Dalam artikel berjudul "What's True Islam? Not for U.S. [Government] to Say (Apakah Islam Sejati itu? Bukan Urusan [Pemerintah] Amerika Serikat) yang dipublikasikan pada 2001, saya mengejek Bill Clinton dan George W. Bush. Tulisan itu mempertanyakan pernyataan-pernyataan mereka tentang apa itu Islam dan bukan Islam. Entri weblog ini memutakhirkan analisis saya dalam artikel itu beserta pernyataan-pernyataan senada dari para politisi dan birokrat non-Muslim.
Jen Psaki, Jurubicara Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat, dalam sebuah pernyataan seputar aksi kekerasan di Irak berujar;
Amerika Serikat sangat keras mengecam serangan pengecut hari ini di Bagdad. Serangan-serangan itu diarahkan kepada keluarga-keluarga yang tengah merayakan liburan Idul Fitri yang menandai berakhirnya bulan puasa Ramadhan kaum Muslim. Para teroris yang melakukan aksi ini adalah musuh-musuh Islam sekaligus musuh bersama Amerika Serikat, Irak dan komunitas internasional.
Komentar:
(1) Setelah bertahun-tahun, Pemerintah Amerika Serikat kembali memutuskan siapa Muslim yang baik dan siapa Muslim yang jahat.
(2) "Musuh-musuh Islam? " Siapakah Pemerintah Amerika sehingga berhak membuat penilaian ini?
(3) Mengapa kita tidak pernah mendengar masalah "musuh umat Kristen" atau Yudaisme, Hinduisme atau Budhisme ketika para penganut agama-agama itu diserang oleh kaum Islamis, sebagaimana terjadi tiap hari, katakan saja menentang umat Koptik di Mesir? (10 Agustus 2013).
David Cameron, Perdana Menteri Inggeris, menulis tentang ISIS sebagai berikut:
Yang sedang kita saksikan sebenarnya merupakan pertempuran antara Islam pada satu pihak dan para ekstremis yang ingin menyalahgunakan Islam pada pihak laim. Para ekstremis ini kerapkali didanai oleh para fanatik yang berdiam jauh dari medan perang, menyimpangkan ajaran Islam sebagai cara untuk membenarkan ideologi mereka yang sesat dan biadab. (16 Agustus 2014).
Jack Straw, mantan sekretaris Partai Buruh dan anggota Parlemen Inggeris yang banyak didukung oleh para penduduk Muslim pernah berujar:
"Kekejaman ala abad pertengahan ISIS dan organisasi sejenisnya, benar-benar bertentangan dengan Islam. Karena itu, para penganut agama itu perlu mengungkapkan suara mereka untuk mengecam perilaku murtad mereka itu."
Komentar:
Straw bergerak lebih jauh daripada para tokoh lain. Dia menyebut ISIS dengan "orang Muslim yang murtad" kemudian menuntut agar kaum Muslim mengecam organisasi itu. Betapa sangat mendukungnya dia?
Barack Obama, Presiden Amerika Serikat: (1) Dalam sebuah sambutan tentang ISIS yang disiarkan lewat televisi, dia menggunakan nama lain organisasi itu. Ia mengumumkan bahwa "ISIL bukan Islam. Tidak ada agama yang memaafkan pembunuhan orang-orang yang tidak berdosa dan sebagian besar korban ISIS adalah kaum Muslim." Pemikiran sang presiden kemudian saya diskusikan dalam tulisan berjudul, "ISIS Is Not Islamic?" (ISIS Bukan Islam?) (10 September 2014).
John Kerry, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat: "ISIL mengklaim diri hendak bertempur demi kepentingan Islam. Faktanya, ideologinya yang penuh rasa benci sama sekali tidak ada kaitannya dengan Islam. ISIL merupakan manifestasi dari organisasi teroris yang jahat dan keji. Dia pun merupakan organisasi yang berupaya mencapai tujuannya hanya melalui aksi kekerasan, penindasan serta perusakan," (10 September 2014).
