Pembunuhan demi kehormatan dalam Islam biasanya menyasar kaum wanita, pemangku kehormatan keluarga ('ird). Jadi bukan kaum pria yang terlibat dengan mereka. Tetapi dalam sejumlah kasus, yang hendak didokumentasikan di sini, kaum pria membunuh atau memenggal pria lain karena alasan-alasan yang terkait dengan "kehormatan keluarganya."
Gadis hamil, kekasihnya dibunuh oleh keluarganya: Seorang ayah Bangladesh dan dua anaknya yang tengah remaja baru saja terbukti bersalah melakukan pembunuhan demi kehormatan di Oxford, Inggeris. Yang membuat kasus itu tidak umum adalah bahwa Chomir Ali, 44 memerintahkan Muhammed Mujibar Rahman 19 dan Mamnoor Rahman, 16, bukan untuk membunuh puterinya dan saudari mereka, Manna Begum. Tetapi seorang pemuda Muslim Iran berusia 19 tahun yang membuatnya hamil, Arash Ghorbani-Zarin. Insiden mengerikan ini (Ghorbani-Zarin ditikam sebanyak 46 kali, nyaris semuanya di dada), mendorong masyarakat Italia untuk berpikir, bukan dunia Muslim, tempat puteri/saudari yang hamil biasanya menjadi korban. (5 Nopember 2005).
Chomir Ali (kiri) dan dua anak lelakinya Mohammed Mujibar Rahman (tengah) dan Mamnoor Rahman. |
Penambahan 13 Desember 2005: Ketika mendengarkan keputusan hakim hari ini, Chomir Ali mendapatkan minimal 20 tahun penjara, Mohammed Mujibar Rahman mendapatkan minimal 16 tahun dan Mamnoor Rahman mendapatkan minimal 14 tahun penjara karena keterlibatan mereka dalam pembunuhan.
Mencegah perkawinan dengan pasangan wanita yang tidak pantas: Rachid (30) dan Mohamed (33) dan seorang saudara ipar mereka, Ali (31) mencoba menculik saudara/ saudara ipar mereka pada hari pernikahannya di Brussel kemudian mengirimkannya pulang ke Maroko, ke negara nenek moyang mereka. Mereka menempuh upaya itu karena menganggap pasangan wanita tidak pantas, tegas pihak jaksa penuntut. (Walau keturunan Maroko, sang gadis memiliki status kewarganegaraan Spanyol). Gagal melakukan ini, selama acara pernikahan pada 5 Juli, mereka beberapa kali memukul sang pria dan mencoba mengikatnya, memaksanya masuk mobil. Para tamu undangan campur tangan melerai aksi mereka, mencegah aksi penculikan dengan memanggil polisi yang kemudian menangkap para trio itu. Komentar: Doktrin Islam tentang kafa'a mempersyaratkan pengantin pria secara sosial seimbang dengan pasangan pengantinnya. Bukan sebaliknya, sehingga kasus ini memang mengejutkan. (7 Juli 2008).
Kekasih dibunuh oleh bakal saudaranya di Kanada: Ketika sedang duduk dalam mobil, Feroz Mangal dan Khatera Sadiqi, 23 dan 20 tahun tertembak hingga tewas oleh saudara Khatera sendiri, Hasibullah Sadiqi, 23 tahun. Dia membunuh mereka karena Khatera memutuskan menikah tanpa persetujuan ayahnya kemudian pindah untuk tinggal bersama keluarga Feroz sebelum menikah. Hampir tiga tahun kemudian, dia terbukti bersalah atas dua tuduhan pembunuhan tingkat pertama dan dijatuhkan hukum seumur hidup di penjara tanpa kesempatan mendapatkan pembebasan bersyarat selama 25 tahun. (31 Mei 2009).
Pria diserang dengan air raksa karena berhubungan dengan wanita menikah: Seorang pria Denmark keturunan Asia, 24 tahun, sedang berada dalam kondisi kritis setelah diserang oleh empat laki-laki sekitar pukul 2 pagi, 2 Juli lalu di Marchant Road, Leytonstone, London timur. Dia dinilai "menghina" sebuah keluarga relijius karena berhubungan dengan seorang wanita yang sudah menikah. Para penyerang menyiramkan air raksa ke wajah hingga kerongkongannya, menikamnya dua kali di punggung dan menghantamnya dengan batu-bata. Ia akhirnya menderita satu mata buta dengan luka-luka parah termasuk lidah dan kerongkongannya. Sekitar 50 persen tubuhnya terbakar demikian juga tulang-tulangnya patah hingga ke wajahnya. Dia dirawat dalam Ruangan ICU RS Broomfield, Chelmsford. Kondisinya dilukiskan kritis walau stabil.
Seorang saksimata mengenang: "Saya melihat empat laki-laki menggebuk, menendangnya hingga terjatuh di tanah. Saya berteriak. Mereka pun berlarian. Kemudian salah seorang dari mereka kembali dan menyiksanya lagi. Pria malang itu mencoba bangun dan berlari tepat menuju sebatang pohon lalu dengan sempoyongan berlari menuju ke rumahnya, menyentak pakaiannya yang terbakar, mendobrak pintu sambil berteriak minta air." Kay Dice, 52, seorang saksimata lain menambahkan, "Dia terus berteriak, tetapi hanya bisa sedikit bahasa Inggeris. Beberapa orang pikir dia mungkin hanya terlalu banyak minum. Saya kira dia punya luka menganga di seluruh punggungnya, dan di sanalah kulitnya mengelupas lepas."
