Terdiri dari pemutakhiran data pada artikel "Let Refugees Remain in Their Own Culture Zones" (Biarlah Pengungsi Tetap Berada di Zona Budaya Mereka Sendiri), yang menjelaskan bahwa warga Suriah seharusnya pergi ke Saudi Arabia, bukan ke Barat:
Pemutakhiran 2 Oktober 2013: António Guterres, komisioner tinggi PBB Urusan Pengungsi sudah mengumumkan bahwa 15 pemerintahan menerima kuota khusus bagi pengungsi Suriah, termasuk Amerika dan banyak negeri Eropa. Kristalina Georgieva, komisioner Eropa Urusan Kemanusiaan dan Krisis pun menambahkannya dengan mengatakan "Kita di Eropah bukan saja harus membuka hati dan dompet tetapi juga perbatasan-perbatasan negara kita."
Komentar: Saya tunggu untuk mendengarkan mitra Saudinya mengatakan hal yang sama.
Pemutakhiran 15 Nopember 2013: Komisioner Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) menyerukan kepada Pemerintah Yunani dan Bulgaria untuk tidak memulangkan warga Suriah yang melarikan diri dari perang saudara: "Memulangkan dan mencegah pencari suaka masuk bisa menempatkan mereka pada risiko yang lebih jauh sekaligus menghadapkan mereka pada trauma baru." UNHCR karena itu menuntut praktek seperti itu segera dihentikan. Kantor Berita Agence France Press mencatat bahwa lebih dari 10.000 warga Suriah dan lain-lainnya sudah menyeberang secara melawan hukum dari Turki menuju Bulgaria pada 2013.
Yang juga menarik: menanggapi rencana Bulgaria untuk mendirikan pagar sepanjang 30 Km di wilayah dekat perbatasan dengan Turki, seorang jurubicara UNHCR mengatakan bahwa "Upaya memperkenalkan hambatan-hambatan masuk seperti pagar atau alat pencegah lain bisa mendorong orang melakukan upaya menyeberang yang lebih berbahaya dan semakin jauh menempatkan para pengungsi kepada belas kasihan para penyelundup manusia."
Komentar: (1) Jika para pengungsi Suriah sudah tiba dengan selamat di Turki, mengapa harus negara lebih jauh yang mengakui mereka? Mereka bukan lagi pengungsi pencari suaka. Ataukah ini karena Turki tidak diperhitungkan sebagai tujuan, hanya negara-negara mayoritas Kristen Eropa yang diperhitungkan?
(2) Apakah logikanya! Membangun pagar pelindung menyebabkan pengungsi sangat berisiko ditangani para penyelundup manusia? Bagaimana kalau mereka tidak mencoba memasuki Bulgaria secara tidak sah pada tempat pertama?
Pemutakhiran 26 Nopember 2013: Saya memusatkan perhatian pada budaya dalam artikel di atas. Padahal, ada juga dimensi higienis. Sepertiga dari sekitar 350 pengungsi Suriah dirawat di berbagai rumah sakit Israel ditemukan membawa patogen yang jarang dan tingkat tinggi yang sangat berbahaya di Israel. Patogen itu pun kebal terhadap antibiotika. Bakteria enterobacteria yang kebal terhadap carbapenem, tulis Israel Hayom.
Bakteria ini bisa diteruskan dari satu pasien ke pasien lain juga oleh staf rumah sakit dan berdampak pada terjadinya infeksi serius yang sangat berbahaya bagi pasien Manula dan pasien yang sudah melemah sistem kekebalan tubuhnya. Sepertiga pasien yang terinfeksi bakteri itu jatuh sakit serius. Beberapa dari mereka meninggal dunia. Perhatian utama Kementerian Kesehatan bahwa kuman-kuman yang dibawa masuk oleh pasien Suriah akan tetap bertahan hidup di rumah sakit Israel kemudian menyebar ke berbagai rumah sakit di seluruh negeri itu.
Sebuah dokumen Kementerian Kesehatan memperingatkan pada Nopember lalu bahwa para pasien Suriah "membutukan isolasi tambahan di luar standar normal, dalam ruangan terpisah dengan staf yang juga khusus." "Rumah sakit-rumah sakit yang prasarananya tidak memadai dan tidak memungkinkan membuat pemisahan yang wajar," dokumen itu memperingatkan, "maka bahaya potensial bagi rumah sakit-rumah sakit adalah bahwa kuman-kuman itu akan berkembang dan masalahnya tetap bertahan selama bertahun-tahun setelah para warga Suriah dilepaskan dari rumah sakit."
