mendandani seekor babi dengan pakaian berumbai-rumbai. Pada 4 Nopember 1988, Yigal memberitahu Tel Aviv Magazine bahwa ketika melihat haredi bangsa Yahudi, dia bisa memahami Nazi. Suatu ketika dia bahkan pernah mengatakan ingin menembak mati Raphael Eitan dan Rehayam Ze'evi.
Dia pun melabeli Walikota Tel Aviv, Shlomo Lahat, "Papa Doc" karena mengusulkan memindahkan piramida gelas "jungkir balik" karyanya yang mengingatkan orang pada Holocaust karya Tumarkin dari luar gedung balaikota. Belakangan, dia menerbitkan surat "mencabut pernyataannya" lewat sebuah opini di sebuah media, Hadashot, 10 hari kemudian. Dalam artikel itu dia menulis, "Penampilan luar bangsa Yahudi yang aneh berbarengan dengan pernyataan penuh keangkuhan bahwa Allah memilih kami… menyebabkan budaya-budaya sekitar yang keras bangkit untuk melawan… minoritas sombong ini … Citra licik, bangsat ambisius yang suka meminjamkan uang dengan bunga selangit, mengubah bangsa Yahudi berhidung mancung dan bengkok berbuluh itu menjadi musuh peradaban…yang tidak membantu kaum Yahudi yang lahir kemudian namun sudah tercerahkan.
(19 Januari 2004)
Penambahan 25 Noepmber 2008: Sultan Knish berkisah tentang Gershon (Gregory) Trastman, seorang penulis untuk Vesti, sebuah suratkabar berbahasa Rusia yang konservatif di Israel. Sebuah puisi karya Gershon, yang merujuk kepada demografi Arab sebagai senjata melawan Israel, membuatnya mendapat masalah. Berikut itu, terjemahan kasar puisi itu;
Bagaimanapun, hari ini di Israel ada
Mimpi buruk, sejuta orang Arab lewat
Meningkat tidak melemah atau berhenti
Menatap mereka dan pandanganmu menjadi gelap
Saya akan memberi tahu bangsa Yahudi tanpa menyakitkan hati
Pada malam hari mereka bertani dan bentuknya penuh
Sesudah gerhana rembulan bersinar,
Ada nafas maut, arah mana akan ditemukan?
Kelinci, kucing dan siput tidaklah sepadan
Apakah dengan melewatinya saya bakal Beruntung atau Meramalkan
Sudah kami tapaki jalan menuju Makam Malam
Makam Malam, kandungan seorang wanita Arab
Selain itu, Sergei Podrazhansky, editor halaman opini Suratkabar Vesti kini pun sedang diajukan ke pengadilan.
Komentar: (1) Dua kasus seperti ini memperlihatkan bahwa episode Soskin bukanlah suatu penyimpangan tetapi bagian dari sesuatu yang lebih besar. (2) Dhimmitude nampak bakal berkembang subur di Israel.
Stiker bumper mobil "Tidak Ada Orang Arab – Tidak ada Terorisme " dalam bahasa Ibrani. |
Penambahan 25 Februari 2009: Slogan "Tidak ada warga Arab – Tidak ada Terorisme" muncul selama pascaaksi kekerasan September 2000 dan 20002. Slogan itu dianggap rasis oleh Jaksa Agung, Elyakim Rubinstein. Meskipun demikian, Neria Ofan, 37, memasang stiker berisi slogan itu pada bumper mobilnya, ketika berkendaraan melewati Tepi Barat menuju kediamannya di Yitzhar, pada 2004. Dalam keputusan sidang 18 Februari, Hakim Shulamit Dotan dari Pengadilan Magistrat Yerusalem mengatakan Ofan terbukti bersalah menghasut rasisme. Dia lantas menjelaskan alasannya;
slogan itu dicermari oleh rasisme karena menghubungkannya dengan seluruh penduduk Arab, tanpa membedakan para anggotanya dan pelaksaan tindakan terror mengerikan itu. Jadi ia memperlihatkan perasaan permusuhan dan kebencian terhadap seluruh populasi hanya karena asal etnis bangsanya. Slogan juga memperlihatkan ada solusi terhadap "persoalan' itu dalam bentuk hukuman kolektif terhadap populasi Arab dengan membuatnya hilang, entah dengan mengusirnya atau dengan sarana-sarana lain sehingga pembaca hanya perlu membayangkan sejauh negara ini "bersih" dari orang-orang Arab."
