Menteri Keuangan Jerman, Wolfgang Schaeuble membuat pernyataan yang tidak terlampau sering didengar dari kalangan atas masyarakat Eropa yang berkaitan dengan pemintaan Turki untuk bergabung dengan Uni Eropa, katanya, "Kita seharusnya tidak boleh menerima Turki sebagai anggota penuh…Turki bukanlah bagian Eropa."
Apakah dia benar?
Perhatikan, bagian terkecil Republik Turki berada di ujung Barat di Benua Eropa. |
Secara geografis, tidak, sebagaimana umumnya dipahami, Daratan Eropa memang berakhir di Selat Bosporus sehingga menegaskan bahwa Republik Turki jelas-jelas termasuk Eropa. Tetapi berdasarkan standar itu, sejarah pun dipaksa sedikit berubah pula. Soalnya, andai bukan Inggeris Raya yang menaklukan Gibraltar berabad-abad silam, tetapi Maroko maka apakah dengan demikian Maroko lantas menjadi bagian Eropa? Saya pikir tidak. Demikian juga halnya dengan Bagian Timur Thrace (Doğu Trakya di Turki). Kawasan itu memang menjadi bagian Turki tetapi tidak berarti membuat Turki bagian dari Eropa.
Gibraltar mudahnya bagian Maroko. Lalu apa? |
Sebaliknya, karena Inggeris Raya, Irlandia dan Iceland merupakan pulau-pulau yang bertebaran di Lautan Atlantik tidak mencegah kawasan itu menjadi bagian Eropa (terlepas dari apapun judul utama koran Inggeris era 1940-an yang mengesankan " Kabut di Terusan: Pemenggalan Benua.")
Dengan kata lain, yang diperhitungkan adalah peradaban. Eropa versus Muslim, bukan masalah perairan atau lautan. Maroko dan Turki selama berabad-abd merupakan bagian dari Dar al-Islam, dunia Muslim, Kerajaan Islam, sebut saja demikian semaumu. Ataturk kemudian melakukan reformasi, untuk memastikan adanya perubahan, yang membuat Turki tampak lebih sebagai Eropa sehingga kurang Islami. Namun, Turki tidak mengubah esensi budaya negeri itu. Dan kenyataan itu sudah sangat meningkat jelas selama dekade terakhir.
Jadi, Schaeuble benar, di mana Turki dimasukan. Turki bukanlah bagian Eropa dan tidak seharusnya menjadi anggota penuh Uni Eropa (3 Juli 2013).