John Allen: Orang kepercayaan Pemerintahan Obama untuk tugas khusus versus ISIS ( juga disebut Da'esh), seorang jenderal korps marinir Amerika Serikat, menjelaskan bagaimana cara mengalahkan aksi pemberontakan kaum Islam: " Ketika kita berupaya mengungkapkan jatidiri Da'esh yang sebenarnya, maka kita juga harus mengungkapkan kisahnya yang positif, kisah yang menginspirasi kita. Yang berkaitan dengan penghormatan kita yang mendalam terhadap tradisi Islam yang membanggakan, kekayaan sejarah dan penghormatannya atas kecendekiawanan, keluarga dan komunitas…Kita harus bekerja bersama para ulama dan ilmuwan, guru serta para orangtua untuk menyampaikan kisah tentang betapa kita mengharagai Islam, bahkan ketika kita memperlihatkan bahwa Da'esh menyimpangkannya." (29 Oktober 2014).
David Cameron, Perdana Menteri Inggeris: Para anggota ISIS membangga-banggakan tindakan brutal mereka kemudian mengklaim hendak membunuh seorang warga Inggeris atas nama Islam. "Ini tidak masuk akal. Islam adalah agama damai. Mereka bukan kaum Muslim. Mereka adalah monster." (12 September 2014).
Mike Haines, saudara dari pekerja pemberi pertolongan Inggeris, David Haines, yang dipenggal kepalanya oleh ISIS, yang disebutnya sebagai ISIL berujar;
Agama Islam tidak bisa dikecam karena ISIL. Pembunuhan itu juga bukan karena kesalahan orang-orang keturunan Timur Tengah…Sesuai pengetahuan saya yang terbatas, Islam itu berkaitan dengan damai, berkaitan dengan cinta…ISIL tidak berkaitan dengan agama. Mereka berkaitan dengan teror. (14 September 2014).
James Brokenshire, Menteri Imigrasi Inggeris, merujuk kepada berbagai aksi kekerasan ISIS: "Kita bersatu padu mengecam terorisme dan ekstremisme tetapi juga bersikap jelas bahwa tindakan itu sama sekali tidak berkaitan dengan Islam atau agama lain." (15 September 2014).
Dalai Lama, merujuk ISIS: "Membunuh atas nama agama tidak bisa diterima." Jihad seharusnya menjadi perjuangan "untuk memerangi emosi-emosi yang merusak dalam diri kita. Dia tidak berarti merugikan pihak-pihak lain." (20 September 2014).
Tony Blair, Mantan Perdana Menteri Inggeris: ISIS merupakan ideologi yang "berbasis pada ajaran yang sangat menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya." (21 September 2014).
John Kerry, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat: ISIS dibentuk oleh para pembunuh berdarah dingin yang bertopengkan gerakan keagamaan (23 September 2014).
Mark Rutte, Perdana Menteri Belanda: "Sama tidak ada alasan untuk mengecam orang-orang dengan latar belakang Islam karena Negara Islam. ISIS adalah organisasi teroris yang menyalahgunakan Islam dengan metode-metode yang mengerikan – seperti memenggal kepala orang." (10 Oktober 2014)
Jeh Johnson, Sekretaris Menteri Keamanan Dalam Negeri: "ISIL bukan Islam atau negara.' (13 Nopember 2014).
Barack Obama, Presiden Amerika Serikat: "Aksi-aksi ISIL tidak merepresentasikan agama, sekurang-kurangnya bukan agama kaum Muslim." (16 Nopember 2014).