Ofan bakal dijatuhkan hukuman kemudian. Dia adalah orang kedua yang dijatuhkan hukuman karena menggunakan slogan. Yang pertama, David Ha'ivri yang dijatuhkan hukuman enam bulan kerja melayani masyarakat untuk membagikan kaos bertulisan slogan itu.
Menanggapi putusan tersebut Ofan mengatakan bahwa kedua putusan "sedikit tidak logis" dan "hukumnya pun diterapkan secara selektif."
Itamar Ben-Gvir juga menuduh polisi dan pihak pengadilan bersikap standar ganda. "Kami melihat bahwa ketika orang-orang Arab menyanyikan "Maut Bagi Orang Yahudi" seperti yang mereka lakukan baru-baru ini di Ummel el-Fahm, polisi maupun Kantor Jaksa Agung tidak berbuat apa-apa." Dia juga yakin bahwa slogan "Tidak ada Orang Arab – Tidak Ada Terorisme" tidak sama dengan seruan langsung untuk melakukan aksi kekerasan.
Barak Medina, profesor hukum Universitas Ibrani pun setuju. Dia mencatat bahwa tidak ada pendekata yang seragam dalam berbagai kasus semacam ini, yang dipengaruhi oleh suasana publik dan lingkungan politik umum. Dia juga mencatat bahwa penegakan hukum Israel itu jatuh lebih peka terjadap pernyataan-pernyataan yang diarahkan menentang kaum minoritas.
Komentar: Berbeda dari itu, stiker mobil bertuliskan "Tidak Ada Kaum Muslim – Tidak Ada Terorisme" dijual tahun 2003 pada sebuah Konperensi Aksi Politik Konservatif di Washington D.C. dan tidak seorang pun ditangkap.
Penambahan 2 Maret 2009: Ketika mengetahui bahwa "seorang anggota pemain dalam versi Israel dari sebuah reality show, Survivor bahwa dia menyebutkan nama sepatunya sebagai Muhammad, "Saya bertanya-tanya apakah penjara sudah menunggunya. Sampai sebegitu jauh satu-satunya reaksi yang saya temukan adalah bahwa Sekjen GCC, Abdul Rahman Al-Attiyah kemarin, seperti ditafsirkan oleh sebuah suratkabar Saudi, Arab News"menyerukan komunitas internasional dan PBB untuk mengambil langkah-langkah cepat untuk mengentikan penghinaan para nabi dan agama-agama."
Penambahan 9 Maret 2009: Berbagai insiden di Hebron memperlihatkan bahwa Pemerintah Israel kurang memberikan perhatian untuk melindung Yudaisme ketimbang Islam. Efrat Wess melaporkan untuk suratkabar Yedi'ot Aharonot dalam artikel berjudul, "Buku Doa di Tempat Suci Dirusak" sebagai berikut;
Polisi melakukan investigasi pada Senin setelah para pemukim Yahudi di Hebron menuduh warga Palestina menghancurkan buku-buku doa dan mazmur di Gua Para Bapak Bangsa. Jurubicara bagi para pemukim Yahudi di Hebron, Noam Arnon, mengaku ada sikap standar ganda yang sedang diperlihatkan (pemerintah). "Jika Al-Qur'an yang dirobek-robek, maka tidak saya ragukan lagi bahwa kasusnya akan ditangani secara drastic dan langsung. Tetapi ketika perusakan dilakukan terhadap tempat sudi Yahudi, maka tidak diperhatikan tetapi malah ditutup-tutupi," urainya.
