Saya melihat tiga upaya yang saling melengkapi untuk menghancurkan Israel.
- Berbagai negara, mulai dari Gamal Abdel Nasser dari Mesir hingga Mahmoud Ahmadinejad dari Iran menggunakan tentara konvensional atau senjata pemusnah massal.
- Warga Palestina di luar negeri, mulai dari Yaser Arafat hingga Hamas menggunakan terorisme dan berbagai metode terkait.
- Warga Palestina di dalam negeri, seperti disimbolkan oleh sebuah dokumen yang dipublikasikan pada Desember 2006 lalu, The Future Vision of Palestinian Arabs in Israel (Visi Masa Depan Warga Arab Palestina di Israel), menggunakan sarana-sarana hukum dan politik berbarengan dengan cara-cara kekerasan.
Logo Shin Bet |
Akhirnya, upaya ketiga dari semua ini, yang sampai sebegitu jauh tidak terlampau aktif, mungkin saja cara musuh Israel memutuskan untuk pergi, setelah berhenti melancarkan perang dari luar. Sebuah dokumen internal yang dikeluarkan oleh Shin Bet (alias Shabak, Badan Keamanan Israel atau GSS) mengukuhkan analisis ini. Shin Bet menemukan bahwa warga Arab Palestina merupakan "bahaya jangka panjang yang sebenarnya bagi peran Yahudi sekaligus sangat mendasar bagi keberadaan Negara Israel."
Pada 2005, misalnya, Shin Bet mengungkap adanya 17 sel teror Arab-Israel yang melibatkan 22 warga Arab. Pada 2006, angka itu meningkat menjadi 21 sel teror dengan 24 warga Arab terlibat. Selain terorisme, bentuk lain aksi kekerasan semakin tampak: ada 6 warga Arab Israel dari Desa Galilea baru saja didakwa karena melakukan empat pemerkosaan brutal selama dua tahun. Satu korban memberi tahu penyidik bahwa para pemerkosa memberi tahu, bahwa pelaku "aksi balas dendam" atas operasi Angkatan Bersenjata Israel (IDF) di Gaza. Sikap itu memang diungkapkan oleh salah seorang pemerkosa Arab selama polisi melakukan pemeriksaan.
Komentar: Bisa dipahami Shin Bet memusatkan perhatian pada perilaku kriminal. Tetapi, sebetulnya masih ada sayap lain tantangan dalam kalangan internal Palestina secara keseluruhan yang memang bertujuan menghancurkan Negara Israel dari cirri Zionis-nya. Kedua aksi itu akan berperan seperti penjepit. (13 Maret 2007).
Ibrahim Sarsour, seorang anggota Parlemen Israel. |
Pemutakhiran 8 Maret 2007: Seolah-olah sudah direncanakan waktunya nyaris bersamaan, seorang warga Muslim anggota Parlemen Israel, Ibrahim Sarsour pun meminta "kaum Muslim dan warga Arab" untuk "membebaskan Yerusalem." Setelah menjelaskan pentingnya kota itu bagi Islam, dia lalu menyerukan agar masyarakat terlibat pada sebuah konperensi "Yerusalem Pertama" di Ramallah untuk beraksi bersama sehingga menjadi luapan banjir deras di jalanan menuju kemerdekaan. Sama seperti kaum Muslim dulu pernah membebaskan Yerusalem dari Pasukan Salib, demikian juga kita sekarang yakin bahwa kita mampu membebaskan Yerusalem. Ini bukanlah mimpi yang mustahil."
Anggota lain parlemen pun mengungkapkan sentiment yang sama pada peristiwa yang sama. Muhamad Barakei menuduh Pemerintah Israel mencoba "mengosongkan Yerusalem dari para warga Palestina yang bermukim di sana." Karena itu, dia menyerukan warga Palestina untuk melancarkan tindakan langsung untuk "merebut kembali kota itu."
Pemutakhiran 27 Maret 2007: Warga Israel mendengar keributan agresif ini dan menanggapinya. Menurut sebuah polling yang disponsori oleh Center for the Campaign Against Racism dan dijalankan oleh Geocartography Institute ditemukan bahwa separuh warga Arab-Israel mendukung migrasi warga Arab keluar Israel. Jadi ada peningkatan tajam jumlahnya pendukung ide itu dari setahun sebelumnya. (Diadakan pada Desember 2006, dengan 500 responden, penelitian itu punya margin eror 4,4 persen).