Dalam pidato pentingnya hari ini di Pusat Kajian Begin–Sadat (Begin-Sadat Center) Universitas Bar Ilan, Binyamin Netanyahu menjabarkan visinya dalam upaya menyelesaikan konflik Arab – Israel. Secara ringkas, dapat dikatakan itu pidato yang bagus, yang membuat banyak poin pemikiran yang diperlukan, tetapi gagal dalam soa pemikiran penting karena secara prematur menerima adanya sebuah Negara Palestina.
Berikut ini, sejumlah pemikiran penting yang secara menakjubkan disampaikan;
- "Bahaya terbesar yang tengah Israel, Timur Tengah, seluruh dunia dan ras manusia hadapi adalah pusat dan titik jaringan penting antara Islam radikal dan senjata-senjata nuklir."
- "Akar konflik dan lain-lainnya, adalah sikap menolak untuk mengakui hak rakyat Yahudi untuk memiliki negara sendiri dalam tanah kelahiran bersejarah mereka."
- "Semakin dekat kita mencapai kesepakatan dengan [Palestina], semakin jauh mereka mundur dan mengemukakan tuntutan yang tidak konsisten dengan keinginan sebenarnya untuk mengakhiri konflik."
- "Pengakuan bahwa penarikan mundur dari kawasan akan membawa damai bagi warga Palestina hingga kini belum terbukti benar."
- "Warga Palestina moderat belum siap mengungkapkan kata sederhana yaitu: Israel adalah sebuah negara – bangsa rakyat Yahudi yang bakal tetap bertahan seperti itu."
- "Prasyarat dasar untuk mengakhiri konflik adalah pengakuan publik dari Palestina yang mengikat dan tegas terhadap Israel sebagai bangsa rakyat Yahudi.
- "Harus ada pemahaman yang jelas bahwa masalah pengungsi Palestina akan diselesaikan di luar batas-batas Negara Israel."
- Ada prinsip-prinsip yang mengarahkan kebijakan pemerintah: "Palestina harus dengan jelas dan tegas tidak ambigu mengaku Israel sebagai negara rakyat Palestina" dan "Kawasan di bawah pengawasan Palestina harus didemiliterisasi dengan ketentuan keamanan tangan besi bagi Israel."
Persoalan problematik muncul terkait dengan penerimaan ide solusi dua negara. (Saya sendiri meramalkan bahwa Netanyahu akan menerima tujuan ini pada waktu bertemu Obama, 18 Mei. Hasilnya, saya bepergian selama lebih dari empat pekan.) Dalam parafraf utama pidatonya hari ini, Netanyahu menyatakan;
Jika kita menerima [satu] jaminan berkaitan dengan demiliterisasi dan kebutuhan-kebutuhan keamanan Israel dan jika rakyat Palestina mengakui Israel sebagai negara rakyat Yahudi maka kami akan siap menghadapi perjanjian damai masa depan supaya bisa mencapai solusi ketika negara Palestina yang didemiliterisasi hidup berdampingan dengan negara Yahudi.
Sementara itu, saya pribadi mengalah terhadap ide solusi dua negara. Saya terima ide itu, karena hanya berhasil secara teoritis. Tetapi Netanyahu tidak menjabarkan kondisi yang cukup untuk masa teoritis ini. Semua yang diperlukan adalah jaminan dan pengakuan formalistik karena selama bertahun-tahun diplomasi Israel – Palestina pasti tidak dibangun memadai. Selain itu, Pemerintah Israel seharusnya juga mempersyaratkan sedikitnya;
- Perlu dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap pesan-pesan yang muncul dari buku teks, ruang kelas, media, kotbah, retorika politik dan berbagai bidang lain wacana publik Palestina guna menghilangkan sikap anti-Semitisme, anti-Zionisme sekaligus aksi penghasutan sambil mengecam aksi terorisme dan "penolakan" (muqawama).
- Perlu waktu jangka panjang yang memungkinkan warga Palestina tidak terlibat dalam aksi kekerasan menentang Israel.
- Perlu diadakan hubungan wajar dalam bidang seperti perdagangan, turisme, olahraga dan pertukaran para ilmuwan.
- Perlu dibuat kebijakan luar negeri untuk kehidupan bertetangga yang baik.
Persoalan pun menjadi runyam karena Netanyahu menerima premis, pernyataan pokok yang kurang dipercaya pada era 1990-an soal "sebuah Timur Tengah baru" ketika dia mengatakan bahwa "ekonomi Palestina yang kuat bakal memperkuat perdamainan." Persoalannya, bukankah lima belas tahun terakhir membangun kekayaan Palestina itulah yang malah meminyaki mesin peran melawan Israel?
Komentar: Selama masa pertama jabatannya sebagai perdana menteripada 1996-99, Netanyahu mencatat rekor sebagai orang lemah. Saya pun mengkhawatirkan masalah itu dua bulan silam ketika dia tengah mempersiapkan pemerintahan sekarang ini, sehingga, "Bukan sejarah partainya atau biografinya sendiri, atau kharakternya, atau berbagai gumam yang keluar dari Israel yang menyarankan bahwa dia bakal memenuhi janji-janji Pemilunya." Pidatonya hari ini tentang "Negara Palestina" merupakan pelanggaran penting pertama atas janji-janji itu. Kita berharap inilah yang terakhir. (14 Juni 2009).
Penambahan 18 Maret 2015: Hampir enam tahun selanjutnya, di tengah kampanye Pemilu, Netanyahu berubah pikiran tentang adanya sebuah Negara Palestina.
Wartawan NRG: Beberapa kalangan tengah memutuskan antara Bayit Hayehudi dan Partai Likud. Anda mengatakan bahwa pidato anda di Universitas Bar Ilan tidak relevan. Seperti Bennet dalam bidang ideologi, apakah anda tidak akan menciptakan sebuah Negara Palestina.
PM Netanyahu: Saya pikir, siapapun yang hari ini berniat menciptakan sebuah negara Palestina serta menyerahkan tanah, maka dia sebetulnya menyerahkan tanah yang bakal digunakan sebagai tempat untuk melancarkan serangan oleh kaum ekstremis Islamis menentang Negara Israel. Itulah kenyataan nyata yang terbentuk di sini pada tahun-tahun terakhir ini. Siapapun yang mengabaikan kenyataan itu identik dengan membenamkan kepalanya dalam pasir. Kalangan Kiri melakukan hal ini. Mereka membenamkan kepala dalam pasir dari waktu ke waktu. Kami realistis dan memahami situasi. Ujiannya adalah siapa yang akan membentuk pemerintahan mendatang. Saya tidak bakal menyerah. Mereka tidak bisa menggerakkan kampanye besar-besaran menentang saya jika berpikir bahwa saya bukan penghambat upaya pembentukan Negara Palestina. Mereka memahami ini. Kami berdiri menentang tekanan keras dan akan terus melakukannya demikian.
Wartawan NRG: Jika anda perdana menteri, apakah negara Palestina tidak jadi didirikan?
P.M. Netanyahu: Memang demikian.
Komentar: Sebagai orang yang enam silam tampil menentang solusi dua negara (lihat di sini), saya senang bahwa politisi yang mungkin sekali lagi menjadi Perdana Menteri Israel ini telah berubah pikiran. Barangkali sekarang kita dapat mendiskuiskan pilihan-pilihan realistis, seperti pilihan Yordan – Mesir.