Sir Herbert Samuel. |
Pasca-berbagai kontroversi yang hebat, politisi Inggris Herbert Samuel (1870-1963) diangkat menjadi Komisaris Tinggi Palestina yang pertama. Ia menjabat pada 1920-25. Sebagai orang Yahudi dan Zionis berpengaruh, Samuel berusaha sekuat tenaga untuk tidak memihak Yishuv. Ia sampai pada titik untuk mengedepankan kepentingan orang Palestina yang paling memusuhi kehadiran Yahudi. Yang paling terkenal adalah Samuel menunjuk Amin al-Husseini sebagai mufti Palestina, sebuah posisi yang digunakan oleh Husseini sebagai tokoh paling berkuasa dalam mandatnya. Juga membuatnya orang Palestina yang paling banyak melakukan aksi yang merusak Zionisme (ya, bahkan lebih parah dari keponakannya, Yaser Arafat).
Sejarah berusia seabad ini terlintas dalam pikiran saat menyaksikan bulan-bulan pertama Menteri Pertahanan Chuck Hagel menjabat. Selama rapat dengar pendapat konfirmasinya, Hagel menolak banyak pernyataannya sebelumnya tentang Israel dan Iran. Kemudian, seperti saya catat di tempat lain, dia memilih mengadakan pertemuan tatap muka pertamanya pada bulan Maret dengan mitra asingnya, dengan Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak.
Meski Amerika melakukan pemangkasan besar-besaran atas anggaran pertahanannya, Hagel dalam pertemuannya dengan Barak berjanji hendak memastikan dana untuk sistem pertahanan rudal Iron Dome dan Arrow akan terus berlanjut. Sekretaris pers Pentagon George Little menjelaskan bahwa "dalam pertemuan tersebut, Hagel menyatakan komitmennya yang kuat terhadap keamanan Israel, termasuk mempertahankan keunggulan militer kualitatif Israel dan melanjutkan dukungan AS untuk sistem pertahanan rudal dan roket meskipun ada kendala fiskal." Little juga melaporkan pernyataan Hagel bahwa dia dan Barak punya hubungan kerja yang luar biasa.
Hagel juga menyampaikan pernyataan-pernyataan hangat untuk Israel: "Saya hargai hubungan strategis antara kedua negara dan berharap dapat memperkuat kerja sama antara kedua lembaga pertahanan."
Hagel kini telah pergi ke Israel. Kunjungan pertama ke negara asing selain Afghanistan. Di negeri itu ia memusatkan perhatiannya pada pasukan AS sehingga bertemu dengan para pemimpinnya. Dia melakukan dan mengatakan hal-hal yang menyenangkan Israel. Berikut ini laporan New York Times, "Hagel, in Israel, Presses U.S. Agenda on Deterring Iran":
Hagel, yang diawasi ketat bahkan dimusuhi selama proses konfirmasi mengenai apakah ia cukup mendukung Israel, memuji "hubungan yang sangat istimewa" antara Amerika Serikat dan Israel. Berulang kali juga ia menekankan hak Israel untuk mempertahankan diri "di wilayah yang sangat berbahaya dan mudah terbakar di dunia itu." ...
Hagel mengakui bahwa mungkin ada perbedaan "kecil" antara Amerika Serikat dan Israel mengenai jangka waktu di mana Iran mungkin mengembangkan senjata nuklir. "Saya pikir penting bagi kita semua untuk tetap fokus pada tujuan," katanya. "Dan tidak ada kejelasan sama sekali bahwa Iran bisa dicegah agar tidak memperoleh kapasitas nuklirnya."