Pemutakhiran 13 Desember 2013: Amnesty International (AI) menginginkan negara-negara anggota Uni Eropa untuk menerima lebih banyak pengungsi Suriah namun tidak mengatakan satu kata pun tentang Saudi Arabia termasuk negara-negara Timur Tengah lain. Lembaga itu menerbitkan sebuah laporan yang pedas berjudul, "Fortress Europe: Syrian Refugee Shame Exposed" (Benteng Eropa: Pengungsi Suriah yang Memalukan Terungkap). Selain itu, Salil Shetty, Sekretaris Jenderal AI mengatakan bahwa "Uni Eropa, secara mengenaskan gagal memainkan peran dalam upaya untuk memberikan tempat perlindungan yang aman bagi para pengungsi yang sudah kehilangan segala-galanya kecuali jiwa mereka. Jumlah pengungsi yang dipersiapkannya untuk dimukimkan benar-benar menyedihkan. Seluruh dewan pemimpin Eropa seharusnya menggantung diri karena malu."
Pemutakhiran 14 Desember 2013: Ada konsekwensi negatif lain dari imigrasi Suriah ke Eropa: semakin terdorongnya partai-partai neo-Nazi. Andrew Higgins menjelaskan perkembangan-perkembangan di Svilengrad, Bulgaria, lewat artikelnya berjudul, "Far Right in Eastern Europe Makes Gains as Syrians Arrive"(Kaum Esktrim Kanan Eropa Timur Meraih Sukses Tatkala Warga Suriah Tiba) sebagai berikut:
Setelah menyebarkan huru-hara dan pengungsi yang putus asa di segala penjuru Timur Tengah, perang saudara Suriah yang brutal juga menimbulkan penderitaan di kawasan pinggiran Eropa timur. Namun, ia juga menciptakan musim semi dalam langkah Angel Bozhinov, seorang aktivis nasional di kota perbatasan Bulgaria ini yang berdekatan dengan Turki.
Angel Bozhinov adalah pemimpin lokal Ataka, sebuah partai ekstrim kanan yang suka berantem. Ia kehilangan kursi terakirnya di dewan kota dalam pemilihan kotamadya pada 2011. Tetapi kini, dia melihat masa depannya menanjak naik, berkat tanda bahaya umum atas aliran masuknya pengungsi Suriah di semua penjuru perbatasan yang dekat.
Jumlah anggota cabang Ataka setempat, urainya, melonjak beberapa pekan terakhir seiring dengan banyaknya "orang yang datang kepada saya di jalanan dan memberi tahu saya bahwa partai kami benar." Ataka berarti serangan, juara, "Bulgaria untuk rakyat Bulgaria. Negeri itu mencela pengungsi Suriah sebagai teroris, yang harus diusir keluar dari Bulgaria, negara Uni Eropa yang paling miskin. Seorang anggota parlemen Partai Ataka mencaci mereka sebagai "mengerikan, primata hina." Bersamaan dengan partai anti-imigran mendapat momentum di banyak bagian Eropa, Ataka tampaknya menonjol nyaring. Para pengkritiknya mengatakan, kekuatan politik yang penuh ancaman menjadi contoh betapa mudahnya berbagai kelompok oportunis bisa memantik ketakutan publik sambil meningkatkan nasib mereka sendiri...
Penolakan Ataka terhadap orang asing dan minoritas lokal seperti masyarakat Roma atau Gipsi, beriring jalan dengan tuntutannya untuk kembalinya Kawasan Bulgaria yang "hilang", mendorongnya bangkitnya kecendnerungan chauvisnis dan nasinalis yang mendapatkan pijakan di sejumlah negara bekan Komus di Timur dan Eropa Tengah.
