Ada kisah menarik hari ini dalam Harian Sydney Morning Herald (SMH). Judulnya, "Topless ban to protect Muslims and Asians: Nile (Larangan "Topless" Untuk Lindungi Warga Muslim dan Asia." Nile yang dipertanyakan di sini adalah Fred Nile, seorang imam Methodis yang ditahbiskan sekaligus anggota parlemen New South Wales (NSW) untuk Partai Demokrat Kristen. Dikatakannya, untuk melindungi perasaan komunitas Muslim dan Asia di Sydney, para wanita yang menjemur diri tanpa baju seharusnya dilarang dari pantai-pantai NSW. Suratkabar itu menjelaskan:
Fred Nile, Anggota Parlemen New South Wales adalah momok bagi orang-orang yang berjemur tanpa mengenakan baju. |
"Reputasi Australia sebagai masyarakat konservatif namun secara kultural inklusif berisiko mengalami erosi akibat banyaknya pengunjung luar yang lebih liberal," urainya. "Pantai-pantai kita harus menjadi tempat di mana tidak seorang pun merasa terganggu, entah pandangan agama atau budaya mereka," urainya. "Jika mereka datang dari negara-negara Timur Tengah atau Asia di mana kaum wanita tak pernah tampil tanpa baju --- kenyataannya mereka biasanya memakai banyak pakaian--- maka saya pikir penting untuk menghargai semua perbedaan budaya yang membentuk Australia.
"Praktek ini berisiko khususnya menyebabkan kaum pria Muslim marah," urai Nile. "Saya tidak ingin ada provokasi atau gangguan atas pantai-pantai umum kita," tambahanya lagi... "Saya pikir jika kau meneliti kaum wanita Australia maka kau akan temukan banyak wanita yang tidak merasa nyaman jika praktek ini menjadi kebiasaan untuk "topless" di pantai," urainya. "Australia selalu menjadi negara konservatif sejauh persoalan pakaian pantai tidak ada. Ketika "topless" diterima secara hukum, pertanyaan selanjutnya bakal mengapa wanita tidak boleh telanjang di pantai umum. Dan saya tidak berpikir bahwa warga Australia ingin menempuh langkah itu."
Para politisi umumnya menangapi dengan memperlihatkan bahwa persoalan pantai merupakan urusan yang diputuskan oleh dewan lokal, bukan pemerintah negara; dan bahwa mereka tidak pernah mendengar keluhan seputar wanita "topless." Lebih jauh lagi, laporan tidak resmi Harian Sydney Morning Herald soal topik itu menemukan 7 persen masyarakar yang setuju dengan Nile seputar perlunya larangan umum, 10 persen setuju ada larangan para sejumlah pantai dan lontaran keras 83 persen masyarakat yang menentang larangan apapun.
Berita foto SMH: "Goncangan budaya ... Wanita Muslim women berjalan sepanjang sebuah pantai Indonesia melewati seorang turis asing yang "topless." |
Comment: (1) Vatikan pernah menjadi urusan bersama dengan rejim Iran soal seks, tetapi ini agak berbeda. Kali ini, seorang imam Kristen menggunakan pokok-pokok pemikiran Muslim untuk mengajukan perkaranya sendiri. Apakah ini peristiwa hanya sekali terjadi atau dimulainya sebuah kecenderungan baru? (2) Apapun pentingnya, kasus itu mengarah kepada dhimmitude. (30 Desember 2008).
Pemutakhiran 4 September 2013: Fred Nile juga memprakarsai sebuah resolusi yang berhasil dalam Parlemen NSW untuk mengakui adanya Pembunuhan Massal Etnis Armenia. Resolusi itu rupanya menyebabkan Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoğlu marah. Ia pun menanggapi dengan mengancam para politisi NSW yang akan merayakan ulang tahun ke 100 kasus Gallipoli yang sudah direncanakan, April 2015 nanti dengan mengatakan;
Orang-orang ini yang mencoba menghancurkan semangat Canakkale/Gallipoli juga tidak akan mendapat tempat dalam perayaan di Canakkale tempat kami mengenang anak-anak laki-laki kami berbaring berdampingan di tanah kami. Kami umumkan kepada masyarakat bahwa kami tidak akan memaafkan siapapun yang berada di balik keputusan ini dan bahwa kami pun tidak ingin melihat mereka di Canakkale lagi.
Jadi, ternyata Fred Nile tidak sepenuhnya seorang dhimmi.