Selama perjalanannya, Hagel akan mendorong memberikan paket senjata senilai $10 miliar (sekitar Rp 150 Triliun) yang dimaksudkan untuk lebih meningkatkan keunggulan militer Israel atas negara-negara lain di kawasan tersebut. Sekaligus untuk memperkuat angkatan bersenjata dua sekutu penting Teluk Persia; Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UAE). Termasuk dalam kesepakatan soal senjata untuk Israel adalah pesawat Osprey dengan rotor miring, yang dapat digunakan untuk mengangkut pasukan dan berpatroli di perbatasan dan laut terdekat. Juga pemberian paket senjata radar canggih untuk pesawat tempur Israel.
Ada dua system persenjataan bakal dijual kepada Israel. Sistem itu adalah generasi baru pesawat tanker pengisian bahan bakar udara dan rudal canggih yang mampu menangkap sinyal radar untuk menghancurkan situs pertahanan udara. Persenjataan itu bakal penting dalam serangan atas fasilitas nuklir Iran. Hagel mengatakan penjualan senjata tersebut merupakan "sinyal lain yang sangat jelas bagi Iran."
Berikut ini pernyataan Hagel dalam sebuah pertemuan dengan Netanyahu ( beberapa kata pernyataannya saya berikan huruf tebal supaya diberikan perhatian khusus):
Benyamin Netanyahu dan Chuck Hagel, sahabat yang terbaik. |
Saya selalu menghargai negara ini, rakyatnya, kepemimpinannya dan keberanian yang Anda wakili dan apa yang telah dihasilkan di Israel. Ini sebuah model bagi dunia. Dan hubungan antara kedua negara kita, seperti yang telah Anda catat, tetap kuat seperti sebelumnya. Tidak hanya diukur dari hubungan militer-ke-militer. Tetapi diukur dengan semua metrik lain yang berlaku dalam sebuah hubungan. Seperti yang juga Anda catat, Bapak Perdana Menteri, ini didasarkan pada nilai-nilai Bersama sekaligus rasa hormat terhadap orang lain. Dan itulah landasan hubungan apa pun. ...
Inilah saatnya teman dan sekutu harus tetap dekat. Lebih dekat dari sebelumnya. Saya berkomitmen untuk terus memperkuat hubungan ini. Mengamankan hubungan ini. Dan seperti yang Anda ketahui, salah satu alasan utama saya di sini adalah untuk melakukan hal itu. ... Saya dapat melakukan lawatan panjang di perbatasan utara dan timur di sini. Dan sekali lagi hal ini mengingatkan saya akan bahaya, kesulitan, dan tantangan. Namun saya percaya bersama-sama, bekerja sama dengan sekutu dan teman-teman kita, kita akan mampu melakukan apa yang benar untuk negara Anda, negara saya. Juga menjadikan kawasan ini kawasan yang lebih baik. Menjadi kawasan yang lebih aman. Sekaligus menjadikan Israel lebih aman.
Hagel kemudian menjawab pertanyaan pers sekaligus menjadi teman bagi IDF. Harian Israel Hayom melaporkan:
Pada hari Senin, Hagel ditanya apakah menurutnya sebaiknya Israel sendiri yang menyerang Iran. "Israel harus membuat perhitungan," jawabnya setelah menyatakan, "Israel itu negara berdaulat. Setiap negara berdaulat berhak mempertahankan diri." Hagel tidak menyebutkan kekhawatiran yang pernah diungkapkan para pejabat AS pada masa lalu. Bahwa serangan Israel akan berisiko memicu perang yang lebih luas yang dapat melibatkan AS.
Hagel mengakhiri perjalanan tiga harinya ke Israel dengan mengunjungi unit pasukan khusus pelatih anjing militer untuk menemukan bahan peledak dan senjata tersembunyi. Berbaur bersama para prajurit, dia menyaksikan demonstrasi singkat keterampilan anjing-anjing itu.
Kita mungkin mendengar kata-kata yang lebih ramah terhadap Israel ketika Hagel berpidato di Washington Institute for Near Eastern Policy pada tanggal 9 Mei. Dalam pidatonya berjudul "Kebijakan Pertahanan AS di Timur Tengah." (Secara historis, politisi Amerika memang membuat pernyataan pro-Israel di depan organisasi pro-Israel.)