King Abdullah II of Jordan, seorang Muslim, tidak setuju dengan orang-orang yang pantas dianggap kafir itu ketika mengatakan: "Ini (ISIS, dan lain-lain) merupakan persoalan kaum Muslim." Komentar saya: Di sini kita membahas lagi masalah ini bersama para pemimpin Muslim yang lebih siap membicarakan kebenaran yang sebenar-benarnya dibandingkan dengan para mitra Barat mereka yang lemah. ( 5 Desember 2014). Penambahan 3 Februari 2015: Raja Abdullah berubah pikiran menyusul aksi ISIS membakar seorang pilot Yordania, Muath Kasasbeh, hingga tewas. Bukannya mengatakan ISIS sebagai persoalan umat Muslim, dia lantas mengatakan ISIS sebagai sebuah "geng kriminal, biadab yang sama sekali tidak terkait dengan agama kita yang sejati." Komentar saya: Saya kira dia juga bingung. Penambahan 1 Maret 2015: Sebulan setelah terguncang oleh aksi pembakaran pilot warga negara Yordania hingga tewas, Abdullah lantas merujuk kembali pernyataannya sebelumnya. Ia menyebutkan para anggota ISIS sebagai "penjahat yang memanfaatkan Islam" yang memutarbalikkan Islam dengan "secara salah mencoba menemukan kaitan dirinya dengan kekalifahan, menghubungkan diri dengan sejarah kita dalam Islam yang tidak benar atau yang tidak punya sikap yang sesuai sejarah kita." "Saya Muslim," sang raja berujar sedangkan para anggota ISIS adalah "para anggota golongan pinggiran Islam." Komentar saya: Tentu saja kelompok pinggiran tetapi bagaimanapun, mereka tetap Muslim.
Masjid and Universitas Al-Azhar: Dalam suatu rangkaian berbagai tahap yang rumit, lembaga itu mengambil langkah-langkah mengecam ISIS tetapi tidak menegaskannya sebagai keluar dari agama Islam (dikenal sebagai takfir). Institut Riset Media Timur Tengah (MEMRI) merangkum situasi tersebut sebagai berikut;
Al-Azhar mengeluarkan pernyataan resmi menyangkal tuduhan bidaah…dan beberapa anggotanya menyajikan berbagai penjelasan yang berkaitan dengan penolakan mereka untuk menganggap ISIS sebagai bidaah.
- Mereka mengklaim bahwa Islam melarang orang untuk menuduh orang lain sebagai bidaah dan bahwa cara untuk berurusan dengan orang-orang yang terlibat dalam takfir adalah dengan mengarahkan lagi tuduhan yang sama kepada mereka.
- Para ilmuwan Al-Azhar juga mengklaim bahwa ISIS tidak bisa dianggap bidaah sejauh dia patuh kepada shahadat, yaitu pernyataan kaum Muslim bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah UtusanNya bahkan jika aksi-aksi ISIS itu bertentangan dengan Islam.
- Selain itu, mereka mengatakan bahwa bukan tempat Al-Azhar untuk menghakimi apakah seseorang itu bidaah atau untuk mengamati prinsip-prinsip iman mereka karena hanya Allah yang dapat mengetahui apa yang ada hati seseorang. Mengecam seseorang sebagai bidaah, ujar mereka, mungkin hanya bisa dilakukan oleh hakim Shariah, setelah ditemukan berdasarkan pemeriksaan mendalam dan hati-hati bahwa seseorang dengan sengaja memilih menjadi bidaah dan tidak berniat untuk bertobat.
Karena alasan ini, urai pihak Al-Azhar, lembaga itu tidak pernah berniat untuk mengatakan apakah ISIS itu bidaah. (12 Desember 2014)
Organisasi Pendukung NATO di Afghanistan, International Security Assistance Force (Pasukan Pendukung Keamanan Internasional --ISAF): "Aksi-aksi biadab kelompok Taliban [seperti menyerang sebuah sekolah di Peshawar] menggambarkan… penghargaan mereka yang… kurang terhadap agama Islam" (16 Desember 2014).
