Bersamaan dengan hari ketika pejabat Departemen Dalam Negeri menawarkan diri membawa para Muslim Eropa ke Amerika Serikat sebagai upaya penyelesaian masalah atas radikalisme mereka, MEMRI menerbitkan pandangan sangat radikal dari seorang Muslim yang tepat seperti itu, yang menghabiskan banyak waktu hidupnya di Amerika Serikat.
Dalam kesaksiannya di depan Kongres, Asisten Menteri Dalam Negeri Amerika Serikat untuk urusan Eropa, Daniel Fried mengatakan ini;
Banyak ahli kebijakan luar negeri menganggap pertukaran sebagai satu-satunya mekanisme diplomasi publik kita yang paling efektif. Tanpa diragukan lagi, berbagai program itu merupakan salah satu dari alat paling kuat selama Perang Dingin, ketika negara-negara bekas Eropa Timur kerapkali mengalami stress. Dua program pertukaran mahasiswa unggulan kita adalah pertukaran akademis Fullbright yang membawa para mahasiswa dan dosen tamu ke Amerika Serikat dan pengiriman warga Amerika ke luar negeri untuk kuliah atau melakukan penelitian. Di samping itu, kita memiliki Program Kepemimpinan Tamu Internasional. Program ini membawa para pemimpin dari luar negeri ke Amerika Serikat selama beberapa minggu.
Kesaksian itu saja jawab dengan "Ya." Pertukaran mahasiswa, dosen dan para tokoh memang berjalan sangat sukses selama Perang Dingin. Tetapi apa ada kesan bahwa mereka tengah bekerja melancarkan perang lewat terror? Sungguh, ada banyak bukti memperlihatkan bahwa pertukaran semacam ini kontraproduktif.
Kita bisa memulai dengan Sayyib Qutb yang tinggal di Colarado yang membahayakan kita pada penghujung era 1940-an? Bukankah sudah ditulis juga bahwa kalangan Islamis berulangkali menemukan cara menuju ektremisme secara tepat melalui kedekatan dengan Barat, baik lewat pendidikan maupun pribadi? (Saya sudah mengemukakan pemikiran ini cukup panjang lebar dalam sebuah artikel pada 1995 dengan judul, "Pemikiran Barat tentang Islam Radikal" (The Western Mind of Radical Islam). Pembahasan lebih luas pun ada dalam sebuah buku yang muncul pada 2000, "Amerika Dalam Kaca Arab: Berbagai Gambaran Amerika Dalam Sastra Perjalanan Arab, Sebuah Antologi" (America in an Arab Mirror: Images of America in Arabic Travel Literature, An Anthology), Buku itu memperlihatkan respon-respon yang umumnya negative dari para penutur Arab tetap pengalaman Amerika Serikat mereka.
Satu contoh paling baru, kita ambil dari kasus Zaghloul Al-Naggar, seorang profesor geologi kelahiran Mesir yang menghabiskan tahun sabatnya di Universitas California, Los Angeles. Naggar adalah anggota Asosiasi Amerika Untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan, anggota Asosiasi Amerika untuk Ahli Perminyakan bahkan editor tamu Journal of Foraminiferal Ressearch yang berbasis di Ithaca, New York. Untuk itu, MEMRI menyajikan kutipan dari sebuah wawancara dengan Al-Naggar di stasiun televisi Saudi, Iqra' Television, 2 April 2006, ketika pernyataannya merujuk kepada Amerika;
Negara yang salah itu harus dihancurkan cepat atau lambat. Amerika tidak bakal tetap bertahan sebagai kekuatan dunia selamanya. Waktunya akan tiba ketika negara adidaya ini dihancurkan habis-habisan. Dan tanda-tanda penghancuran ini sangat jelas. Saya dapat melihatnya sangat jelas.
Guna menghindari semakin banyaknya kalangan Islamis berada di negeri ini, seperti diperlihatkan oleh kasus ini, upaya memisahkan mereka dari Amerika terasa berfungsi lebih baik ketimbang dengan melakukan pertukaran. Tetapi jangan harapkan birokrat Amerika Serikat melihat secara obyektif data ini kapan saja dalam waktu dekat (5 April 2006).