Retorika yang jahat terhadap orang asing dan kaum minoritas merupakan aksi yang terus menerus dilakukan Ataka. Televisi Alfa, sebuah stasiun televisi yang dioperasikan oleh Ataka, mencela para pengungsi sebagai kaum Islamis radikal dan peminta-minta yang bakal menimbulkan kekerasan dan kemiskinan yang lebih jauh bagi Bulgaria. Ketika baru-baru ini berbicara di Stasiun TV Alfa, yang menyebut dirinya sebagai "Televisi Kebenaran," Magdalena Tasheva, seorang anggota parlemen dari Ataka mengatakan, "Mereka bukan pengungsi; mereka teroris." Dia pun menyebut mereka sebagai "biadab," "sampah" dan "pembunuh massal." Dia bahkan membandingkan mereka dengan kera.
Pemutakhiran 29 Desember 2013: Pengungsi Suriah di Turki baru saja dilaporkan membawa 17 kasus polio ke negeri itu. Padahal, sudah 14 tahun polio mengilang dan 11 tahun diberantas tuntas di Turki.
Pemutakhiran 7 Januari 2014: (1) Dua senator AS, Dick Durbin (Demokrat) dan Ted Cruz (Republik) menyerukan agar jumlah pengungsi Suriah yang diterima Amerika Serikat ditingkatkan. (2) Berbagai data dari Kantor Dalam Negeri Inggeris memperlihatkan bahwa Inggeris Raya sudah member suaka kepada lebih dari 2.000 warga Suriah sejak Maret 2011 dan sebanyak 1.500 dari mereka diberikan suaka sejak Januari 2013.
Pemutakhiran 10 Januari 2014: Terkait aksi Amerika , inilah berita dari Wall Street Journal:
Seorang pejabat AS mengatakan untuk pertama kalinya secara terbuka bahwa sekitar 30.000 warga Suriah yang sangat rentan, yang PBB minta untuk dimukimkan pada akhir 2014 akan dirujuk ke AS untuk dimukimkan...AS tidak punya target khusus soal berapa banyak pengungsi yang akan dimukimkan. Tetapi pada dengar pendapat Senat, Selasa lalu, Sekretaris Menteri Luar Negeri Anne Richard mengatakan, "Kita berharap untuk menerima rujukan untuk beberapa ribu pengungsi Suriah pada 2011."
Fakta lain: Lebih dari 1.300 warga Suriah yang sudah berada di AS mengajukan suaka selama tahun fiskal yang berakhir 30 September 2013.
Pemutakhiran 12 Januari 2014: Kantor Berita UPI melaporkan bahwa "Sekitar 135.000 warga Suriah sudah mengajukan suaka di Amerika Serikat. Angka itu sangat berbeda dengan yang diungkaptkan oleh Harian Wall Street Journal di atas.
Pemutakhirkan 17 Januari 2014: Ketika berbicara dalam Pertemuan ke-2 Menteri-Menteri Negara-Negara yang Berbatasan dengan Suriah, Jumad lalu, Guterres mengatakan bahwa "Menerima para pengungsi Suriah bukan hanya tanggung jawab negara-negara yang berbatasan. Semua negara harus membuka pintu gerbang mereka bagi warga Suriah yang melarikan diri dari negeri itu."
Pemutakhiran 28 Januari 2014: "Perlakuan yang buruk terhadap para pengungsi Suriah di Afrika Utara" menyimbolkan persoalan yang pernah saya kemukakan: ketika berjuang untuk mencapai tempat perlindungan Eropa, mereka sudah diperlakukan dengan kejam di Aljazair dan Maroko. Berikut ini laporan dari Kantor Berita Associated Press:
Menteri Dalam Negeri Maroko mengeluarkan sebuah pernyataan resmi Selasa lalu. Dia memprotes apa yang dikatakan sebagai meningkatnya jumlah warga Suriah yang diusir menuju kawasan Maroko oleh Aljazair. Pernyataan itu mengatakan bahwa antara Minggu hingga Selasa, 77 warga Suriah termasuk 18 wanita dan 43 anak-anak diusir. Pernyataan itu menindaklanjuti tuduhan yang sama yang dilansir berbagai media Maroko pekan lalu.
Jurubicara Menteri Luar Negeri Aljazair, Amar Belani mengatakan Kamis, bahwa kisah soal pengusiran benar-benar berita bohong yang dilancarkan oleh "pseudo-media Maroko yang mengkhususkan diri dalam bidang itu di tengah banjir media anti-Aljazair yang sangat memuakan. Pasukan keamanan Aljazair di sepanjang perbatasan memberi tahu kantor berita resmi Aljazair, Senin, bahwa kenyataannya, Maroko-lah yang mengusir warga Suriah menuju Aljazair." Para polisi bersenjata menolak membuka jalan kawasan negeri itu bagi pengungsi Suriah sehingga pihak berwenang Maroko ingin mengusir mereka ke Aljazair," urai Kolonerl Muhammed Boualleg. "Setelah peristiwa penolakan itu pihak berwenang Maroko meminta media mereka untuk secara salah menuduh Aljazair mengusir warga Suriah."