Polisi kemudian menangkap tujuh anak muda. Lima orang yang dibebaskan dengan jaminan, berusia antara 19 hingga 25 tahun, namun didengarkan kesaksiannya di pengadilan. Mereka semua dituntut dengan percobaan pembunuhan. (23 Juli 2009).
Homoseksual disiksa atau dibunuh: Sampai sebegitu jauh, ada satu topik yang jelas-jelas hilang di sini. Yaitu soal perlakuan terhadap pria homoseks Muslim di Barat. Untuk memberikan sejumlah pemikiran atas masalah itu, berikut ini ada sejumlah ringkasan yang diambil dari sebuah studi yang baru dikeluarkan hari ini oleh Human Rights Watch. Judulnya, "'They Want Us Exterminated': Murder, Torture, Sexual Orientation and Gender in Iraq (Mereka Ingin Kami Dibasmi: Pembunuhan, Penyiksaan, Orientasi Seksual dan Gender di Irak). Berikut ini kutipannya,
"seputar isu yang sama di Irak. Selain kepada kaum wanita, para pria juga memangku "kehormatan" keluarga dan suku mereka. Human Rights Watch mendengarkan kesaksian para pria Irak yang menghadapi aksi kekerasan atau pembunuhan karena mereka "kurang jantan," sehingga seluruh keluarga besar merasa malu. Berbagai kisah ini emperlihatkan pentingnya memperlakukan "kehormatan" sebagai masalah dan pemicu pelanggaran hak-hak asasi manusia yang melanda semua gender.
Penyiksaan karena kurang "jantan" dimulai ketika dia masih muda. "Sejak berusia 12 tahun, ayah dan saudara saya memukul dan menghina saya karena penampilan dan perilaku saya yang seperti perempuan," Tayyib, 24 dari Bagdad memberi tahu kami. "Ayah saya terus-menerus memukul saya. Dia juga membakar tangan dan lengan saya dengan besi panas. Para saudara saya memukul saya di mana pun mereka melihat saya bermain dengan gadis-gadis misalnya. Mama mencoba melindungi saya, tetapi tidak berdaya menghentikannya."
Penelitian itu terus menyajikan sejumlah kisah lain yang senada (17 Agustus 2009).
Upaya bunuh laki-laki demi kehormatan jadi kacau, pasangan tidak bersalah malah dibunuh: Juri di Pengadilan Preston Crown di Lancashire, Inggeris tengah mendengarkan sebuah kasus yang melibatkan percobaan pembunuhan atas kekasih laki-laki demi kehormatan:
Hafija Gorji sedang alami masalah perkawinan dengan suaminya. Kemudian, seperti dikisahkan jaksa penuntut Brian Cummings QC; "April tahun lalu, dia bertemu Mo Ibrahim di sebuah pesta pernikahan. Dia menganggap lelaki itu menarik sehingga mengirim sms kepadanya. Kontak itu segera berkembang menjadi relasi seksual antarmereka. Pada bulan September, suaminya menemukan adanya jalinan cinta asmara lalu marah-marah. Dia lari melapor pada polisi, takut suaminya pergi ke rumah Mo sehingga menimbulkan masalah di sana." Para detektif lalu menyelidiki Mo Ibrahim yang mengakui ada hubungan. Dia pun mengatakan menerima telepon dari suami Hafija yang memaksanya bersumpah di atas Al-Qur'an di depan keluarganya bahwa tidak ada apa-apanya antara mereka.
Kurang dari sebulan kemudian, guna menghukum Mo Ibrahim demi keluarganya akibat hubungan seksualnya dengan Hafija, saudaranya, Hisamuddin Ibrahim, 21 (tidak ada hubungan sama sekali dalam kasus ini) memesan bom api. Menurut kisah jaksa, Hisamuddin Ibrahim yang berdiam di London meminta tiga pria lainnya—Habib Iqbal, Mohammed Miah dan Sadek Miah (tidak ada hubungan dengan peristiwa itu) melakukan aksi. Untuk itu, mereka berkendaraan dari London menuju Blackburn untuk menyerang Mo pada jam-jam awal 21 Oktober 2009 di tempat tinggalnya di London Road No. 135. Mereka bersenjatakan sebuah kaleng minyak. Sayangnya, ketiga pria itu bingung dengan rumah sasaran mereka. Bukannya menyerang rumah Mo, mereka malah menyerang rumah di London Road No. 175. Akibat aksi salah alamat itu, Abdullah Muhammed, 41 dan isterinya Aysha Mohammed, 39 tahun, tewas.
Sadek Miah mengaku bersalah melakukan pembunuhan; sedangkan rekan-rekannya sesame terpidana semuanya mengaku tidak bersalah. Bagaimana pun pengadilan atas mereka masih. (3 Juli 2010).
Dua saudara membunuh saudara ipar: Dua warga Pakistan yang sedang berdiam di Dubai, yang dikenal hanya sebagai A.A. dan saudaanya F.A. sedang menjadi Daftar Pencarian Orang (DPO) karena menjerat leher seorang sopir taksi, M.S. 31 tahun dengan tali, pada 29 Nopember. Aksi itu dilakukan karena dia menikah saudari mereka, Mei 2014, tanpa persetujuan keluarga. Pada saat penangkapan, A.A mengaku merencanakan pembunuhan M.S. karena diperintahkan oleh keluarga mereka untuk pulang kembali ke Pakistan. Mereka menggunakan tali plastik pengikat pipa untuk menjerat leher kakak ipar mereka hingga tewas.