Setiap tahun para pendoa Yahudi dan Palestina diijinkan berdoa selama 10 hari di gua suci. Pada hari Senin, para pendoa Yahudi tiba di sana. Ternyata, mereka menemukan buku-buku suci mereka sudah dirusak selama salah satu hari suci Muslim untuk berdoa di gua tersebut. Menurut Arnon, insiden itu bukan yang pertama terjadi. "Setelah setiap hari seperti itu kami mengumpulkan shards dan menilai jumlah kerusakan. Kali ini, kerusakan terjadi pada buku-buku doa dan mazmur. Pada masa lalu, kerusakan terjadi pada mezuzot, mebel, pipa dan keran-keran air," tambahnya. Ditambahkannya lagi bahwa mereka sudah melaporkan keluhan mereka kepada pihak berwajib, tetapi tidak ada gunanya. "Tidak seorang pun pernah diinterogasi atau diadili. Tidak ada sanksi terjadi guna mencegah insiden semacam ini," urainya lagi.
Anggota Knesset Uri Ariel (dari Partai Uni Nasional) menanggapi insiden itu dengan mengatakan, "perilaku biadab para perusuh Hebron, yang merusak buku-buku suci di Gua Para Bapak Bangsa sekali lagi membuktikan bahwa mereka adalah pelaku agitasi dan perusak yang menemukan diri mereka berada di antara masyarakat yang beradab." Dia lalu menambahkan bahwa pemerintah masa datang, di mana partainya diramalkan akan mengikuti Pemilu akan berjuang untuk mengamankan pengawasan penuh atas tempat suci kaum Yahudi.
Pihak kepolisian mengatakan bahwa investigasi sudah dilakukan. Sampai sebegitu jauh belum ada yang ditahan.
Penambahan 17 Augustus 2011: Warga Israel menghina warga Israel tidak menghadapi tuntutan kriminal: Kenyataan itu terlihat ketika poster seekor babi yang sangat mirip dengan garapan Soskin, tetapi dengan nama Ariel Sharon di dalamnya. Ternyata, karya itu tidak menimbulkan masalah juga tidak menyebabkan Ron Magal dibawa masuk penjara. Ron Magal yang melukis poster itu ketika tampil di sebuah galeri Tel Aviv, tulis Boaz Arad dalam suratkabar Anochi, bahwa yang menarik, Negara Yahudi harus melindungi keluhuran martabat kaum Muslim yang tidak menghalalkan daging babi dibandingkan dengan kaum Yahudi.
Tidak ada penjara karena membuat ilustrasi ini. |
Penambahan 29 Mei 2013: Seorang Muslim anggota parlemen di Israel, Ibrahim Sarsour dari Partai UAL-Ta'al mengajukan RUU yang menjatuhkan hukuman atas orang yang mengutuk, menghina dan mempublikasikan foto atau karikatur buku suci atau nabi termasuk Nabi Muhammad, Musa dan Yesus. Menurut Sarsour, RUU itu menghukum "serangan dalam bentuk apapun—pembicaraan, lukisan—yang merugikan perasaan keagamaan masyarakat, langsung atau tidak langsung."
Sarsour menjelaskan bahwa, walau belum ada karikatur menyakitkan tentang Nabi Muhammad tersebar di Israel akhir-akhir ini, undang-undang akan mencegah insiden seperti ini terjadi pada masa datang. Dia lantas menunjukkan bahwa para penggemar sekolah kerap menyanyikan hal-hal yang berkaitan dengan Nabi Muhammad yang menyakitkan kaum Muslim. "Tidak ada perbedaan antara agama dan nabinya. Dan undang-undang seperti itu perlu, terlepas dari apakah fenomena itu ada, karena dia bisa saja ada," urainya.