Dan inilah kepingan informasi menarik: "Pada masa lampau, ketika Maroko menangkap warga Afrika yang masuk lewat Aljazair dan berharap untuk menyeberang menuju Eropa, ia mengusir mereka ke padang-padang gurun sepanjang perbatasan dengan Aljazair."
Pemutakhiran 29 Januari 2014: Pemerintah Inggeris sepakat untuk menerima beberapa ratus pengungsi Suriah yang berisiko. Inggeris mendadak memberi sumbangan sekitar satu miliar dolar AS dalam bentuk bantuan kemanusiaan kepada warga Suriah yang kehilangan tempat tinggal juga menerima sekitar 3,500 pencari suaka selama tiga tahun terakhir. UNHCR menjelaskan gebrakan itu dalam sebuah pernyataan sebagai "langkah yang sangat mendorong dan penting...untuk mendukung lebih dari 2,3 juta pengungsi Suriah dan negara-negara yang menerima mereka." Meski demikian, Amnesty Internasional mengatakan langkah itu "sudah sangat terlambat."
Pemutakhirkan 26 September 2014: Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (United Nations High Commission for Refugees—UNHCR) memperkirakan seiring dengan adanya konflik dan situasi yang tidak stabil di Timur Tengah dan Afrika maka para pencari suaka di Barat dan Asia Timur mencapai tingkat tertinggi sejak perang Balkan pada era 1990-an.
"Lebih dari 330.700 orang mengajukan permohonan suaka dalam kelompok 44 negara di Eropa, Amerika Utara dan kawasan Asia Pasifik selama paruh pertama tahun ini. Agen pengungsi melaporkan, jumlah itu hampir separuh lebih daripada paruh kedua 2013, lapor Harian New York Times. Kelompok terbesar mencapai 48.400, adalah warga Suriah, Irak, Afghanistan sedangkan seluruh pemohon suaka dari Eritrea sekitar 60.000 laginnya. Sedangkan untuk negara tujuannya:
Lebih dari dua pertiga pencari suaka dalam paruh pertama tahun itu berupaya masuk ke enam negara, termasuk empat negara Eropa Timur, Turki dan Amerika Serikat. Sekitar 52.800 pencari suaka melamar untuk bisa masuk ke Amerika Serikat, lebih dari sepertiga dari mereka berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah yang melarikan diri dari kartel narkoba dan kejahatan kekerasan yang terorganisasi. Meski demikian, seperti tahun-tahun sebelumnya Cina merupakan negara asal pencari suaka. Jerman, Swedia, Perancis termasuk di antara negara tujuan yang paling banyak dicari, khususnya oleh warga Suriah. Sementara Italia, negara tujuan bagi ribuan migran yang diselundupkan menyeberangi Laut Mediterania dari Afrika Utara, menyaksikan meningkatnya klaim suaka dari berbagai negara Afrika Barat.
Dec. 10, 2014 update: UNHCR mengumpulkan bersama para wakil pemerintah dengan harapan bisa mendapatkan janji untuk menerima lebih banyak lagi pengungsi Suriah yang sudah diterimanya. Tentu saja semua perhatian adalah pada negara-negara Barat, tanpa satu katakana soal Arab Saudi atau monarki Teluk Persia lainnya.
Pemutakhiran 21 Desember 2014: Dalam sebuah artikel yang sangat kritis tentang PEGIDA, sebuah organisasi anti-imigrasi baru di Jerman, Der Spiegel menulis:
Banyak wargaDresden juga membiarkan imajinasi mereka bergerak liar terhadap protes yang meledak hari Minggu lalu. Seorang demonstran mengatakan tidak ingin cucu perempuannya dipaksa memakai kerudung kepala pada masa datang, sementara yang lain menyarankan agar kaum Islamis lebih baik pergi mencari suaka di negara-negara kaya, produsen minyak.
Menjadi liar? Bagi saya, kedua kemungkinan itu tampak nyata.