Pemutakhiran 18 Juli 2013: Ini benar-benar déjà vu lagi. Itu terjadi ketika Samantha Powers (calon yang Barak Obama siapkan untuk menjadi Duta Besar untuk PBB) merangkul kembali Chuck Hagel. Sikap itu dilakukannya tatkala dia menolak pernyataannya yang anti-Israel sebelumnya dalam kesaksian di depan Komite Hubungan Luar Negeri Senat: "Amerika Serikat tidak punya teman yang lebih baik di dunia dibandingkan dengan Negara Israel. ... Legitimasi Israel tidak boleh diperdebatkan, dan keamanannya tidak boleh diragukan lagi. ... Tindakan sepihak untuk membentuk Negara Palestina tidak akan berhasil." Akankah Samantha mengikuti Hagel sekaligus juga menarik Samuel?
Samantha Powers dalam Sidang Konfirmasi Komisi Hubungan Luar Negeri Senat. |
Pemutakhiran 31 Oktober 2013: Dalam sebuah pidatonya di Anti-Defamation Legue, Hagel tidak kurang-kurangnya mengumumkan. Bahwa Israel bakal menjadi negara asing pertama yang bakal memiliki akses terhadap pesawat Bell V-22 Osprey buatan Boeing dengan membeli enam pesawat tilt-rotor canggih. Pesawat itu satu-satunya di dunia yang dapat mendarat dan lepas landas secara vertikal dengan melipatkan kedua baling-balingnya, lalu menurunkannya kemudian terbang seperti pesawat turbo. Hagel mencatat bahwa V-22 "akan sangat meningkatkan jangkauan dan efektivitas pasukan khusus Israel." Ia juga berjanji bahwa pengiriman menuju Israel akan menjadi bagian "pesanan berikutnya yang akan dirakit."
Pesawat Boeing Bell V-22 Osprey. |
Pemutakhiran 5 November 2013: Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan pekan lalu, dalam apa yang secara luas dipahami sebagai kritik terhadap Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu bahwa Pemerintah AS "tidak akan menyerah pada taktik rasa takut" sehubungan dengan negosiasinya dengan Teheran. Kini Menteri Pertahanan Chuck Hagel memuji Netanyahu atas taktik yang sama:
Memang benar bahwa sanksi—bukan hanya sanksi AS tetapi juga sanksi PBB, sanksi multilateral—telah menimbulkan kerusakan ekonomi yang luar biasa," kata Hagel kepada Bloomberg. "Bahkan banyak pemimpin Iran yang mengakui hal itu. Dan saya pikir bahwa Iran Tengah menanggapi tekanan yang terus-menerus dari Israel, menyadari bahwa Israel percaya bahwa mereka adalah ancaman nyata. Saya pikir semua ini, jika disatupadukan, mungkin membawa Iran kepada kondisi seperti sekarang ini.
Hagel melangkah lebih jauh sehingga membebaskan Netanyahu dari tuduhan Kerry: "Saya rasa dia tidak sengaja berupaya menggagalkan perundingan. ... Saya pikir Perdana Menteri Netanyahu punya kekhawatiran yang sah, seperti halnya perdana menteri Israel lainnya, mengenai kebutuhan keamanan masa depan di negara mereka."
Pemutakhiran 14 November 2014: Hari ini, Hagel mengundurkan diri sebagai menteri pertahanan.
Topik Terkait: Perdebatan Arab-Israel di AS, Kebijakan AS
Artikel Terkait:
- The Middle East Forum: Strategy, not Advocacy
- Israel and Congressional Democrats
- The Democrats and Israel
receive the latest by email: subscribe to daniel pipes' free mailing list
The above text may be cited; it may also be reposted or forwarded so long as it is presented as an integral whole with complete information provided about its author, date, place of publication, and original URL.