Saya membagikan berbagai pemikiran saya seputar aliansi dua kelompok ini, kaum Islamis dan kaum Kiri dalam artikel berjudul, "[The Islamist-Leftist] Allied Menace" (Ancaman dari Aliansi Kaum Islamis – Kaum Kiri). Berikut ini menyusul informasi dan wawasan baru, dimulai dari laporan Jemima Khan dalam Harian New Statesman (Inggeris) bahwa George Galloway, anggota parlemen Kawasan Bradfort West beralih menganut agama Islam dan menjadi Muslim kini.
George Galloway, anggota parlemen Kawasan Bradford West, Inggeris. |
Dia beralih memeluk Islam sejak lebih dari sepuluh tahun silam dalam sebuah upacara di hotel di Kiburn, barat laut London. Dalam upacara itu, sejumlah anggota Asosiasi Muslim Inggeris hadir. Berbagai pihak yang dekat dengan dia tahu peristiwa perpindahan agama ini. Namun, sebagian lainnya, termasuk para konstituen Muslimnya justru tidak.
"Jadi kau pindah agama?" tanya saya pada penghujung makan siang kami di belakang Café Akbar, di jalan utama atas Bradford, tempat kami menikmati makanan halal, makanan tanpa alkohol ala masakan Pakistan…
"Saya tidak menjawabnya. Tuhan tahu, siapa itu seorang Muslim…" jawabnya kocak.
"Saya kenal seseorang yang hadiri acara kau baca kalimat Syahadat [Upacara orang menjadi Muslim'
Dia menatap saya lekat-lekat dari seberang meja, mata biru yang tajam mengerling, berhenti sejenak untuk pertama kalinya dalam pertemuan selama satu jam itu… Kesunyian mencengkam kami. Galloway meletakan serbet, berdehem membersihkan tenggorokannya kemudian berbicara dengan nada tidak sopan. "Lalu bagaimana sekarang? Apakah hubungan kita berakhir?" sambil bangkit dari kursinya yang berlukiskan bekas kaki harimau kumbang. (25 April 2012).
Penambahan 28 Oktober 2012: Dalam sebuah artikel yang sangat menarik untuk halaman opini New Yor Times yang biasanya tidak bernilai, Colin Shindler, professor emeritus Universitas London mengajukan pertanyaan, "mengapa kini, kaum Sosialis Eropa justru mengidentifikasikan diri dengan kaum Islamis yang pandangannya sudah mereka buang bertahun-tahun lalu?" Dia lantas menunjuk kepada kaum kiri yang anti-kolonialisme sebagai kunci, yang memang tidak saya utarakan dalam tulisan saya berjudul "[The Islamist-Leftist] Allied Menace": (Ancaman dari Aliansi [Kaum Islamis - Kaum Kiri])
Colin Shindler dari SOAS. |
Kaum kiri Eropa memang lama ditempa dalam perjuangan melawan kaum Fasis lokal era 1930-an. Sebagian besar Eropa mengalami pendudukan Nazi yang brutal sehingga bisa memberikan kesaksian atas kekejaman Holocaust. Kaum kiri Eropa diidentifikasikan sangat dekat dengan penderitaan kaum Yahudi dan karena itu menyambut baik lahirnya Negara Israel pada 1948. Sejumlah kalangan melihat perjuangan Israel dalam cahaya yang sama seperti perjuangan kemerdekaan dalam Perang Saudara di Spanyol.
Tetapi berhasilnya generasi kaum Kiri Eropa tidak melihat persoalan seperti ini. Kerangka referensinya merupakan suatu bentuk perjuangan anti-kolonial. Kasus itu misalnya terjadi di Vietnam, Afrika Selatan, Rhodesia dan banyak lagi tempat lain. Ikon suci kelompok ini bukanlah tentara Brigade Internasional yang berjuang melawan Franco di Spanyol tetapi justru Che Guevara—yang foto-fotonya menghiasi banyak kamar mahasiswa. Sikap antikolonialisme dengan demikian, lebih jauh lagi mempengaruhi banyak sekali kasus, mulai dari kelompok Black Panther di Amerika pada era 1960-an hingga revolusi rakyat Bolivia pimpinan Hugo Chávez di Venezuela sekarang ini.
Peristiwa itu berawal dari dikeluarkannya Israel dari negara-negara non-blok lebih dari 50 tahun silam, ketika negara-negara Arab menolak mengikuti konperensi non-blok pada 1955 di Indonesia jika delegasi Israel hadir. Negara Yahudi itu pun dicerca habis-habisan sebagai bentuk dukungan terhadap kerajaan-kerajaan feodal seperti Saudi Arabia, Libya dan Yaman. Tidak heran bahwa kerja sama Israel dan penguasa kekaisaran seperti Inggeris dan Perancis selama krisis Teluk Suez berlangsung tahun berikutnya menyebabkan aksi pengasingan itu semakin mantap.
Mengingat sangat dalamnya penyesalan terhadap perilaku buruk kolonialisme, maka jauh lebih mudah bagi Kaum Kiri Baru era 1960-an untuk mengidentifikasi diri dengan gerakan nasional Palestina yang sedang tumbuh kembang dibandingkan dengan kelompok sosial democrat Israel yang sudah ada. Sikap permusuhan yang semakin mendalam terhadap Israel ini muncul di Eropa sebelum Perang Arab- Israel meletus pada 1967 dan sebelum Israel tergesa-gesa membangun pemukiman di Tepi Barat.
Penambahan 16 April 2013: Hari ini Harris Interactive menerbitkan sebuah hasil penelitian, "Le regard des Français sur la religion musulmane" (Pandangan Perancis tentang Agama Islam). Penelitian itu ternyata mengukuhkan jumlah persekutuan kaum kiri dan Islamis. Ketika ditanya tentang Budhisme, Protestantisme, Katolisisme, Yudaisme dan Islam, "untuk tiap-tiap agama ini, secara keseluruhan yang anda lihat, apakah citranya sangat bagus, cukup bagus, cukup jelek atau sangat jelek?" jawabannya terlihat seperti ini;
Colin Shindler dari SOAS. |
Harris Interactive lantas menulis dalam berita utamanya bahwa "Islam merupakan satu-satunya agama, yang dilihat jauh lebih positif oleh kaum Kiri dibanding kaum Kanan." Yang juga diuraikan bahwa dua agama non-Barat, yaitu Budhisme dan Islam, secara berturut-turut memiliki gambaran yang paling baik (Budhisme) dan paling buruk (Islam). Karena bagaimanapun, begitu banyak ketakutan yang mendorong Xenophobia terhadap Islam dan "yang lainnya."
Penambahan 11 Februari 2015: Stephen Schwartz menyajikan konteks aliansi ini tulisannya yang berjudul "Famous Communists and Islam," (Kaum Komunis dan Islam kenamaan) di mana dia menemukan ada pola untuk "membela kaum otokrat Muslim, tetapi mengecam Barat." Dia lantas menyajikan berbagai kutipan tidak kurang dari Karl Marx, Lenin dan kaum Komunis Internasional 1920 misalnya, yang memberi tempat empuk bagi Kekaisaran Ottoman. Schwartz lantas menyimpulkan bahwa "Berbagai deklarasi itu seharusnya tidak mengejutkan kita. Ketika sikap anti-imperialisme menjadi konsep dan tujuan yang mendefenisiskan nama sebuah gerakan, maka dia secara alamiah menemukan para sekutunya dalam Islam radikal yang menghadirkan diri persis sebagai ciptaan dari penindasan kolonial."