Pemutakhiran 18 Januari 2015: Gerakan kaum kiri global Avaaz, yang mengklaim punya puluhan juta anggota dan menyebut dirinya sebuah "jaringan gerakan global untuk membawa politik yang diperkuat oleh rakyat untuk pembuatan keputusan di manapun," telah mengeluarkan seruan kepada negara-negara Teluk Persia yang kaya untuk menerima para pengungsi Suriah. Berikut ini, kutipan dari teks itu, yang berjudul, "Gulf Countires: Open Your Doors to Syrian Refugees!" (Negara-negara Teluk: Buka Pintumu bagi Para Pengungsi Suriah):
Kepada semua pemimpin negara-negara Teluk Arab:
Terkai dengan warga dari berbagai penjuru, kami mendesak anda untuk membuka pintu anda bagi para pengungsi Suriah. Negara-negara tetangga sudah mencapai titik yang mencemaskan (breaking point) sehingga membutuhkan dukungan anda untuk merelokasi dan menyelamatkan para pengungsi yang melarikan diri dari perang...
Dari Turki ke Swedia hingga Australia, pemerintah di seluruh dunia harus menyambut baik para pengungsi Suriah. Tetapi, hingga hari ini, negara-negara kaya Teluk yang punya uang dan tempat masih belum membuka pintu mereka bagi para warga Arab yang asa yang sangat membutuhkannya. Jika ribuan dari kita menekan mereka untuk menyambut baik para pengungsi Suriah di negara-negara mereka, kita bisa meminta mereka untuk bertindak.
Komentar: Betapa menariknya bahwa sebuah organisasi ekstrim kiri harus menjadi satu-satunya sampai sebegitu jauh yang memiliki pandangan yang sama dengan saya dalam persoalan ini.
Pemutakhiran 18 Juli 2015: Setelah setengah tahun, 26.400 pengungsi sudah menandatangani imbauan di atas.
Pemutakhiran 17 April 2015: "U.N. Calls on Western Nations to Shelter Syrian Refugees" (PBB Serukan Negara-negara Barat untuk Menampung Pengungsi Suriah) bunyi judul sebuah artikel penting yang dimuat New York Times karya Somini Sengupta. Berikut kutipannya:
Bersamaan dengan semakin banyak negara tetangga Suriah menutup perbatasan mereka bagi pengungsi dan ribuan orang yang mencoba menyeberangi Laut Mediterania untuk mencari tempat aman, perang di Suriah justru memunculkan krisis pengungsi global yang paling parah selama beberapa dekade. Kenyataan ini memberikan tekanan baru kepada Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya untuk membuka pintu mereka --- dan sebaliknya, menyebabkan politik dalam negeri negara-negara itu sendiri mundur.
Para pakar mengatakan, krisis tidak pernah terjadi sejak gelombang orang yang melarikan diri dari Asia Selatan setelah perang di Vietnam yang menyebabkan negara-negara industrialisasi dunia berada dalam tekanan kuat untuk berbagi beban menerima masuk para pengungsi. Juga tidak pernah bahwa tugas untuk menawarkan perlindungan pun menjadi penuh aroma politik.
Amerika Serikat, menurut Departemen Luar Negeri dijadwalkan menerima kelompok terbesar pengungsi Suriah hingga kini --- hingga 2.000 orang pada musim gugur tahun ini. Bandingkan saja dengan jumlah seluruh pengungsi yang mencapai sekitar 700 orang sejak perang saudara di Suriah meletus empat tahun silam. Tetapi, rencana itu memicu perlawanan dari para pembuat keputusan dari Partai Republik di Kongres yang semakin vokal soal ketakutan bahwa teroris mungkin saja menyelinap masuk bersama para pengungsi.
António Guterres, komisaris tinggi PBB untuk pengungsi menyerukan kepada negara-negara Barat untuk menerima 130.000 pengungsi Suriah selama dua tahun mendatang. Sejumlah kelompok pemberi bantuan juga mendorong angka ini juga:
Mereka berpendapat bahwa Amerika Serikat harus menerima sedikitnya separuh pengungsi yang diinginkan oleh lembaga pengungsi PBB untuk dimukimkan kembali di Barat, yang berdampak pada sekitar adanya 65.000 warga Suriah dalam dua tahun mendatang. Angka ini sama dengan nyaris semua pengungsi yang Amerika Serikat terima dari semua negara rata-rata tiap tahun. "Ini krisis yang tidak pernah ada dalam sejarah," urai Anna Greene, direktur kebijakan dan advokasi Komisi Penyelamatan Internasional. "Jika Amerika Serikat tidak mempelopori langkah ini, negara-negara lain tidak akan lakukan juga..."