Howard Dean, mantan Gubernur Vermont dari Partai Demokrat, menanggapi serangan terhadap Charlie Hebdo di Paris dengan mengatakan, "Saya berhenti menyebutkan orang-orang Muslim itu teroris. Mereka bisa saja sama-sama Muslim seperti saya." (7 Januari 2015).
Daniel Cohn-Bendit, politisi sayap kiri Jerman: "Memang ada Islamofasisme. Memang ada. Itu bukan Islam. Semua itu fasis. Orang tidak boleh campuradukan masalah itu." (7 Januari 2015).
François Hollande, Presiden Perancis, ketika menanggapi pembantaian di Charlie Hebdo dan Hyper Cacher, dia mengatakan, "Orang-orang yang melakukan tindakan itu, orang-orang fanatik itu, tidak berkaitan dengan agama kaum Muslim." (9 Januari 2015).
Manuel Valls, Perdana Menteri Perancis: "Islam tidak ada hubungan sama sekali dengan ISIS." (16 Januari 2015).
Shinzo Abe, Perdana Menteri Jepang, ketika menanggapi ancaman ISIS terhadap dua warga Jepang tawanannya, mengatakan. "Ekstremisme dan Islam benar-benar merupakan hal yang berbeda." (20 Januari 2015).
John Kerry, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan;:
Hari ini, kita tengah menyaksikan lebih daripada sebuah bentuk anarki kriminal. Suatu sikap nihilism yang secara tidak sah mengklaim sebuah prinsip ideologis dan agama. Berhadapan dengan musuh ini, kita pun berusaha semakin mengorganisasikan diri lebih baik guna melawan mereka lagi. Tetapi dengan melakukan tindakan ini, kita pun terpaksa menegakkan kepala ke atas. Jelas-jelas bahwa kesalahan paling besar yang mungkin dapat kita lakukan adalah mengecam kaum Muslim secara kolektif atas tindak kejahatan yang tidak dilakukan sendiri oleh kaum Muslim. Kejahatan-kejahatan yang ditentang oleh mayoritas kaum Muslim. Kejahatan yang dengan lantang ditolak oleh agama mereka. Juga bahwa para pemimpin Muslim sendiri punya kemampuan yang sangat luar biasa untuk menyelesaikan masalah ini. Agama-agama tidak menuntut para penganutnya untuk menjarah desa-desa dan membunuh habis penduduknya. Yang melakukan ini adalah orang-orang yang menyimpang bahkan bodoh menafsirkan agama. (23 Januari 2015).
Barack Obama: "Kita tidak bertikai dengan Islam. Kita bertikai dengan orang-orang yang menyimpangkan ajaran Islam…Para teroris tidak bisa mengatasnamakan lebih dari satu miliar kaum Muslim yang menolak ideologi penuh kebencian mereka. Mereka tidak lagi representasi Islam dibandingkan dengan orang gila manapun yang membunuh orang tidak bersalah atas nama Allah yang merepresentasikan umat Kristen atau Yudaisme atau Budhisme atau Hinduisme. Tidak ada agama yang bertanggung jawab terhadap terorisme. (18 Februari 2015).
Kantor Kejaksaan Agung Amerika Serikat, Distrik Timur New York: Bukan tokoh politik kenamaan tetapi hanya sebuah ilustrasi tentang betapa bodohnya pembicaraan yang beredar di kalangan atas hingga ke bawah, ke kalangan para pekerja. Dalam sebuah press-release-nya, FBI mengatakan, "Tiga Penduduk Brooklyn Didakwa dengan Tuduhan Berkomplot Menyediakan Bahan Dukungan bagi ISIL." Konperensi pers itu berkaitan dengan penangkapan Abdurasul Hasanovich Juraboey, Akhror Saidakhmetoy dan Abror Habiboy karena berupaya bergabung dengan ISIS. Asisten Direktur FBI yang bertanggung jawab, Diego G. Rodriguez mengatakan; "Para terdakwa melanggar prinsip sejati agama mereka guna mencapai agenda radikal dan kejam mereka." (25 Februari 2015).