Pada masa kaum Islamis berkuasa ini, ada larangan yang menjadi kisah menarik sekaligus kejam tentang pemerintah dan para penegak moralitas yang mengangkat diri sertamemaksakan agar puasa Ramadhan dijalankan, tidak peduli apapun. Saya akan terus memasang mata, memperhatikan sejumlah episode yang jauh lebih menarik di sini.
Perhatikan perbedaannya dengan kisah-kisah manis tentang kaum non-Muslim yang suka rela berpuasa selama Ramadhan yang saya kumpulkan di sini.
Saudi Arabia: Pihak berwenang Saudi memerintahkan siapapun di negeri itu, non-Muslim maupun Muslim supaya mematuhi larangan Ramadhan (yang dimulai pada 15 Oktober). Itu berarti, mereka harus berpantang makan, minum dan merokok di tempat umum selama siang hari. Ini dituntut, urai Menteri Dalam Negeri Saudi, guna "menghormati perasaan umat Muslim." Kementerian meminta berbagai lembaga, perusahaan dan individu untuk "memahami teks pernyataan ini kemudian menjelaskan kepada majikan serta pekerja mereka, memperingatkan mereka akibat-akibat dari pelanggaran itu." Pernyataan itu mengingatkan bahwa mengabaikan aturan-aturan itu bisa berarti deportasi. "Pihak berwenang akan menempuh langkah-langkah pencegahan seperti mengakhiri kontrak kerja dan mendeportasi para pelanggar aturan."
Komentar: Ini memang langkah logis yang ditempuh kaum Wahabi. Bagaimanapun, upaya itu merupakan bagian dari tekanan mereka yang tanpa henti yang dilakukan secara paksa untuk mendorong pemukim asing Saudi Arabia beralih menganut Islam (karena memang ada kaum non-Muslim dan tidak ada praktek itu bagi non-Muslim Saudi). (11 Oktober 2004)
Pakistan: Menyusul gempa bumi yang menghancurkan Pakistan, Mohammed Mustafa yang tinggal di Islamabad pergi ke Kota Bagh yang tertimpa bencana. Dengan "kaos Polo bergaris, celana coklat keabu-abuan dan pengetahuan tatabahasa Inggerisnya yang lebih baik dari sebagian besar orang di Inggeris," dia berjuang membantu para korban yang membutuhkan bantuannya. Di sana, dia mendirikan dapur di tempat terbuka komunitas, memasak 1.200 porsi makanan setiap hari bagi orang-orang yang berhasil selamat dari bencana gempa bumi yang kelaparan. Tentu saja mempersiapkan begitu banyak makanan berarti banyak persiapan --- menyalakan api, memasak nasi dan memasak daging --- selama beberapa jam.
Tetapi ketika bulan Ramadhan, seorang imam setempat mengunjungi Mustafa. "Apa yang kau lakukan?" teriaknya. "Apakah kau tidak tahu sekarang Ramadhan? Ini tidak diijinkan. Kau tidak boleh memasak makanan siang hari. Itu bertentangan dengan Islam. Hentikan atau saya akan membakar ludes tempat ini. Saya bakar tenda, peralatan masakmu dan segala-galanya."
Mendengar itu Mustafa menjawab, "tentu, jika lapar, orang-orang itu harus makan! Lihat, mereka menderita. Saya juga Muslim. Orang-orang ini tidak punya apa, mereka butuh makanan ini." Pertengkaran yang sangat tajam itu berakhir dengan kompromi. "Jika harus memasak, masaklah pada siang hari," sang imam menyerah. "tetapi jika saya lihat siapa saja di sini makan pada siang hari, saya akan kembali dan membakar tempat ini." (16 Oktober 2005).
Malaysia: Kelantan, satu-satunya negara Malaysia yang dikuasai Parti Islam SeMalaysia (PAS), partai Islam, kini membangga-banggakan apa yang disebut oleh Kantor Berita Agence France-Presse sebagai ""undercover Islamic team" (tim Islam yang menyamar). Tim bertugas mencari umat Muslim yang melanggar Ramadan. Para pejabat berpakaian biasa mengawasi berbagai tempat makan dan menjatuhkan denda RM 20 (atau sekitar Rp 80 ribu) kepada para pelanggar aturan Ramadhan. Tempat-tempat makan umat Muslim yang buka sebelum jam 3 petang menghadapi denda RM 500 atau Rp 6.550 ribu. (17 September 2007).
Iran: Seorang hakim di Kermanshah menjatuhkan hukuman menyundutkan bibir dengan rokok atas seorang umat Kristen yang kedapatan makan pada siang hari saat Ramadhan. Hukuman itu dijatuhkan di alun-alun kota. Oh ya, ada juga lima pria Muslim yang dijatuhi hukuman 70 cambukan di depan publik. Kesalahan mereka adalah karena tidak berpuasa. (23 Juli 2014).