Menurut PBB, di Barat, Jerman sudah berjanji untuk memukimkan gelombang terbesar pengungsi Suriah – sekitar 30.000 pengungsi. Sementara Kanada mengatakan pihaknya menerima lebih dari 11.000 pengungsi.
Pemutakhiran 14 Mei 2015: Harian New York Times menerbitkan sebuah opini bodoh penuh semangat kepahlawanan berjudul, ""Let Syrians Settle Detroit" (Biarkan Warga Suriah Menempati Detroit), karya David D. Laitin dan Marc Jahr. Mereka mengatakan bahwa Detroit punya sekitar 70.000 bangunan yang tidak terawat dan bahwa Gubernur Michigan sudah menyerukan agar 50.000 imigran masuk menghidupkan kembali Detroit dan bahwa ada jutaan warga Suriah putus asa mencari tempat untuk bermukim. Memang Laitin dan Jahr mengatakan bahwa warga Suriah "bakal menjadi komunitas ideal" untuk memperbaiki "Motor City" (Kota Mesin) itu karena warga Arab- Amerika "hadir bersemangat dan berhasil" di kota itu. Mereka juga mengklaim bahwa "memukimkan kembali pengungsi miskin dan lugu" akan memenuhi komitmen moral Amerika sekaligus mengirimkan pesan kepada dunia luar.
Para penulisnya adalah seorang dosen Universitas Stanford dan mantan Pimpinan Perusahaan Pengembangan Perumahan New York. Persoalannya, apakah keduanya benar-benar tidak mengetahui ketidaksesuaian budaya antara warga Suriah dan Amerika? Apakah mereka mengabaikan persoalan serius yang tidak ingin orang diskusikan karena mereka punya agenda untuk memperbesar jumlah pemilih untuk Partai Demokrat? Apapun motif mereka, dampaknya sangat merusak.
Pemutakahiran 4 Juni 2015: "Badan PBB mendesak Uni Eropa untuk menerima lebih banyak pengungsi", tulis berita utama Kantor Berita Associated Press. Seperti biasa, tulisan itu tidak menyebutkan soal Saudi Arabia atau negara-negara Teluk Persia lainnya.
Pemutakhiran 13 Juli 2015: Berikut ini isyarat bahwa pengungsi Suriah pun setuju dengan argumentasi "zona budaya" yang saya kemukakan: Masyarakat Bulan Sabit Merah Turki ((Türk Kızılayı) sudah melakukan survey terhadap pengungsi Suriah yang tengah berdiam di Turki. Lembaga itu menemukan bahwa 78 persen dari mereka ingin tetap berdiam di negeri itu dan 16 persen ingin pindah ke Eropa. Jumlah orang yang disurvei memang kurang (327 orang), sekitar rasio 5 : 1 memang tidak menonjol.
Komentar: Orang pun bertanya-tanya, berapa kira-kira angka pengungsi di Saudi Arabia.
Penambahan 2 September 2015: Amira Fathalla dari BBC mengajukan pertanyaan mengapa warga Suriah berjuang untuk memasuki negara-negara Eropa dan "mengapa tidak menuju negara-negara Teluk yang kaya raya yang dekat dengan rumah mereka."
Secara resmi, warga Suriah bisa mengajukan visa turis atau ijin kerja (work permit) agar bisa memasuki negara Teluk. Tetapi prosesnya mahal. Juga ada persepsi yang luas bahwa negara-negara Teluk punya pembatasan tidak tertulis yang siap diterapkan sehingga kenyataannya menyulitkan warga Suriah untuk diberikan visa.
Sejumlah pemukim Teluk merasa bersalah terkait dengan masalah ini:
Negara-negara yang relatif kaya dan dekat dengan Suriah mendorong banyak media--- media sosial dan media tradisional --- untuk mempertanyakaan apakah negara-negara itu punya lebih banyak kewajiban disbanding Eropa, terkait dengan masalah warga Suriah yang menderita akibat lebih dari empat tahun konflik seiring dengan bangkitnya kelompok pejihad di negeri itu.