Undang-undang yang sekarang berlaku yang menghukum "serangan serius" terhadap agama belum cukup, tambah Sarsour. Karena itu urainya, sudah tiba waktunya untuk memberikan hukuman yang lebih berat berupa denda yang tinggi dan hukuman penjara sehingga menghalangi orang untuk menghina agama. Sarsour melihat tidak ada masalah kebebasan berbicara dengan perundang-undangan. Dikatakannya bahwa dia membuat "perbedaan jelas antara hak untuk mengungkapkan pendapat dan perasaan yang merugikan agama. Ada garis mereka, dan tidak pembenaran untuk melewati batas itu."
RUU itu tampaknya tidak mungkin disahkan, karena tidak mendapat dukungan dari para anggota Knesset di luar Partai UAL-Ta'al atau dari kalangan koalisi.
Penambahan 18 Oktober 2013: Ada tuntutan kriminal, walau tidak terlalu berbeda. Hakim Mahkamah Agung, Salim Joubran, seorang Arab Kristen yang mengetuai Komisi Pemilu Pusat memberikan larangan untuk menyebarkan iklan Pemilu tingkat kotamadya Partai Likud. Iklan itu menyerukan untuk menghentikan adzan pada pagi hari dari masjid-masjid di Jaffa. Pertimbangannya, iklan itu bakal menyerang perasaan kaum Muslim. Iklan itu menuliskan, "Menyuruh muadzin di Jaffa diam? Hanya Partai Likud yang sanggup." Setelah para anggota Partai Buruh mengeluhkan masalah iklan tersebut kepada Komisi Pemilihan Umum, Joubran lalu melarang iklan disebarkan dengan pertimbangan bahwa ia "ia nyaris pasti sangat menyakitkan hati penduduk Arab Muslim di Negara Israel."
Penambahan 31 Juni 2014: Seorang bartender, pelayan bar yang berdiam di Beer Sheba, Lior Cohen, 22 ditangkap dan diinterogasi karena komentarnya dalam halaman Facebook bahwa "Orang Arab sejati adalah orang Arab yang ada dalam kubur." Cohen lalu meminta maaf. Karena itu dia dijatuhkan hukuman hanya menjalani tahanan rumah selama 10 hari dan tidak boleh menggunakan internet selama 30 hari.
Penambahan 5 Februari 2015: Atas permintaan anggota Knesset, Ahmad Tibi dan Gabungan Daftar Orang Arab, Salim Joubran ( Orang Arab Kristen yang masih memimpin Komisi Pemilu Pusat hingga kini), memerintahkan Yisrael Beytenu supya tidak membagi-bagikan Majalah Charlie Hebdo yang bergambar sampul Nabi Muhammad yang tersisa miliknya termasuk juga bungkusan lain berisi kecaman terhadap AhmadTibi, sebagai bagian dari proses Pemilu. Partai Arab pun mengajukan petisi kepada komisi, mengungkapkan kekerasan yang bisa ditimbulkan oleh sampul majalah itu di antara para penduduk Muslim Israel. Liberman memang memborong habis majalah Charlie Hebdo setelah sebuah tokobuku memutuskan untuk tidak menjualnya lagi. Joubran menjelaskan bahwa Majalah Charlie Hebdo yang diperhitungkan sebagai pemberian juga melanggar undang-undang kampanye.
Penambahan 25 Februari 2015: Panel tiga hakim Mahkamah Agung menolak larangan yang dikeluarkan Komisi Pemilu Pusat atas Yisrael Beytenu untuk memberikan secara gratis Majalah Charlie Hebdo. Mahkamah Agung Israel menilai pemberian itu merupakan "propaganda Pemilu yang sah," bukan pemberian. Liberman menyambut baik putusan itu, "Keputusan Mahkamah Agung untuk mengijinkan penyebaran Majalah Charlie Hebdo merupakan pesan penting bahwa Israel tetap sebuah negara Yahudi demokratis dan bahwa kita tidak boleh mengalah kepada ancaman dan aksi kekerasan para anggota Knesset yang Arab yang tengah mencoba mengubah Israel menjadi negara Islam lain lagi."
Avigdor Liberman berkampanye 5 Februari lalu. |