Kemudian menyusul sejumlah contoh penyesalan ini, termasuk kartun yang diterbitkan dalam Harian Makkah dari Saudi Arabia. Kartun itu memperlihatkan seorang pria dalam pakaian tradisional Teluk sedang mencari-cari pintu yang dikitari kawat berduri sambil menunjuk pintu dengan bendera Uni Eropa di atasnya. "Mengapa tidak kita ijinkan mereka masuk, kalian manusia kasar?" dia bertanya kepada warga Eropa
Meskipun demikian, analisis itu menyimpulkan seruan dari berbagai media sosial, "Posisi negara-negara Teluk tampaknya tidak mungkin berubah terkait dengan soal pengungsi Suriah."
Pemutakhiran 4 September 2015: Boaz Bismuth dari Harian Israel Hayom mengemukan pertanyaan saya:
Perang saudara yang mengerikan di Suriah memakan korban jiwa lebih dari 200.000 dan menyebabkan 4 juta orang kehilangan tempat tinggal... masih ada satu pertanyaan yang membayang luas seputar kisah ini. Di manakah negara-negara Arab? Di manakah solidaritas Arab? Di manakah milyaran dolar Saudi Arabia? Di manakah milyaran uang Qatar atau milyaran uang Emirat? Jutaan pengungsi Suriah berada di Turki, Libanon dan Yordania sekarang tetapi ratusan ribu lebih sudah berada di Eropa juga. Kita sedang duduk di atas tong kekuasaan.
Pemutakhiran 12 September 2015: Dalam sebuah berita yang benar-benar sangat mengejutkan, Lembaga Pers Saudi mengutip pernyataan seorang pejabat di kementerian luar negeri itu yang mengumumkan bahwa sejak 2011, Kerajaan Saudi Arabia menerima sekitar 2,5 juta warga Suriah karena pertimbangan agama dan kemanusiaan. Negara itu tidak memperhitungkan mereka sebagai pengungsi dan tidak menampung mereka di kamp-kamp "guna menjamin keluhuran martabat dan keamanan mereka." Yang jauh lebih mengagumkan lagi adalah bahwa pejabat itu mengatakan Saudi Arabia menawarkan tempat tinggal bagi ratusan ribu orang dari Suriah."
Rincian lebih lanjut dirangkum oleh Kantor Berita Associated Press:
Saudi Arabia tidak secara khusus menjelaskan berapa banyak warga Suriah yang diterima tetap berada di negeri itu. Pernyataannya hanya mengungkapkan bahwa siapa pun yang ingin berdiam di sana sudah diberi status menetap---sebuah angka yang disebutkannya "beberapa ratus ribu"
Menurut pernyataan itu, status tetap memberikan akses kepada warga Suriah untuk bisa bekerja, sekolah dan mendapatkan perawatan medis. Dikatakan, sekolah negeri Saudi sudah menerima lebih dari 100.000 siswa Suriah.
Pihak kerajaan tidak berniat mendiskusikan usahanya untuk membantu warga Suriah. Juga "tidak ingin membanggakan perjuangan atau upayanya agar bisa mendapat liputan media, "tetapi merasa ditantang untuk mengungkapkan sejumlah angka terkait dengan apa yang disebut sebagai "informasi yang salah dan mengecoh" menurut laporan itu.
Pernyataan Saudi juga mengatakan sudah memberi 700 juta dolar AS untuk mendukung para pengungsi Suriah di Yordania dan Libanon.
Kisah Kantor berita Associated Press juga mengindikasikan bahwa Pemerintah Uni Emirat Arab mengaku, "memberi ijin tinggal bagi lebih dari 100.000 warga Suriah yang memasuki negeri itu sejak 2011. Dikatakan, lebih dari 242.000 warga Suriah baru-baru ini berdiam di negeri itu."
Komentar: Maaf, saya tidak percaya. Bagaimana bisa 2,5 juta pengungsi Suriah pergi ke Saudi Arabia tanpa diketahui seorang pun? Sepantasnya untuk apakah, Amnesty International mengatakan bahwa lima negara Bahrain, Kuwait, Qatar, Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab "sama sekali tidak menawarkan (zero resettlement places) tempat pemukiman bagi pengungsi Suriah."